[caption id="attachment_167080" align="alignnone" width="640" caption="Kucing Kucing di Kuching"][/caption]
Kota Kuching memang terus berkembang menjadi ibukota negri Sawarak yang modern. Namun kalau kita berkunjung ke pusat Bandar, kita terasa terlempar ke masa lampau ke bagian pertama abad dua puluh ataupun bahkan pertengahan dan akhir abad ke Sembilan belas. Waktu seakan-akan berhenti sehingga, yang dapat kita saksikan adalah deretan bangunan-bangunan kuno yang terawat dengan baik dan mewakili beberapabudaya dan etnis yang hidup berdampingan dengan damai di negeri bagian yang terletak di Kalimantan Utara ini.
Perjalanan saya dimulai di pusat kota dimana terdapatsebuah masjid tua yang indah. Masijid yang memiliki satu kubah utama berwarna kuning keemasan ini tampak sangat indah. Selain kubah utama tadi , masih banyak terdapatbelasan kubah kecil yang mengililinginya. Juga dengan warna keemasan yang sama. Masjid ini adalah salah satu masjid tertua di Kuching dan nama resminya Masjid Kuching.
[caption id="attachment_167081" align="alignnone" width="640" caption="Masjid Seratus Kubah di Kuching"]
Yang lebih menarik lagi masjid ini juga dicat dengan kombinasiwarna pink, krem dan oranye yang indah. Sementara seluruh jendela juga dinaungi oleh kubah keemasan kecil yang indah dan serasi. Tidak berlebihan kalau kita menjulukinya “Masjid Seratus Kubah Emas”.Masjid ini sebagai perlambang bahwa Kuching memang merupakan negrinya etnisMelayu. Tetapi etnisMelayu tidak hidup sendiri di sini, masih terdapat berbagai puak yang memberikan warna dan mozaik yang indah,
[caption id="attachment_167068" align="alignnone" width="640" caption="Shik Temple"]
Tidak jauh dari masjid ini, terapat lagi sebuah bangunan berlantai tiga dengan kubah-kubahnya yang juga berwana keemasan. Dari jauh saya mengira bangunan ini sebuah masjid. Namun setelah didekati, nama gedung ini adalah “Gurdwara Kuching”. Tertulis dengan indahnya terbuat dari logam berwarna keemasan. Sampai disini , saya juga belum tahu apa sesuungguhnya isi gedung ini, ketika makin mendekat, barulah saya tahu bahwa gedung yang indah ini adalah sebuah “Sikh Temple” atau tempat ibadah orang yang beragama Sikh.Penjelasan ini baru terlihat setelah sebuah papan nama terletak di atas pintu yang tertulis Gurdwara Sahib Kuching.
Gedung ini memilikiarsitekutur yang mirip dengan istana di India, dengan jendela-jendela besar berbentuk relung ogive dan kubah mirip masjid. Dan disini pula kita dapat melihat banyak lelaki memakai tutup kepala yang khas orang Shik. Tentu saja dengan janggut dan brewoknya yang lebat. Menurut cerita, kuil ini sudah berdiri sejak tahun 1910 karena banyaknya orang Shik di Sarawak pada saat itu.
[caption id="attachment_167070" align="alignnone" width="640" caption="Toko Toko Cina di Kuching"]
Kalau kita berjalan terus kita akan melihat banyaknya bangunan dengan arsitektur Cina dan juga toko-toko Cina yang mendominasi jalan-jalan di kota tua ini. Pastilah etnis Cina juga banyak berdiam di ibukota negri Sarawak ini. Terbukti juga dengan kehadiran sebuah kelenteng tua yang disebut dengan Toa Pe Kong.
[caption id="attachment_167071" align="alignnone" width="360" caption="Jalan India dulu Jalan Keling"]
Namun di kota tua ini juga terdaoat sebuahjalan khusus untuk pejalan kaki yang disebutJalan India atau nama kerennya “India Street Pedestrian Mall”. Ini merupakan sebuah jalan yang diperuntukan bagi pejalan kaki yang disi oleh barisan toko-toko tua yang indah dan antik. Kebanyakan toko disini memang dimiliki oleh etnis India, namun banyask juga took yang dimiliki oleh etnis Cina.Menurut plakat yang ada, pada pertengahan abad ke 19 tempat ini dinamakan Jalan Keling. Baru pada awal abad ke 20 nama jalan ini diubah menjadiJalan India atas perintah Raja Putih Charles Brooke.
[caption id="attachment_167073" align="alignnone" width="640" caption="Restoran Lebanon"]
Namun jangan khawatir, tidak jauh dari sini terdapat juga suasana timur tengah. Sebuah bangunan tua berwarna putih bertingkat dua disulap dijadikan sebuah restoran Lebanon. Dekor dan interior restoran ini akan membawa pengunjungnya seakan-akan berada di timur tengah. Penyusunan meja kursi, perabitan, dan juga hiasan tempat duduk dan lampu-lampunya benar-benar khas negri seribu satu malam.
[caption id="attachment_167075" align="alignnone" width="640" caption="Suasana Timur Tengah"]
Kalau kita berjalan lebih jauh lagi, terdapat juga sebuah bangunan tua yang mewakili kehadirin bangsa Eropa di Sarawak. Sebuah bangunanyangberbentuk benteng ini dugunakan menajdi gedung“Sarawak Craft Council” dan juga gedung “Sarawak Tetile Museum”.
[caption id="attachment_167076" align="alignnone" width="640" caption="Sarawak Craft Council"]
Jadi dengan hanya berkunjung ke Kuching, kita seakan-akan sudah berkelana ke beberapa benua. Baik Eropah, Cina, dan India. Tentu saja semuanya ada di Kuching.
[caption id="attachment_167078" align="alignnone" width="640" caption="Cruise di Sungai Sarawak"]
Setelah lelah berjalan-jalan di kota tua , kita dapat kembali menyusuri water front promenade Sungai Sarawak dan ikut berlayar dengan kapal Sarawak River Cruise menyusuri sungai dengan berbagai pemandangan yang menjadi ikon kota Kuchingseperti Fort Margherita , DUN (Dewan Undangan Negeri) atau DPRD Sarawak, Astana dan bangunan bangunan cantik lainnya.
[caption id="attachment_167079" align="alignnone" width="640" caption="Cruise Sarawak"]
Pendek kata sebuah perjalanan ke kota yang menyimpan banyak kejutan dan keasyikan,apalagi hampir semuanya dapat dinikmati dengan gratis ataupun biaya yang relatif murah. Selain itu kita juga dapat menikmati makanan khas Sarawak seperti Laksa Sarawakdan juga kueh lapis nya yang berwarna-warni. Ingin mencoba? Sila Datang ke Kuching!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H