Teruntuk sahabat dan teman seperjuanganku... Surat ini sampai mungkin aku telah sampai untuk antri di pintu-Nya na... Sisa-sia waktuku yang kurang tiga bulan ini aku gunakan untuk sejenak mengenang kalian dan bernostalgia lagi, maafkan aku ya na...jika di saat aku sekarat tak ada sedikitpun kabar dariku... Sesungguhnya surat inipun bukan aku yang menulisnya, namun seorang suster yang begitu baik merawat dan membantuku disaat aku harus berada di rumah sakit. Bagaimana perkembangan menulismu akhir-akhir ini na...apakah semakin hebat seperti saat kau di Munich atau memang hanya biasa-biasa saja, di sana berbeda dengan di sini na sayang, orang sana kau sungguhkan ke elokan negeri kita semua pasti akan merasa tertarik, karena perbedaan bangsa kita dengan bangsa sana amat besar na...mereka bangsa yang sudah makmur sedangkan bangsa kita adalah bangsa...ya, kau taulah...seperti apa yang kerap kau sampaikan ke diriku lewat sms atau teleponmu saat kau jengkel dengan negeri ini, kau katakan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang gagal dan menuju arah kehancuran. Namun na...aku sungguh berharap kau akan terus menulis dan menulis bukankah itu semua adalah nafas buatmu, oh ya...ku dengar tawaran siaran radio itu bagaimana?...cobalah ikut pelatihan dan seleksinya...apalagi kau di rekomendasikan...kurasa sisa-sisanya masih ada na sayang...meski jujur jika aku yang dengar suaramu seperti kaleng rombeng sayang ( hehehehe, jangan marah ya...aku menyayangimu ) LUPUS membuatku pupus... Penyakit ini amat ku cintai na...dan aku telah mendarah daging, tiga tahun ku lewati dengan semua kenikmatan yang di berikan lupus kepadaku.... Saat dokter memvonis ku bahwa aku positif Lupus aku sempat shock na...bayangin usiaku masih muda, anak-anakku dalam usia pertumbuhan, dan aku masih ingin terus berkarya seperti janji kita dahulu...namun virus ini tiba-tiba datang menghempaskanku, menggerogoti ku hingga akhirnya membuangku dari semua angan dan cita-citaku... Sempat saat itu aku menghujat Tuhan na...aku marah dengan pemberontakanku, semua kuabaikan...aku lari dari takdirku, aku berpikir mungkin aku akan sejenak lupa...namun ternyata apa yang kau sampaikan lewat email itu benar na...bahwa pelarian bukan jalan terbaik dan keputusan tepat... Masih ingat kan na sayang...kita menangis berdua ya berdua kita sesenggukan di ujung resto itu, tak perduli orang menatap kita aneh...namun kau berikan bahu dan dekapanmu untukku sahabat...kau memang yang terbaik na...sahabat, dan saudara yang memahamiku....maafkan aku ya na...sore itu ku buat seluruh blus mu yang berwarna putih basah penuh air mata dan ingus ku.... Satu tahun terakhir, kondisi tubuhku mulai semakin melemah, semua aktivitasku ku lakukan hanya di tempat tidur...hidupku tergantung dengan seluruh keluargaku dan pengasuh...aku benci semua itu awalnya na...namun aku ingat pesanmu, jadikan sakit adalah bentuk sedekah untukmu sahabat....kerap kuingat pesanmu itu na sayang... Meski terasa berat namun aku mencobanya... Bayangkan na, dari hanya pekerjaan ambil air minum untuk minumku sendiri aku harus di bantu...semua organku sudah tak berfungsi sama sekali, tubuh ku seperti onderdil yang berkarat tak berfungsi dengan baik....aku jadi ingat anak-anak yang kita bina dulu ya na...anak-anak luar biasa itu...aku kangen dengan mereka, dan kini aku sama dengan kehidupan mereka bahkan mungkin lebih parah, aku hanya mampu menggerakan kedua mataku na...aku tergantung dengan mereka di sekitarku oh ya na sayang...dari sekian team kau selalu yang paling favorit...mungkin karena tubuh kecilmu jadi banyak anak-anak kecil yang mencintaimu....semoga kau masih terus berjuang na sayang... aku haus na...aku minum dulu...sekarang aku sudah tidakmampu minum dengan gelas dan berteguk-teguk aku telan...tidak na...aku minum sekarang setetes demi setetes karena sakitnya tenggorokanku untuk menelan, mungkin ini hikmah dari apa kita di perintahkan puasa...ya pelajaran penting, disaat kita sakit...badan kita sudah terbiasa menahan lapar dan dahaga... Nafas ku sesak...suster menyuruhku berhenti untuk bicara...namun aku menggeleng..aku takut jika esok aku tak ada kesempatan lagi...sedang masih banyak yang ingin ku bagikan dengamu dan ceritakan denganmu... Na sayang...jika kelak kau ada waktu menengok makamku, boleh aku meminta sesuatu sahabat..." aku hanya ingin kau buatkan aku sajak terindah untukku namun hanya satu bait...lalu taruh di atas pusaraku..." Jangan terlalu lelah ya na...hargai tubuhmu dan jaga kesehatan...lanjutkan cita-citaku, na...sepertinya aku sudah semakin lelah...dan ini surat terakhirku...suara terakhirku...nafas terakhirku...jika esok atau mungkin malam nanti Izro'il menjemputku aku pamit ya sahabatku...teruskan segala mimpi kita bertujuh dahulu bersatu tuk mewarnai negeri ini meski hanya dengan sedikit jemari... oh ya...Boulevard, aku ridu lagu itu....ingat kan saat kau marah hanya ingin tahu lyrics lagu itu...hehehe dan hanya waktu tiga jam kau hapalkan lagu itu...dan kini ini music terakhir yang ku dengar,karena gendang telingaku sudah pecah na... Na, aku pamit ya...salam cinta dan tulusku dariku sahabat... Teruskan semua perjuanganku ya sahabat...salam cinta untuk pasukan lebah hehehehe... ________________________________________________________________________________________ Email yang kudapat malam ini dari sahabatku, yang terkena Lupus... selamat jalan sauadara dan sahabatku, aku sungguh kehilangan...insyaallah perjuangan ini tidak akan berhenti... mencintaimu adalah seperti udara...ya...seperti udara...ku hirup lalu ku hembuskan....aku menyayangimu... teriringi doa untuk Irma...semoga engkau di mudahkan di sana dan ditempatkan di Jannah-Nya berkumpul diantara orang-orang yang senantiasa bersabar, insyaallah perjuangan kita tidak akan pernah berhenti di satu titik....hanya dengan uluran jemari-jemari kecil ini kita berbagi kebahagian...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H