Mohon tunggu...
MHanover
MHanover Mohon Tunggu... Penulis -

Maria Nereng atau dikenal dengan Ike Nereng. Jarak boleh memisahkan, tetapi hatiku tetap rindu untuk kembali kepada Ibu Pertiwi, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Konser Michael Bublé di König Pilsener Arena Oberhausen Germany

3 Maret 2014   23:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:16 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Konser Michael Bublé (disingkat MB) dilaksanakan di König Pilsener Arena Oberhausen Germany, tanggal 12 Januari 2014.

Oberhausen adalah salah satu kota dari serangkaian kota yang akan dikunjungi MB di Jerman.  Cuaca di Jerman pada hari itu seperti biasa dingin. Salju tidak turun, hanya sedikit rintik-rintik hujan.

Tiba di König Pilsener Arena masih tampak sepi. Kebanyakan dari penonton hadir beberapa menit sebelum dimulainya konser. Tampak juga beberapa orang berusaha mencari tiket jika ada penonton yang mendadak berhalangan hadir. Tapi itu hampir tidak pernah terjadi.

Tepat jam 8 pm, pintu arena dibuka. Penonton mengantri untuk masuk dengan teratur berdasarkan nomor tempat duduk yang di tentukan saat membeli tiket konser. Tidak ada dorong mendorong antara penonton.

Tampak di gambar dari luar Konig Pilsener Arena Oberhausen Germany.

Gedung tersebut sangat besar dan luas. Sering digunakan untuk pertunjukan musik baik untuk artis penyanyi dalam maupun luar negeri. Kapasitasnya bisa menampung puluhan ribu penonton. Semua bisa melihat jelas dari sisi manapun. Gedung juga dilengkapi dengan layar monitor besar sehingga penonton bisa puas melihat artis mereka tampil dengan jelas di atas panggung.

Masuk ke dalam arena tersebut kita akan melewati ruangan tempat menyambut penonton dengan suguhan minuman seperti wine, bir dan jenis minuman lainnya, beserta penganan kecil khas Jerman. Masuk lagi ke dalam ruangan berikutnya, di situlah ruangan di dalam arena tempat konser tersebut diselenggarakan. Tampak gambar di bawah.



Di sisi kanan-kiri, depan-belakang, baik di atas maupun bawah dipenuhi oleh kursi penonton. Kekurangan dari arena ini hanya satu yang dirasakan oleh saya, yaitu terlalu sempitnya batas antara kursi di depan dan di belakangnya. Untuk orang Eropa yang sebagian besar memiliki postur tubuh besar dan kaki yang panjang, saya lihat tampak kesulitan jika mereka harus lewat dan duduk di antara tempat duduk tersebut.  Untuk orang Asia seperti saya saja merasa sempit dan tidak nyaman. Mungkin karena kepentingan bisnis untuk dapat menampung penonton sebanyak-banyaknya, sehingga unsur kenyamanan dikurangi yang penting keselamatan mereka tetap terjamin.

Malam itu semua kursi tampak penuh. Kami hadir lebih awal sehingga harus menunggu beberapa menit untuk dimulainya konser. Penonton perlahan berdatangan dan menduduki kursi mereka. Penjual minuman dan makanan masih hilir mudik menjajakan jualan mereka.

Konser di buka dengan Group Penyanyi berasal dari New York, Amerika bernama Naturally 7.

Group ini tampil sangat memukau dengan memiliki talenta yang mengagumkan. Mereka adalah group penyanyi beraliran R&b dan Akapela. Akapela adalah paduan suara tanpa iringan alat music atau menyanyi diiringi musik dari mulut si penyanyi sendiri. Mereka membawakan beberapa lagu. Awalnya saya tidak menyadari jika itu adalah group akapela, karena terdengar suara alat music mengiringi seperti suara gitar, trompet, bas dan drum. Ternyata ketika saat perkenalan anggota tersebut baru saya terkaget-kaget …sungguh wow.

Saat yang ditunggu-tunggu tiba. Layar terbentang lebar dengan gambar dan warna api di atasnya, tampak asap mengepul ke udara. Kemunculan sosok Michael Bublé  hadir di tengah-tengah asap bak magnet langsung membuat penonton bertepuk tangan dan berteriak histeris.  Dengan paduan jas hitam tampak ia gagah keluar dan mendekat ke arah penonton. Lagu pertama yang di bawakan adalah Fever, sangat membuat semua penonton terpersona bisa melihat langsung MB menyanyi di panggung. Kehadiran sosok sesungguhnya di panggung secara langsung, membuat kita merasa sangat dekat. Semua penonton betapa menikmati termasuk saya dan keluarga. Cara MB berinteraksi dengan penonton betul-betul simpatik. Bagaimana ia menyapa penonton, dan terlihat beberapa remaja putri berusaha menarik perhatian dengan menunjukan poster-poster yang mereka bawa dari rumah. Sungguh terkesan tidak sombong dan dibuat-buat, ia datang menghampiri dan membaca kalimat di beberapa poster tersebut. Setelah mengucapkan terima kasih atas tulisan di poster tersebut, kemudian menghadiahi mereka dengan kesempatan memeluk dan mengambil foto langsung dari layar ponsel mereka secara ‘selfie’.  Seorang remaja putri yang pada hari itu berulang tahun, juga tidak luput dari ucapan selamat tahun khusus dari MB.

Oh ya..MB juga mengumumkan kepada penonton berita kelahiran anak pertamanya, dan kebanggaannya sebagi ayah baru. Sungguh seperti ayah-ayah lainnya. Kemudian tidak lupa memperkenalkan para pemusik yang mengiringinya, beberapa dari Amerika dan Jerman ikut membantu mendukung penampilan MB malam itu.

Lagu yang di bawakan terus mengalir tidak berhenti termasuk juga lagu andalan MB, Save The Las Dance for Me dan Close Your Eyes…sungguh dapat dinikmati dengan baik. Penontong diajak bergoyang  dengan iringan musik yang kadang menyentak dan menghanyutkan. Interaksi dengan penonton tetap dijaga, sesekali ia melontarkan pertanyaan dan lelucon lucu mengundang yang hadir untuk tertawa bersama.

Akhirnya tidak terasa waktu berlalu, saatnya MB harus mengakhiri konsernya. Penonton berteriak dan melambai-lambaikan tangan kepada idolanya sebagai tanda berpisah. Beberapa saat setelah MB meninggalkan panggung,  penonton dikejutkan dengan kemunculan MB kembali tiba-tiba dengan membawakan satu lagu tambahan. Semua bersorak gembira. Total kira-kira 25 lagu sudah dinyanyikan.

Sebelum pergi MB menyatakan penghargaannya terhadap para penonton dan penggemar yang setia, bagaiman usaha mereka untuk hadir di konser ini. Ia juga mengatakan, setiap pertunjukan berakhir selalu memikirkan para penontonnya sementara sebaliknya, penonton akan melupakan konser ini setelah pulang dan sampai di rumah.

Mungkin memang begitu seharusnya.

Salam hangat,

Maria Nereng

Hannover, 28 February 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun