Warga Bandung pasti sudah tidak asing lagi dengan jalur Tamiya. Jalur yang lumayan menguras keringat buat pemula seperti saya. Awal sebelum menggunakan tandem, saya bersama suami menggunakan sepeda masing-masing. Namun belum pernah untuk diijinkan untuk ke jalur tersebut dengan alasan medannya terlalu extrim untuk seorang pemula. Awalnya, saya kurang suka bersepeda. Karena suami hobi bersepeda, sebagai seorang istri yang baik saya berusaha untuk ikut menyukai apa yang suami suka sebagai bentuk keta'atan dan kecintaan kepada suami. Saya-pun mulai rutin bersepeda untuk memperkuat dengkul dan suami mengajarkan cara mengatur posisi kaki dengan menggunakan telapak kaki depan sebagai pijakan agar tidak cepat pegal saat menggowes. Ketika bersepada-pun nafas harus diatur agar ritme gerak antara kaki dan nafas lebih teratur. Intinya agar tidak terlalu ngos-ngosan. Setelah beberapa minggu berlatih dengan trek pendek, suami mengajak bersepeda ke lokasi trek yang lebih panjang. Namun, tetap belum mengijinkan membawa sepeda sendiri. Tapi menggunakan tandem.
Perlu diketahui, tandem adalah sepeda dengan dua orang yang mengayuhnya. Tidak semua orang mampu menggunakan sepeda ini. Sewaktu teman kami mencoba sepeda ini, mereka tidak bisa menyeimbangkan ritme kaki. Karena khusus untuk sepeda tandem ini, ritme kaki sangat penting karena untuk menyeimbangkan sepeda sehingga mampu bergerak dengan kesamaan ritme dan kekompakan pengayuhnya. Beruntung, saya bisa dengan cepat mempelajari cara menyeimbangkan ayuhan sepeda dengan melihat ritme gerak pengayuh depan.Â
Jalur menuju trek Tamiya lumayan panjang. Dengan melalui jalur dago atas, dilanjut jalur warung bandrek, biasanya warung ini dipenuhi para pesepeda di akhir pekan. Setelah beristirahat di warung bandrek diteruskan lagi menuju cartil yang bisa dilalui juga dari jalan padasuka. Jalur Tamiya mampu memompa adrenalin goweser. Saat ini belum tahu apakah ada goweser tandem seperti kami yang melalui trek tersebut. Disebut Tamiya karena treknya berkelok-kelok dan naik turun seperti jalur lintasan Tamiya. Untuk goweser, rasanya ga poll kalau belum pernah ke jalur tersebut. Dengan disajikan pemandangan yang luar biasa diantara perbukitan, perkebunan yang menjulang di atas kota bandung. Pemandangan hijau yang membuat mata segar ketika memandangnya, menghilangkan rasa lelah karena mengayuh sepeda naik turun untuk melaui jalur tersebut.
Jalur setapak yang dilalui sepeda menambah adrenalin tersendiri. Para petani yang ramah menyapa kami di sepanjang jalur yang dilalui. Ada kebun tomat, cabai, bawang, dan sayuran lainnya. Tempat ini sangat direkomendasikan bagi goweser yang belum tahu jalur ini untuk menikmati wisata adrenalin sekaligus wisata trip yang sayang untuk dilewatkan. Jalur ini keluar melalui padasuka atas dan bisa dilanjut ke arah cimenyan atau turun melalui padasuka. Apalagi jalan sepanjang padasuka sudah bagus tidak seperti pertama kali melalui jalur ini jalanannya masih rusak dan berlubang.Â
Semoga dengan sedikit informasi ini bisa mengarahkan para pegowes untuk mengunjungi trek JSPD - Tamiya tanpa ragu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H