Mohon tunggu...
Ratna Wahyuningsih
Ratna Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

SAYA BISA, Berjuang mewujudkan MIMPI, BERSYUKUR, BELAJAR, FOKUS , IKHLAS & SUKSES is MY RIGHT :) \r\n-positive thinker as always-\r\n

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Nasib Film Bioskop yang Ge-Je (Gak-Jelas)

25 Februari 2011   10:10 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:16 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nasib Film Bioskop yang Ge-Je (Gak-Jelas)

Masih hangat berita tentang penyetopan film impor di bioskop Indonesia perihal akan adanya kebijakan baru mengenai tarif baru pajak film impor dari hollywood tahun 2011. Berita tersebut langsung mendapat respon cepat dari berbagai pihak, termasuk pihak utama importir film hollywood yaitu MPAA (Motion Pictures Association of America) yang selama ini film-film nya selalu laris manis terjual di bioskop Indonesia.

Adalah masalah pajak yang menimpa film nasional lebih besar porsinya daripada film impor/hollywood selama ini. Pajak film nasional yang dibebankan dari biaya produksi membuat banyak pihak film nasional mengeluh. Berbeda dengan pajak film impor dipungut dari jumlah film yang masuk ke Indonesia.

Lantas apakah hanya hal pajak yang tidak seimbang itukan yang membuat pihak MPAA langsung bereaksi keras menahan sementara film-film impor yang sudah masuk dan siap untuk tayang dan siap menyetop film-film holywood yang akan masuk di Indonesia, jika pajak yang akan dikenakan tidak sesuai dengan kesepakatan pihak MPAA.

Santer beritanya yaitu pemerintah akan mengenakan pajak bea masuk film baru hollywood sebesar 5-15 persen di samping ketentuan pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan sebesar 23,75 persen dari nilai barang. Serta, pemilik film juga menyetor pajak penghasilan (15 persen) dan pajak tontonan kepada pemerintah daerah (10-15 persen).

Perhitungan tersebut menurut Rudy S. Sanyoto , sebagai Wakil Ketua Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N) sudah diperhitungkan dengan matang, dan tetap menguntungkan bagi importir film. Bahkan, apabila pajak dinaikkan, ia memperkirakan dalam setahun importir film masih bisa meraup Rp 700 miliar dari film-film yang diputar di bioskop setelah dipotong pajak Rp 100 miliar.

12986284061624741252
12986284061624741252

Awalnya saya pribadi tidak terlalu menanggapi isu ini dengan serius, namun memperhatikan setelah selang 1 minggu berita tersebut beredar, benar adanya saat saya cek di website http://www.21cineplex.com/ bahwa film yang beredar didominasi oleh judul-judul seperti Pocong Ngesot, Jenglot Pantai Selatan, Arwah Goyang Jupe Depe, Rindu Purnama, Kalung Jailangkung, Love Story, dan daftar untuk film hollywood yang ada termasuk film stok lama yang masih tetap terpampang adem ayem.

12986278191020133810
12986278191020133810

Saya tidak bisa membayangkan kalo sampai benar adanya film Hollywood tidak akan tayang lagi di perbioskopan Indonesia. Sedangkan kualitas film nasional masih saja mengekspoilasi perhantuan nasional, pocong, dan teman-temannya, belum lagi film-film sexy yang dangkal isi film nya yang hanya mengekspose sensasi tubuh pemain semata.

Saya berharap masalah ini segera terselesaikan dengan baik tanpa merugikan pihak ke-tiga penonton / pecinta film bioskop hollywood yang banyak mendapat inspirasi serta hiburan yang memuaskan setelahnya. Karena saya sudah menunggu film Number 4 muncul niee :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun