Di Era Orde Lama Soekarno, pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945 Indonesia belum bisa membangun perekonomian secara utuh karena pada saat itu presiden dan kabinet sedang sibuk mempertahankan kemerdekan hingga tahun 1949. Indonesia mengalami gejolak politik dan sosial. Pada saat itu juga terjadi inflasi yang mengakibatkan semua harga barang menjadi naik dengan sangat cepat, kisaran harga naik 30%-50% perbulan. Inflasi tidak terkendali dan sebagian besar sektor ekonomi produksi mengalami kemerosotan, hingga gagal mengimbangi pertumbuhan penduduk. Dan tercatat pula 99% penduduk Indonesia dinyatakan sebagai rakyat yang miskin.
Di Era Orde baru yang dipimpin Soeharto banyak upaya yang dilakukaan untuk bangkit dari inflasi, seperti mendirikan organisasi pengusaha. Angka kemiskinan menjadi 54%. Artinya angka kemisknan di Indonesia mulai menurun. Pada masa presiden B.J Habibie Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi  yang sangat pesat. Dapat diakatakan bahwa 46% rakyat berhasil dilepaskan dari status sebagai rakyat miskin. Tercatat pula 113 juta jiwa orang Indonesia yang 54% dari jumlah penduduk berada di bawah garis kemiskinan.Â
Kepemimpinan Abdurahman Wahid. Saat itu tahun 2000 menunjukan indikator kuat untuk memulihkan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi pun lebih tinggi dari yang diperkirakan yakni menjadi 4,8%. Hingga pada masa Presiden Jokowi sekarang ini tercatat angka kemiskinan hanya 9,1%. Sugguh pergerakan yang sangat bagus karena setiap masanya selalu mengalami penurunan presentase kemiskinan. Hal itu dibuktikan dengan kerja keras yang dilakukaan pemimpin untuk mensejahterakan rakyatnya. Agar semua rakyat hidup dengan nyaman, maka dari itu pemerintah telah melakukan segala sesuatu dengan kerja kerasnya hingga tercapai penurunan tingkat kemiskinan yang tersisa sebesar 9,1%.
Dari penjelasan di atas menyatakan bahwa perkembangan ekonomi dari masa ke masa sebelum adanya COVID-19 sangat bagus dan selalu mengurangi tingkat kemiskinan. Sayangnya hal tersebut tidak lagi terjadi setelah adanya pandemi COVID-19 saat ini. Alih-alih adanya COVID-19 ini malah mengakibatkan tingkat kemiskinan bertambah. Jika kita lihat dan kita amati sejak bulaan maret 2020 hingga saat ini terjadi penurunan perekonomian. Bukan hanya di Indonesia melainkan di seluruh dunia, akibat adanya Covid-19.Â
Dari adanya pandemi Covid-19 ini yang sangat besar pengaruhnya yaitu terhadap perekonomian negara. Ini adalah penyakit yang menular dan sangat berbahaya. Maka dari itu pemerintah mengeluarkan kebijaakan untuk melakukan segala aktivitas dari rumah saja. Ternyata itu sangat berdampak kepada perekonomiaan masyarakat dan negara. Pasalnya karena hal ini, yang tadinya pusat perbelanjaan lancar, ekspor impor lancar serta tempat wisata buka dan pedagang juga diperbolehkan untuk berjualan secara bebas. Tetapi karena adanya pandemi ini mengakibatkan semuanya terhalang, sehingga mengakibatkan pendapatan rakyat dan negara menurun.
Banyaknya perusahaan gulung tikar dan usaha kecil-kecilan tutup karena tidak ada lagi pendapatan yang diterima. Atau lebih besar pengeluaran dari pada pendapatan. Akibat adanya pandemi ini maka tercatat pula tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia meningkat menjadi 9,78%, atau dengan jumlah penduduk sebanyak 26,42 juta orang. Hal ini terjadi akibat adanya kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) yang dikeluarkan presiden guna mengurangi penyebaran covid-19. Pada saat itu semua akses dibatasi bahkan di tutup. Seperti tempat pariwisata, tempat hiburan, serta pusat perbelanjaan. Padahal harga eceran komoditas
pokok naik. Nyatanya hal itu sangat berpengaruh pada pendapatan penduduk. Memang dampaktersebut dirasakan oleh semua masyarakat. Tetapi lebih berdampak kepada para ekonomi menengah ke bawah.
Pemerintah menerapkan new normal. Artinya sebagian aktivitas bisa di lakukan di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Seperti lapangan pekerjaan dan lain-lain sudah mulai beroperasi kembali. Pemerintah menerapkan hal tersebut dengan syarat semua masyarakat yang akan beraktivitas di luar rumah, serta ketika melakukan perjalanan jauh yang menggunakan transportasi udara,laut dan darat. Sebisa mungkin harus memeriksakan dirinya terlebih dahulu dengan tes yang sudah di persiapkan sesuai dengan aktivitas yang akan di lakukan, seperti antigen, swab, pcr dan lain-lain.
Alih-alih akibat sunyinya dunia usaha mengakibatkan beberapa pelaku usaha yang berlaku curang. Misalnya saja seperti sekarang ini ada berita bahwa alat yang di gunakan untuk mendeteksi bahwa seseorang tersebut positif corona-19 atau tidak, itu menggunakan alat yang bekas (sudah di gunakan oleh orang lain sebelumnya), dari situ pihak yang berlaku curang akan meraup keuntungan yang sangat banyak. Adapun dana bansos yang disediakan untuk masyarakat itu sebagian di makan oleh pihak pemerintah, sehingga masyarakat tidak semua mendapatkan dana bansos tersebut. Dari situ munculah asumsi-asumsi masyarakat bahwa COVID-19 ini hanya lah permainan politik semata.
Begitu pula dengan perkembangan perekonomian di Indonesia yang sekarang ini sudah mulai membaik, walaupun di beberapa bagian daerah masih ada yang belum, artinya pertumbuhan perekonomian di Indonesia masih belum merata. Hal ini mengakibatkan munculnya tantangan yang sangat berat di tengah pandemi seperti ini. Agar pemerintah bisa memulihkan perekonomian dan mengurangi tingakat kemiskinan. Kita sebagai masyarakat juga bisa membantu pemerintah seperti mentaati peraturan yang sudah di keluarkan pemerintah. Sikap yang harus di lakukan pemerintah, harus tegas dengan aturan dan ketetapan yang sudah di tentukan. Seperti dana bansos yang sangat penting di tengah pandemi ini untuk semua kalangan masyarakat, karena semua orang terkena dampaknya. Maka pemerintah harus benar-benar melakukan pengecekan dan pengawasan agar dana tersebut benar-benar sampai kepada para masyarakat.Â
Pemerintah memiliki langkah untuk membangkitkan perekonomin dan menurunkan kembali tingkat kemiskinan di Indonesia. Yaitu dengan cara membuka aktivitas ekonomi di tegah pandemi covid-19 (harus mememuhi protokol kesehatan) agar mampu mendorong pertumbuhan ekonomi. Adapun beberapa langkah lainnya, pertama melakukan belanja besaar-besaran untuk meredam kontraksi ekonomi akibat pandemi covid-19 itu dilakukan agar permintaan dalam negeri dan dunia usaha tergerak untuk berinvestasi.Â