Mohon tunggu...
Ratna Hermawati
Ratna Hermawati Mohon Tunggu... -

I asked God for strength and God gave me difficulties to make me strong,

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Aku, Perempuan yang Menikah Empat Kali!

9 Juli 2011   09:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:48 2126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13102134081662208200

Hawa dingin malam ini membuat tubuh rentaku sedikit ngilu,angin berdesir menerpa wajah, mata, hidung, menyisakan sedikit perih.Kutengadahkan mukaku ke langit,terlihat kusam,berpendar-pendar serba tak jelas,bukan alam yang malas menorehkan warna cerah,tapi ini akibat katarak mata yang agak lama kuderita. Terpaut kembali kenangan lama ,mengintaiku dari segala penjuru,yang manis penuh tawa,juga kepahitan tiada tara.Usia merambat sampai hampir ke ujung,tapi aku tetap kesepian,melilit sampai ke ujung hati. Lima puluh tahun yang silam,aku adalah kuncup bunga yang wangi semerbak,rambutku hitam terurai di bahu,hidungku lancip menyenangkan,bibirku mungil bak bias mentari yang baru muncul di ufuk timur,kemerah-merahan,sepasang mata jeli dan lesung pipit turut pula menghiasi diriku.Ketika aku telah mendapat tamu rutin bulananku selama satu tahun,emak mengajakku bicara.Ada pemuda dusun sebelah ingin mempersuntingku.Aku kaget,aku belum siap,tapi pergolakan batin itu tak perlu terlalu lama terjadi,aku harus menjelma menjadi seorang istri yang tak kupahami betul apa arti dari semua ini.Yang aku tahu,aku harus ikut kemanapun orang yang kusebut sebagai suami itu pergi.Dua tahun aku rengkuh kehidupan bersama Kang Sani,sedu sedan menjadi teman setiaku,perlakuan kasar sering menjadi santapanku.Aku tak tahan hidup berlama-lama dengan neraka yang diciptakannya untukku.Aku lari meninggalkan dia tak peduli. Kembali ke rumah emak,sebuah episode yang tak terduga.Aku dicaci-maki sebagai anak tak tahu diri,karena sudah melalaikan kenikmatan hidup yang bagi emak adalah punya suami,rumah dan status sebagai seorang istri.Emakpun mendadak amnesia dengan hatiku dengan rintihan jiwaku yang melolong tak terperi.Tak sejumput belas kasihan aku terima. Tak lama kemudian,kembali harum kecantikanku terpancar dimana-mana.Emak gembira bukan buatan ketika ada beberapa lelaki menginginkan dan mengajak aku untuk mengarungi bahtera rumah tangga.Perkawinanku yang pertama gagal, suami keduakupun penjudi dan pemabuk,suami ketigakupun tak lebih baik dari yang sebelumnya.Allah mengujiku,bahkan aku merasa Dia sedang menyudutkanku,menyeretku,serta membawaku ke neraka yang sesungguhnya. Cukup lama aku bertahan,bergulat dengan status janda kembang yang sering menjadi gunjingan orang,akhirnya emak kembali menyuruhku untuk menerima lamaran kang Khotib.menurut emak kang Khotib ini baik,walaupun statusnya duda beranak satu. Bersamanya aku merasakan manisnya hidup,membawaku terbang menyaksikan awan-awan kebahagiaan berarak bersama.Allah melengkapi kebahagiaan kami dengan kehadiran dua buah hati yang tak ternilai harganya,kami memberi nama Sujud dan putri kami Rifka. Kuhirup nafas kebahagiaan ditengah kesederhanaan.Aku menyaksikan,lambaian dan pancaran kegembiraan di setiap jejak yang kami pijak.Bahkan binar itu semakin melekat setelah putra dan putriku menikah dengan orang yang dicintainya. Palu godam menghentak,tercekat kupandang wajah pucat terbujur kaku,suamiku! Sungguh suaraku tak bisa melengking,mendesahpun tidak,terhempas diujung kelam. Episode baru aku lalui,rasa tak nyaman mulai menhampiriku di rumah keluarga besar suamiku ini.Aku Cuma numpang ,demikian sering kutangkap dari bisik-bisik saudara iparku.Perih,menyayat,aku memang tidak bisa menyumbangkan pundi-pundi rupiah,aku memang hanya perempuan desa yang menerima takdir dan menelannya bulat-bulat,tanpa kemampuan untuk menyaring dan memilih.Aku putuskan untuk pergi menghapus jejak bahagia yang pernah kureguk.Aku jumpai anakku Sujud,aku temui putri kesayanganku Rifka.Ya Allah..tiada hari tanpa bentakan,tiada senyum manis seperti kerap aku berikan kepada mereka.Mungkin ini wujud kasih sayang Allah padaku yang renta.Dengan tersayat hati aku memutuskan pergi dari keduanya,sungguh aku tetap menyayangi dan mendoakan mereka.Aku tahu mereka sudah memiliki hidup sendiri,aku tahu mereka tak bisa diusik lagi. Berbayang rindu mencekam,ditikam sunyi membentang,aku susuri jalan hidup kemudian membawaku kesini.Relung malam kian kelam.Angin tak lagi berdesir,tapi telah menghujam merasuk,setiap inci pori-pori rentaku, aku menggigil.Di trotoar ini,di depan toko ini aku harus melewati siang malamku yang panjang tanpa keluh kesah.Tak ada yang menyaksikan episode terperih yang kualami. Gusti Allah,..Engkau sudah cukup bagiku dan Engkau adalah sebaik-baik pelindung dan penolong.! Seperti yang diceritakan oleh Mbok Rahmi kepada Ratna Hermawati, kala petang diujung senja.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun