Mentari baru saja menampakan sinar ketika kereta komuter yang saya tumpangi melesat menuju ke selatan. Kearah stasiun Bogor. Penumpang lumayan ramai namun tetap nyaman karena kereta yang penuh adalah yang arah ke Jakarta. Sekitar pukul 7.30 kereta pun merapat di stasiun Bogor.
Setelah itu, kita semua berdiri manis bersama rombongan anak sekolah berseragam pramuka sambil dijelaskan oleh petugas tentang sejarah istana bogor. Dibangun pada tahun 1745 oleh gubernur jendral Belanda Van Imhof dan dinamakan Pesanggrahan Buitenzorg yang artinya tidak galau he he. Sejak itulah Bogor mendapat nama Belanda Buiten Zorg.
Lalu dijelaskan juga kalau Pak Jokowi itu suka sekali memelihara hewan. Di istana ini ada berbagai jenis hewan piaraan Pak Jokowi. Yang pertama tentu saja rusa tutul. Tapi ini warisan sejak jaman Daendles yang pada awal abad ke 19 menjadi Gubernur Jendral dan membawa 6 pasang rusa yang sekarang sudah berkembang biak menjadi lebih dari 600 ekor.
Lalu adalagi kambing, piaran pak Jokwi yang bulan Maret lalu sempat beranak dan disiarkan oleh presiden melalui vlog. Juga ada kuda Sumba yang baru didapat sebagai hadiah hasil kunjungan ke Sumba. Selain itu di kolam istana juga banyak biawak. Sementara kodok piaraan Jokowi sekarang terpaksa dititipkan di Kebun Raya. Pasalnya kodok yang dipiara di kolam istana habis dimakan biawak? Demikian keterangan salah seorang pengawal istana.
Pada saat rombongan jalan-jalan ke bagian belakang halaman istana, kita sempat ketemu dengan dua ekor kambing yang sedang bermain di halaman. Juga tampak di kejauhan dua ekor kuda. Sayangnya tidak diperbolehkan mendekat ke kuda tersebut.
Kunjungan ke istana atau tepatnya ke halaman istana dan cuma ngintip ruangan-ruangan istana ini berlanjut dengan mengunjungi museum kenegaraan dimana terdapat patung enam presiden sebelum Jokowi.
Hari semakin siang, sekitar pukul 11 kami meninggalkan istana lewat Kebon Raya Bogor di dekat Makam Belanda dan kemudian berjalan kembali menuju Balai Kota untuk mengambil tas dan barang-barang yang dititipkan.