Mohon tunggu...
Ratna Sari Dewi
Ratna Sari Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir

Ibu rumah tangga yang juga mahasiswi jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir di STAI Tasikmalaya, mempunyai hobi bersepeda dan juga menulis, menulis apa yang ingin ditulis...trip, pendidikan, sosial budaya, karya sastra, dll.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Uban yang Dihembuskan Angin Surga

2 Maret 2023   14:56 Diperbarui: 2 Maret 2023   15:23 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usia, tak ubahnya seperti putaran jarum jam yang berdetak setiap waktunya. Menanti giliran siapa gerangan yang Engkau panggil lebih dulu. Berjam-jam Norma berdiri di depan cermin, memandangi lembaran rambut yang ternyata baru disadarinya sudah beruban. Ingin dia mewarnainya dengan warna merah atau coklat terang agar lebih keren. Dilihatnya wajah sang suami yang sedang rebahan dan setengah tidur di atas kasur dengan perutnya yang semakin hari semakin buncit saja, padahal setiap akhir pekan tidak melewatkan ngegim. Dilihatnya lagi cermin dan menggoyang-goyangkan kepala ke kanan dan ke kiri lalu dipandanginya lagi sang suami yang tertidur pulas kemudian dia menghela nafasnya, seolah-olah kehilangan harapan. Apa perlu aku berganti suami juga...melihatnya seperti itu jadi ill feel. Dalam benaknya, yang terucap tanpa dipikir. Hanya tertunduk lesu. Lalu dia hampiri suaminya itu dan menggoyang-goyangkan badannya agar terbangun.

 "Pa... bangun...aku mau ngomong...'apa aku boleh mewarnai rambutku ini...uban-ubanku sudah bermunculan?'".

"Untuk apa bu...uban itu adalah tanda dari Tuhan jangan diwarnai...kelak akan menjadi cahaya di hari kiamat".

Ucapan suaminya tak pelak membuatnya berhenti untuk merengek. Disadarinya, bahwa diusianya terlalu banyak memanjakan diri dan tidak fokus pada apa yang seharusnya dicapai. Suaminya heran istrinya itu tidak menimpali perkataannya tidak seperti biasanya. Norma langsung pergi karena merasa tidak ada gunanya jika mendebat urusan akhirat. Dia benar...kenapa permintaanku aneh...toh aku juga kan berkerudung...untuk apa...lucu juga....Dalam benak nya bergumam.

Sekarang giliran suami Norma yang berdiri di depan cermin mengibas-ngibaskan rambutnya yang basah dan menyusuri tiap helai bagian rambut, dan menggoyang-goyangkan kepala mencari bagian mana yang paling banyak ubannya. Dari arah belakang istrinya Norma berkomentar, " Kita sudah tua pa...sudah beruban...itu tanda dari Allah...kelak tanda itu menjadi cahaya di hari kiamat"

Suaminya tersenyum simpul, mendengar istrinya meniru bicaranya tempo hari mengenai uban.

"Ia bu...kita sudah tua...sudah saatnya memikirkan amal yang mengantarkan kita ke surga".

Tampak keharmonisan pasangan suami istri ini, dengan segala rasa syukur dan keridhoan dalam menjaga ubannya agar tetap orsinil sebagai bukti keikhlasan menerima fitrah yang Tuhan berikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun