Bab 3: Rahasia yang Tersembunyi
Setelah meninggalkan Desa Harapan Baru dengan petunjuk dan semangat baru, Arif, Siti, dan Pak Rahman melanjutkan perjalanan mereka menuju Kuil Cahaya. Mereka menempuh jalan rahasia yang diberikan oleh Nyai Sari, melewati hutan lebat dan medan yang semakin sulit. Setiap langkah membawa mereka lebih dekat kepada tujuan mereka, tetapi juga menghadapkan mereka pada tantangan yang semakin besar.
Di tengah perjalanan, mereka tiba di sebuah lembah yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Di dasar lembah, terdapat sebuah danau yang airnya berkilauan di bawah sinar matahari. Pak Rahman menyarankan agar mereka beristirahat sejenak di tepi danau sebelum melanjutkan perjalanan.
Saat mereka duduk di tepi danau, Siti memperhatikan sesuatu yang aneh di dasar air. "Lihat, Arif! Ada sesuatu di dasar danau," katanya sambil menunjuk ke arah bayangan yang tampak samar-samar.
Arif dan Pak Rahman mendekati tepi danau dan melihat bahwa ada sebuah pintu batu besar yang tersembunyi di bawah permukaan air. Pintu itu dihiasi dengan ukiran-ukiran kuno yang mirip dengan yang mereka temukan di gua sebelumnya.
"Ini pasti salah satu petunjuk yang disebutkan dalam buku tua," kata Pak Rahman. "Kita harus mencari cara untuk membuka pintu ini."
Mereka memutuskan untuk menyelam ke dalam danau dan memeriksa pintu batu lebih dekat. Dengan bantuan Siti, yang memiliki keterampilan menyelam yang baik, mereka berhasil menemukan mekanisme tersembunyi di balik ukiran-ukiran tersebut. Setelah beberapa usaha, mereka berhasil membuka pintu batu dan menemukan sebuah lorong yang gelap dan misterius.
Dengan hati-hati, mereka memasuki lorong tersebut dan menemukan bahwa itu adalah jalan rahasia yang mengarah ke dalam perut gunung. Di dalam lorong, mereka menemukan lebih banyak ukiran dan simbol-simbol kuno yang memberikan petunjuk tentang perjalanan mereka selanjutnya.
Lorong itu membawa mereka ke sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan cahaya lembut dari kristal-kristal yang bersinar di dinding. Di tengah ruangan, terdapat sebuah altar kuno yang dihiasi dengan berbagai artefak dan tulisan-tulisan kuno.
Pak Rahman mendekati altar dan membaca tulisan-tulisan tersebut dengan seksama. "Ini adalah tempat suci yang digunakan oleh para pencari cahaya sebelumnya," katanya. "Di sini, mereka menerima bimbingan dan pengetahuan yang membantu mereka dalam perjalanan mereka."