Setelah dirilis pertamakali di New York Amerika Serikat pada Desember 2014 lalu. Akhirya film Brsih With Danger masuk ke Indonesia dan akan diputar untuk umum perdana pada 26 November 2015 yang akan datang. Sabtu , 21 November 2015 kemaren, acara Nonton Bareng Komik Kompasiana berlangsung sekitar pukul 15 .00 di Cinema XXI Epicentrum Walk di Kawasan Kuningan. Mas Agung Han sudah siap di ticket box dan membagikan tiket serta voucher snack dan minuman ringan kepada seluruh peserta.
Sebelum pemutaran film, kami sempat foto bersama dengan sutradara dan juga pemeran utama film Brush With Danger, yaitu bintang muda anak bangsa yang sedang naik daun, Livi Zheng. Sehabis berfoto bersama acara dilanjutkan dengan wawancara singkat dengan Livi yang menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan gaya anak muda.
Pemutaran film sendiri dimulai sekitar pukul 16.00 di Studio 1. Film dimulai dengan kisah sepasang kakak adik yaitu Alice Qiang dan Ken Qiang yang tiba di “The Land of Opportinuty”, Amerika sebagai imigran gelap dengan menumpang peti kemas. Mereka tiba di kota Seattle , pelabuhan utama di barat laut Amerika yaitu negara bagian Washington.
Pemandangan kota Seattle yang indah dengan Space Needlenya menyambut kedatangan kakak beradik itu. Mereka menggelandang di jalan dan berjualan lukisan Alice. Akhirnya dengan mempertunujukan keahlian mereka dalam hal bela diri, mereka dapat bertahan hidup sampai akhirnya bertemu dengan Elizabeth yang memiliki restoran.
Secara kebetulan, Justus Sullivan , seorang pemilik “Art Gallery” tertarik dengan bakat melukis yang dimiliki Alice. Mereka pun ditawarakan bekerjasama dan tinggal di rumah Sullivan. Alice bisa melanjutkan hobby melukisnya serta Ken juga masuk ke sebuah klub tinju dan bisa ikut pertandingan tinju yang bahkan mendapatkan penghasilan yang lumayan. Cita-cita mereka adalah memoyong ayah mereka ke Amerika secara legal.
Cerita mulai memanas ketika polisi menemukan mayat seorang wanita etnis Asia di pantai dan kemudian diketahui pernah membeli bahan-bahan melukis di sebuah toko . Nick Thompson, seorang detektif polisi , dalam rangka menyelidiki kematian wanita tadi, melihat Alice membeli cat di toko yang sama dan kemudian membuntuti Alice sampai ke retoran Elizabeth.
Justus kemudian meminta Alice untuk mengkopi salah satu lukisan Van Gogh. Lukisan asli buatan Van Gogh ini sendiri sekarang statsusnya sudah hilang tidak tentu rimbanya. Walaupun pada awalnya Alice sempat curiga, namun Justus dapat meyakinkan Alice , bahwa lukisan tiruan ini hanya akan dihadiahkan ke soerang teman.
Alice terus melukis dam Ken terus bertarung, kedua kakak beradik ini makin bersemangat menempuh hidup baru di Amerika. Ketika lukisan palsu itu selelsai, ternyata dijual oleh Justus ke Marcus Gilani seorang penadah yang berrani membayarnya dengan harga mahal.
Akhirnya terjadilah petempuran di rumah Justus dan berkat keterampilan bela diri mereka, kedua kakak beradik ini berhasil selamat dan dengan bantuan sang detektif polisi Nick Thomson keduanya berhasil mendapatkan ijin tinggal resmi di Amerika Serikat.
Secara singkat film yang syutingnya di Seattle dan Los Angeles ini memiliki alur cerita yang sederhana dan mudah ditebak akhirnya. Namun kesederhanaan inilah yang menjadi kekuatan tersendiri yang membuat karakter Alice dan Ken terasa sangat menonjol dalam film ini. Peran Elizabeth juga terasa sangat keibuan karena kebetulan tidak memiliki anak dan bisa mengayomi kedua kakak beradik Alice dan Ken.