Kalian akan ditanya tentangku, apakah yang akan kalian katakan? Jawab parahabat: kami bersaksi bahwa sesungguhnya engkau talah menyampaikan (risalah), telah menunaikan (amanah) dan telah menasehati. Maka ia berkata dengan mengangkat jari telunjuk kearah langit, lalu ia balikkan ke manusia: Ya Allah saksikanlah, Ya Allah saksikanlah, sebanyak 3x" (HR. Muslim).
Setelah beliau berkhotbah, Allah Ta'ala menurunkan ayat:
"...Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu..." (QS. Al-Maidah: 3).
Pada saat turun ayat tersebut, Umar bin Khattab pun menangis. Lalu ditanyakan kepadanya, "Apa yang menyebabkanmu menangis?"
Umar menjawab, "Sesungguhnya tidak ada setelah kesempurnaan kecuali kekurangan."
Dari ayat tersebut, Umar merasakan bahwa ajal Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah dekat. Apabila syariat telah sempurna, amak wahyu pun akan terputus. Jika wahyu telah terputus, maka tiba saatnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kembali ke haribaan Rabnya Jalla wa 'Ala. Dan itulah kekurangan yang dimaksud Umar, yakni kehilangan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dari sini juga kita mengetahui keagungan Kota Mekah; di sanalah syariat yang suci ini dimulai dan di sana pula syariat disempurnakan.
Dalam kesempatan lainnya, -di Mina- Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kembali berkhotbah:
"Sesungguhnya setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo'dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadal (akhir) dan Sya'ban." (HR. Bukhari).
Kemudian beliau bersabda, "Bulan apa ini?" Kami (para sahabat) menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui." Beliau diam sampai-sampai kami mengira beliau akan mengganti nama bulan ini.
Lalu beliau kembali bersabda, "Bukankah ini bulan Dzul Hijjah?" Para sahabat menjawab, "Betul."