Mohon tunggu...
Ratna Islamiati
Ratna Islamiati Mohon Tunggu... -

Hidup hanya sekali, jadi niatkanlah untuk lurus...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kugambarkan Semesta Ini untukmu Bunda...

25 Juli 2011   09:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1311586585998665208

" Bunda...bagaimana engkau gambarkan Matahari pagi ini untukku, jika semalam hujan mengguyur dengan derasnya " " Matahari pagi ini bersinar sangat hangat sayang...terlihat perak keputihan, dan langit menjuntai dengan luasnya, dengan kumpulan awan bagai kapas yang mengapung-apung di langit " gadis kecil itu tersenyum dengan cerianya " bisakah aku memegang matahari meski tidak bisa melihatnya bunda ? " percakapan antara sang bunda dengan Omy sang buah hati " bisa sayang..." sahut bunda..." sini kemarikan jemari tangan mu nak..." lalu gadis kecil itu mendekat dan memberikan kedua tangan kecilnya kepada bundanya, dan sang bunda meraihnya lalu mendekatkan jemari tangan itu kedekat wajahnya " Matahari itu seperti ini sayang...terlihat bundar meski terkadang tak hampir menyerupai bundar, terlihat kecil karena jauh tempatnya...dan matahari selalu bercahaya, bersinar terang dengar garis-garis keperakannya....memberikan kehangatan keseluruh isi dunia ini termasuk kau, bunda juga si ulli kucing kesayanganmu " jelas bunda sambil menjadikan contoh matanya untuk di raba-raba oleh gadis kecilnya.... Omy, terdiam seperti termenung...." hmmm karena bunda bisa melihat makanya matahri bersinar terang ya bunda oleh karena itu pagi datang...dan karena Omy tidak bisa melihat maka matahari tidak bersinar terang, dan itu yang di sebut malam ya bunda..." bunda tertawa lirih karena kecerdasan buah hatinya..." ya begitulah gadis ku..." sahut bunda sambil memeluk Omy puterinya. " Omy bahagia bunda...meski sedikitpun omy tidak bisa melihat namun omy tahu bagaimana bentuk matahari, bulan, kupu-kupu, bunga lila dan semua yang omy ingin tahu...bahkan kemarin kakak Jingga mengajak omy untuk melihat air..." celoteh omy kepada bundanya " oh ya....lalu bagaimana omy bisa melihat rupa air itu " tanya bunda penasaran " air....omy tidak bisa mengenggamnya, seperti es yang omy suka makan, dingin di jari....bunyinya indah omy suka...di kaki terasa ada yang menggelitik...air...omy suka dengan air....dingin, hangat bahkan ada yang panas dan omy juga meminumnya...kenyang di perut....kadang dikulit terasa sakit jika terlalu banyak mengena...namun omy suka air..." jelas omy.... " Kemari sayang, duduk di pangkuan bunda...." raih bunda. " akan bunda kenalkan kamu bagaimana itu udara " omy duduk di pangkuan bunda sambil bersandar di dada bunda dan semilir angin senja sore itu menemani mereka berdua, cengkrama ibu dan anak gadis kecilnya.... " diam dan rasakan semilir angin di wajahmu ini nak....terasa seejuk kan, inilah angin kebaikan untukmu. Angin seperti udara...udara seperti angin, kami manusia sedikitpun mata kita tidak akan pernah sanggup melihatnya, tidak juga omy, bunda dan kakak jingga juga mereka yang lainnya...karena udara dan angin adalah salah satu ciptaan Allah yang Maha Dahsyat....coba hirup dengan hidungmu lalu hembuskan...nikmat kan? tanpa udara kita manusia akan mati begitu juga makhluk lainnya, seperti ulli kucing mu....udara angin sedikitpun kita tidak bisa melihat namun hanya bisa merasakan bahwa itu ada. Ya, seperti kita juga harus yakin bahwa sesungguhnya Tuhan Allah sang pencipta itu ada...sedikitpun janganlah engkau mengingkarinya ya nak....karena  kuasa-Nya kita dapat hidup dan bernafas menghirup udara seperti sore ini..." Buah hati ku terkasih... tidak ada kulihat ketidak sempurnaanmu kau melihat dengan jiwamu nak... kau persembahkan kebaikanmu kepada kami kau ajarkan senyum tulus kepada kami untuk tenangkan sekelumit hati di resahnya senja semoga kelak Sang penjaga semesta kan menuntunmu sayang... menjaga dan menjauhkanmu dari kejamnya dunia ini.... .......... lirih doa bunda di sore itu...........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun