Mas yang selalu kurindukan...
Kemarau datang lebih cepat dari yang kuduga. Sia sia aku terpaku di depan jendala yang kubuka perlahan senja ini, menunggu gerimis tiba. Tau kah kamu mas, aku sedang menunggu gerimis seperti aku menunggu kedatanganmu. Menunggu sesuatu yang bahkan kamu sendiri tidak pernah menjanjikannya padaku mas. Duh Gusti, lalu kenapa juga aku masih terdiam di sini.
Mas..., tau kah kamu apa itu rindu. Mengertikah kamu bagaimana muram nya hati yang menunggu. Pahamkah bagaimana rasa nya hati yang di tikam resah nya penantian. Tergulung dalam ombak perasaan yang tidak ada ujung pangkalnya. Terseret dan tidak berdaya melawan.
Sebenarnya betapa tidak penting nya perasaanmu dan perasaanku di bandingkan dengan persoalan negeri bedebah ini. Betapa kecil nya rasa kehilanganku di bandingkan dengan rasa kehilangan ibu dan anak yang ditinggal martir bapak nya kemaren sore. Tapi berlebihankah jika kita menikmati manisnya perasaan kita yang terhubung satu sama lain. Sekalipun perasaan itu salah. Ah siapa yang menjadi juri disini sehingga berani menghakimi perasaan kita.
Aku masih termanggu di depan jendela saat angin senja membawa daun kering berterbangan, melayang berputar dan jatuh perlahan lahan. Persis seperti perasaanku padamu mas, yang bermekaran semusim yang lalu dan kemudian jatuh perlahan di musim lain.Â
Kesibukan kotamu telah menyeretmu makin jauh dari ku. Aku ingin menghujanimu dengan amarah karena abai mu padaku. Aku ingin menyambarmu dengan kilatan kilatan cemburu, karena aku tak lebih penting dari apa dan siapa yang sekarang ada di depanmu. Tapi aku bisa apa mas, aku hanya bisa mengatupkan rahang sekuat kuat nya untuk menahan gerimis di mataku.
Seperti nya aku harus segera menutup jendela, mas. Senja perlahan berubah malam dan gerimis tidak akan datang. Rupanya kamu mengerat gerimis dan memindahkannya pada ujung mataku. Aku terlambat mencegahmu, tetesannya sudah mengalir di kedua pipiku yang ranum. Pipi yang sama yang pernah kamu kecup semusim yang lalu.
Ada waktu nya nanti kamu mencariku tapi tidak menemukanku mas , ada masa nya nanti kamu pulang tapi aku tidak mengenalimu lagi, karena gerimis yang kamu pindahkan di mataku, tiba tiba melebat dan menenggelamkanku dalam ketiaadaan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H