Budaya mogok kerja apa pun bentuknya tidak dianjurkan.
Setelah 19 Maret 2014 kemarin mogok secara besar-besaran di Hanover, Jerman, kembali lagi dilaksanakan 2 hari ini yaitu tanggal 25 - 26 Maret 2014. Mogok kerja bukan hanya  dari sektor trasportasi umum dalam kota seperti tram dan bis saja seperti sebelumnya, kali ini petugas kebersihan dan layanan umum lainnya serentak melakukan bersama-sama. Pemogokan dilakukan untuk peringatan akan pelayanan  umum atau publik, jika  ada latar belakang lain kurang jelas diberitakan di koran hari ini.
Meskipun tujuan mogok ini agar masyarakat menyadari akan pelayanan umum yang mereka nikmati selama ini, tetapi tetap sangat mengganggu aktivitas sehari-hari. Hampir sebagian besar masyarakat Hanover bergantung pada transportasi umum dapat dibayangkan jika tidak ada transportasi 1 hari saja. Semua anak sekolah, pekerja dan pengguna jasa layanan umum lainnya harus bertindak untuk mencari alternatif trasportasi lain.
Berbeda jika mogok kerja terjadi di Indonesia kita masih bisa mengandalkan ojek, angkot dan kendaraan umum tidak resmi untuk mengantar kita. Di Hanover kita harus naik mobil pribadi, sepeda bahkan jalan kaki jika kita tidak memiliki alternatif lain tersebut, Â meskipun jarak yang ditempuh cukup jauh. Ada juga yang memilih untuk diam di rumah dari pada harus berdesak-desakan di jalan dengan para pengguna jalanan umum lainnya. Biasanya jalan jarang padat, tetapi jika pelayanan umum mogok kerja seperti saat ini, maka semua mobil dan kendaraan pribadi bertumpah ruah di jalanan.
Melihat ini semua kita bisa menyimpulkan serikat pekerja di sini sangat solid atau kuat satu sama lain. Mereka anggotanya semua kompak bersama untuk melakukan mogok kerja. Meskipun sudah diumumkan beberapa hari sebelumnya bahwa akan terjadi mogok kerja, tetap saja membuat masyarakat kaget dan kebingungan. Jadi intinya tetap saja merugikan masyarakat umum. Masyarakat umum itu  adalah kita khususnya para pengguna jasa angkutan umum. Sebaiknya jangan dibiasakan budaya seperti ini sangat mengganggu sekali tidak patut dicontoh dengan alasan apa pun.
salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H