Mohon tunggu...
Ratna Wahyuningsih
Ratna Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

SAYA BISA, Berjuang mewujudkan MIMPI, BERSYUKUR, BELAJAR, FOKUS , IKHLAS & SUKSES is MY RIGHT :) \r\n-positive thinker as always-\r\n

Selanjutnya

Tutup

Money

Gejolak Pangan Berlanjut, Kedelai pun harus Impor

10 Februari 2011   06:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:44 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gejolak Pangan Berlanjut, Kedelai pun harus Impor

Dunia menghadapi masalah pangan serius, akibat cuaca ekstrem yang melanda Indonesia berimbas pada kelangkaan beberapa pasokan bahan pangan.

Dari cabai rawit yang sempat pedas mencapai Rp 100 rb per kilo, cukup menggoyang lidah perekonomian hingga tingkat inflasi naik dan BI rate pun mengambil tindakan antisipatif menaikkan suku bunga menjadi 6,75%.

Disusul pasokan beras yang terpaksa harus impor demi mencukupi kebutuhan pasokan pangan dengan target stok 1,5 juta ton.

Kondisi cuaca yang tak menentu inilah yang membuat kedelai pun harus impor. Produksi kedelai menjadi terhambat, karena cuaca yang tak mendukung untuk pertumbuhan tanam kedelai hingga banyak petani mengalihkan lahan tanam kedelai menjadi padi.

Kedelai yang merupakan bahan baku pokok tempe, tahu, kecap mau tak mau ikut terkena dampak kenaikkan harga untuk sementara.

Pagi ini saya mendengar penuturan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamukti dalam berita radio, bahwa adanya kenaikan harga kedelai di pasaran dipengaruhi oleh iklim basah yang panjang, yang akhirnya membuat petani beralih menjadi petani padi. Meskipun begitu, diberitakan bahwa untuk wilayah Aceh dan Jawa Timur , stok kedelai masih dalam kondisi aman.

Saat ini harga kedelai sudah naik dipasaran, stok yang ditakutkan tidak mencukupi membuat pemerintah memutuskan impor kedelai sebanyak 600-700 ton atau kemungkinan sebesar 1 juta ton. Melihat kemampuan produksi kedelai nasional per tahunnya dikisaran 900 ribu ton sampai 1 juta ton. Sedangkan kebutuhan tiap tahunnya sebesar 1,5 juta hingga 1,7 juta ton. Dan dengan tidak panen, pasokan kedelai nasional menjadi berat dan kurang.

Wacana impor kedelai itu masih belum lah keputusan final, karena akan terealisasi jika data yang terkumpul menunjukkan benar adanya kekurangan pasokan kedelai.

Adanya usulan dari Kementerian Pertanian tentang penggunaan kedelai transgenik yang memiliki produktivitas tinggi, sekitar 30-40%. Keputusan menggunakan bibit transgenik juga tidak terlepas dari kegiatan impor kedelai yang sebetulnya 60-70 persen berasal dari hasil transgenik masih memjadi pertimbangan, karena adanya resiko buruk terhadap kerusakan lingkungan.

1297320203612266466
1297320203612266466

Data harga kedelai terus melonjak menjadi US$549,49 per ton pada akhir pekan lalu. Harga ini naik hampir dua kali lipat dalam tujuh bulan terakhir. Pada Juli 2010 harga kedelai internasional hanya US$367,98 per ton.

Saat makan siang tadi, saya baru saja menyantap tempe dan tahu penyet, yang merupakan makanan kesukaan saya, tak terbayangkan jika makin hari makin mahal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun