Mohon tunggu...
MHanover
MHanover Mohon Tunggu... Penulis -

Maria Nereng atau dikenal dengan Ike Nereng. Jarak boleh memisahkan, tetapi hatiku tetap rindu untuk kembali kepada Ibu Pertiwi, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kekerasan Terhadap Anak Terus Terjadi 1984 - 2014 (Arie Hanggara - Iqbal)

25 April 2014   11:36 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:13 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak itu dipukul, digunting lidah serta bibirnya, ditusuk perutnya dengan paku panas dan berbagai siksaan lain yang membuat Iqbal harus menanggung penderitaan seumur hidup ketakutan dan trauma.

Kepedihan tak tertahankan jika kita sebagai seorang ibu mendengar dan membaca berita kekerasan terhadap anak. Anak seharusnya mendapat perawatan dan perlundungan dari orang terdekatnya tetapi cenderung beberapa harus merasakan penderitaan. Kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini justru berasal dari orang terdekat dan di sekitar anak itu.

Mengapa ini ini bisa terjadi? Atau pertanyaannya mengapa kita sering kecolongan? Terkadang masyarakat bahkan tidak sadar jika ada kekerasan yang sedang terjadi di sekitar mereka.  Seorang anak dipukul orang tuan kandung maupun tiri, anak disiksa oleh paman atau bibinya, guru menyiksa anak muridnya dan masih banyak lagi orang yang dianggap tidak mungkin menjadi pelaku kekerasan tersebut.

Jika kasus ini terbuka umum maka komentar yang keluar cenderung berisi penyesalan mengapa itu bisa tejadi. Beberapa pakar bahkan berlomba-lomba memberikan pendapat di berbagai media baik melalui koran, majalah dan televisi. Kemudian ada yang langsung mengadakan seminar bagaimana melindungi anak dari tindakan kekerasan.

Teringat akan kasus tahun 1984 Ari Hanggara (7 tahun) bagaimana ibu tirinya bersama ayah kandungnya menyiksa hingga meninggal. Kemudian ayah yang seharusnya memberi perlindungan tidak melakukan. Kasus ini juga meledak dan menjadi bahan pembicaraan dan tulisan di mana-mana. Hingga untuk mengenang peristiwa itu dibangun patung sebagai kenangan bagi korban.

Hal yang sama terjadi di luar negeri Amerika, bagaimana seorang ayah kandung membiarkan anaknya di siksa dihadapannya dan anak tiri yang masih dibawah umur. Menangis, berteriak kesakitan tidak membuat  orang tua nya berhenti menyiksanya. Bahkan sang ibu tiri memasukan sabun ke dalam mulutnya untuk mencegah anak tersebut berteriak. Dikurung, dirantai dan tidak diberi makan cukup berlangsung lama. Anak tersebut dibiarkan tidur bersama air seninya sendiri, hingga kepedulian datang dari adik tirinya yang melihat perlakuan tidak manusiawi dari kedua manusia dewasa yang harusnya memberikan contoh bagaimana memperlakukan seorang anak kecil dengan baik. Saudara tirinya mengelurkannya dari kurungan melepaskan rantai dan membiarkan ia menikmati sereal dan susu sambil menonton film. Itu lah anak kecil hatinya tulus, tidak berpikir untuk lari mencari pertolongan malah menikmati kesukaannya yang sangat sederhana. Akhir cerita saudara tirinya yang akhirnya melaporkan kepada polisi karena tidak tahan melihat penyiksaan yang jika dibiarkan berakibat kematian.

Trauma kekejian itu masih melekat hingga si anak menjadi dewasa. Masih ada pertanyaan yang belum terjawab mengapa ayah kandungnya tega memperlakukan ia seperti itu. Sungguh menyedihkan seumur hidupnya harus menaggung pengalaman yang tidak menyenangkan.

Sekarang tahun 2014 , 30 tahun sudah berlalu kasus  Arie Hanggara, tetapi masih terjadi kasus yang sama bahkan semakin meningkat. Apa yang harus kita lakukan melihat situasi seperti ini? Apakah kita hanya cukup mengungkapkan rasa prihatin dan iba? Itu belum cukup ungkapan rasa kasihan tidak akan merubah keadaan. Yang harus kita lakukan sebagai masyarakat yang bertanggung jawab untuk masa depan anak bangsa buka mata dan hati kita untuk mencegah semakin meningkatnya kekerasan terhadap anak. Dengan turun tangan mengawasi situasi di sekitar kita jika terlihat keganjilan, beri pertolongan, bila perlu melapor kepada aparat seperti polisi.

Pemerintah juga harus terlibat mencegah semakin maraknya tindak kekerasan terhadap anak-anak dengan bekerja sama dengan departemen dan dinas sosial yang terkait serta lembaga perlindungan anak. Sehingga tidak ada lagi Arie Hanggara dan Iqbal lain di tahun-tahun berikutnya.

Semoga.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun