Mohon tunggu...
Ratna Dewi
Ratna Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Suka Jalan-jalan dan nonton film, Menambah Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Nonton "Pawai Pembangunan" ala Kuching di Tahun Baru Imlek

25 Januari 2012   03:22 Diperbarui: 4 April 2017   16:57 981
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


[caption id="attachment_166048" align="alignnone" width="640" caption="Pawai Imlek di Kuching"][/caption]

Kucing, siapa tidak kenal nama hewan yang mungkin menjadi kesayangan kita semua. Namun Kuching juga menjadi nama resmi ibukota Negara bagian Serawak , Malaysia Timur, yang terletak di pulau Kalimantan atau “Borneo”.Sebagaimana bagian lain pulau Kalimantan baik yang secara administratif terletak di Indonesia, Malaysia, maupun Brunei Darussalam, populasi etnis Cina cukup signifikan di kota yang juga memiliki satu-satunya museum kucing di dunia ini. Selain itu Kucing juga menjadi simbol kota ini terbukti dengan adanya patung kucing di pusat kota ini.


[caption id="attachment_166049" align="alignnone" width="640" caption="Monumen Kuching"]

13274607881209743852
13274607881209743852
[/caption]

Karena itu, tidaklah mengherankan, bila di Kuching perayaan tahun baru Imlek juga tidak kalah meriah dengan di tempat-tempat lain di Malaysia maupun di Indonesia. Selain dengan pesta kembang api di “Water Front” yang merupakan promenade atau tempat pejalan kaki yang ada di sisi sungaiSarawak , juga ada beberapa festival ataupun pawai yang cukup menarik. Salah satunya adalah pawai yang kebetulan saya saksikan di dekat Kelenteng Tua Pe Kong.


[caption id="attachment_166050" align="alignnone" width="640" caption="Sunagi Sarawak dengan latar belakang DUN"]

13274609261560802960
13274609261560802960
[/caption]

Sungai Sarawak yang Menawan

Kalau kita berkunjung ke Kuching, maka salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi adalah “Water Front”, yaitu daerah tempat pejalan kaki yang tepat berada di tepi Sungai Sarawak yang airnya cukup deras mengalir, berwarna kecoklatan namun cukup bersih dan banyak di seberangi sampan ataupun kapal wisata.

Sambil menyusuri promenade yang juga berada di tepian Jalan Tunku Abdul Rahman ini, saya menikmati pemandangan Sungai Sarawak yang menawan. Di sepanjang promenade ini juga banyak terdapat kios atau lapak yang menjual berbagai jenis makanan, baik internasional, maupun makanan khas Sarawak. Selain itu, banyak juga kios yang menjual souvenir dan pernak-pernik khas Sarawak. Tentu saja dengan harga yang cukup murah dengan syarat kita pandai-pandai menawar.


[caption id="attachment_166051" align="alignnone" width="640" caption="Muzium Sejarah Cina"]

1327460958493248098
1327460958493248098
[/caption]

Setelah bersantai akhirnya saya pun tiba di sebuah bangunan yang tampaknya cukup klasik dan tua . Bangunan ini ternyata sebuah Museum yang dinamakan Muzium Sejarah Cina atau Chinese History Museum. Bangunan yang berbentuk mirip kubus dan tidak terlalu besar ini sekilas mirip sebuah benteng tua. Namun catnya yang berwarna antara pink dan krem cukup menarik perhatian kami. Cukup menarik sekali menemukan sebuah Meseum Sejarah Cina namun berada di Pulau Kalimantan.

Sementara itu, tepat di sebrang Museum, di persimpangan antara jalan Tunku Abdul Rahman dengan jalanPadungan, terlihat sebuah kelenteng tua yang sangat menarik. Ternyata kelenteng tua ini disebut Tua Pek Kong dan konon merupakan kelenteng paling tua di Sarawak dan dibangun pada sekitar abad ke 18.


[caption id="attachment_166052" align="alignnone" width="640" caption="Kelenteng Toa Pek Kong"]

13274609861284743374
13274609861284743374
[/caption]

Parade Imlek di depan Tua Pek Kong

Secara kebetulan di sekitar kelenteng, pada saat itu ada semacam festival atau pawai yang kemudian berjalan mengelilingi kota Kuching. Suara instrumen tradisional Cina berupa tambur dan genderang dan gong terasa sangat akrab namun cukup memekakkan telinga.

Di barisan paling muka , tampak serombongan pemuda yang kelihatan berseragam mirip dengan seragam sekolah atau pramuka berbaris dengan rapi. Mereka membawa dua buah lampion besar berwarna merah dan diikuti dengan barisan yang membawa spanduk dan panji-panji berwarna merah yang bertulisakan aksara Cina.


[caption id="attachment_166053" align="alignnone" width="640" caption="Peserta Pawai"]

1327461025741497618
1327461025741497618
[/caption]

Sementara itu, di belakang barisan pramuka ini, juga terdapat barisan lain yang terdiri dari pemuda pemudi yang tampak lebih dewasa, berseragam T shirt berwarna kuning dancelana jin berwarna biru. Namun mereka membawa panji danjuga alat musik berbentuk gong kecil. Mungkin mewakili kelompok yang lain lagi. Selanjutnya dikuti oleh berbagai kelompok barisan dengan seragam dan panji atau pun alat musik yang berbeda.


[caption id="attachment_166055" align="alignnone" width="640" caption="Panji-panji Kuning dan Kaos Merah"]

1327461147412581751
1327461147412581751
[/caption]

Kami terus menonton pawai ini, yang selain diikuti oleh barisan pejalan kaki, juga ternyata dikuti oleh kendaraan hias yang unik dan indah. Salah satunya merupakan kendaraan truk terbuka yang dihiasi bendera merah kecil dan di atasnya ada dua buah hiasan yang mirip buah persik, tapi bisa juga ditafsirkan sebagai bunga teratai yang sedang berkembang. Lengkap dengan warna pink dan daunnya yang hijau.


[caption id="attachment_166056" align="alignnone" width="640" caption="Kendaraan Hias"]

13274611911996612791
13274611911996612791
[/caption]

Selain itu masih terdapat banyak barisan dan juga kendaraan yang pada umumnya berisi hiasan khas Cina, alat musik dan ada juga yang berhiaskan bendera Malaysia dan Serawak. Serawak sendiri konon baru belakangan bergabung dengan Malaysia setelah konflik politik yang cukup berkepanjangan yang juga melibatkan Indonesia di jaman Bung Karno.

[caption id="attachment_166058" align="alignnone" width="640" caption="Kendaraan Hias dengan Bendera Malaysia dan Sawarak"]

13274614611011644882
13274614611011644882
[/caption]

Cukup asyik juga menyaksikan pawai gratis di kota Kuching ini. Saya jadi teringat dengan pawai pembangunan yang sering diadakan di tanah air dalam rangka memperingati hari kemerdekaan. Namun pawai kali ini diadakan di depan kelenteng Toa Pe Kong di ibukota negeri Sarawak. Dan dalam rangka memperingati tahun baru Imlek. Going Xi Fa Cai!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun