Mohon tunggu...
Ni Ketut Ratna
Ni Ketut Ratna Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Mahasiswa Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jelajah Pesona Sang Kota Kembang

18 Maret 2021   16:56 Diperbarui: 18 Maret 2021   17:23 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Bandung adalah kota metropolitan terbesar di Provinsi Jawa Barat sekaligus menjadi ibu kota provinsi tersebut. Bandung memiliki beberapa julukan yang membuat Ibu Kota Provinsi Jawa Barat itu semakin terkenal. Beberapa julukan yang familiar tersebut yaitu Bandung dikenal sebagai kota kembang atau jika diartikan Bandung sebagai kota bunga. 

Bandung bisa memiliki julukan kota kembang, karena konon katanya Bandung terkenal dengan rindangnya pepohonan, bunga yang tumbuh di penjuru kota, serta taman yang hijau. 

Selain itu, Bandung dijuluki Paris Van Java karena pada tahun 1920-an Bandung mulai membangun perumahan bergaya Eropa serta pada saat itu sering ada pasar malam Jaarbeurs, lalu Ibu Kota Jawa Barat ini  juga dijuluki Bandung Lautan Api, julukan ini muncul ketika Kota Bandung pernah 'dibumihanguskan' oleh warganya sendiri dengan tujuan supaya penjajah tidak bisa menduduki kawasan Bandung lagi. "Dan Bandung bagiku bukan Cuma masalah geografis lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi" begitulah kutipan Pidi Baiq yang tertulis di sebuah tembok di Jalan Asia Afrka, Bandung.

Saat momen liburan tiba tentu kebanyakan orang ingin menghabiskan waktunya untuk berlibur atau hanya sekadar melepas penat kehidupan. Sebuah kutipan yang cukup menarik berbunyi "liburan membuat kamu melupakan permasalahan kehidupan dan berfokus pada keindahan kehidupan. Karena itu, berliburlah agar kamu bahagia". 

Bandung menjadi daftar kota teratas sebagai tujuan berlibur atau rekreasi. Bandung memiliki daya tarik dalam hal kuliner maupun tempat wisatanya yang mampu memanjakan panca indera. 

Kota kembang ini juga dibajiri oleh wisatawan local dan mancanegara dari berbagai kalangan usia. Khususnya kalangan anak muda, biasanya berlibur atau rekreasi ke tempat-tempat yang dianggap instagramable untuk dibagikan di akun media sosial mereka. Bandung mungkin menjadi pilihannya. Bandung memiliki begitu banyak tempat wisata instagramable dengan biaya yang mengikuti isi kantong.

Perjalanan Yogyakarta-Bandung

Pada tanggal 18 Desember, pukul 23.00 saya berangkat dari stasiun kereta api Yogyakarta-Bandung. Perjalanan ditempuh kurang lebih 8 jam. Sedikit membosankan memang selama perjalanan karena hanya seorang diri. Sepanjang perjalanan, hanya melihat ke arah jendela sambil mendengarkan lagu menggunakan headset.  

Pemandangan pada malam hari selama di dalam kereta memang kurang memuaskan, karena pemandangannya hanya terlihat gelap gulita saja. Beberapa kali mata saya sempat tertidur dengan sendirinya. Beberapa kali terjadi, namun masih belum sampai juga. 

Di sisi lain, seorang teman bernama Dinny memulai perjalanan dari Lampung-Bandung menggunakan transportasi darat, sedangkan teman bernama Tya berangkat dari Purwokerto-Bandung juga menggunakan kereta api. 

Selama menempuh perjalanan, kami berkabar dan berkomunikasi menggunakan gawai. Waktu terus berjalan, tak terasa mata sudah terpejam cukup lama. Matahari mulai terbit menyoroti kedua mata melalui celah jendela kereta api. Ketika terbangun dari tidur, langsung dimanjakan dengan pemandangan nan hijau. Dengan mata yang masih sayu, saya seakan tidak terkedip melihat-lihat pemandangan melalui jendela sebelah kiri.

Menginjakkan kaki di Kota Bandung

Tak terasa, sudah pukul 08.30 pagi saya sudah sampai di stasiun Kiaracondong, Bandung. Suasana pagi di stasiun itu sangat bising. Banyak orang yang mengantre ingin masuk ataupun keluar kereta api dengan tidak teratur. Rasanya sedikit takut. Jujur saja ini kali pertama bagi saya menggunakan transportasi kereta api. 

Setelah kaki melangkah turun sambil membawa koper, saya sembari menelepon Dinny, pada saat itu Dinny sudah sampai di Bandung pukul 06.30 pagi. Untungnya terminal bus yang digunakan Dinny berada di sebrang jalan stasiun Kiaracondong dan waktu tiba kami tidak terlalu jauh berbeda. Setelah menelepon, akhirnya saya dan Dinny bertemu. Kami berbincang-bincang tipis dan duduk sebentar. Sembari duduk, Dinny memesan grabcar yang akan kami gunakan menuju hotel yang sudah dipesan. 

Beberapa menit menunggu grabcar akhirnya sampai. Perjalanan dari stasiun Kiaracondong menuju hotel kurang lebih tiga puluh menit dikarenakan sepanjang perjalanan macet. Kami dikenakan biaya sebesar empat puluh ribuan. Kami menginap di salah satu hotel di tengah kota yang harganya tidak terlalu mahal. Kami memilih hotel Progo yang berlokasi di Jln. Progo no.6, Citarum, Kota Bandung, Jawa Barat.

Dinny mengurus terlebih dahulu masalah mengenai penginapan hotel dengan pihak resepsionis hotel. Tak menunggu begitu lama, kami mendapatkan kunci kamar dan bergegas naik ke lantai 5. Kami  berdua langsung menjatuhkan badan ke tempat tidur. Menghilangkan sejenak pinggang yang terasa encok dan sempat tertidur untuk beberapa jam. 

Pukul 14.00 suara dering telfon berbunyi, Tya menelepon. Rupanya ia sudah menginjakkan kaki di Bandung, dan sedang menuju ke hotel menyusul kami berdua. Sekitar hampir pukul tiga sore, Tya sampai di kamar hotel. Kami bertiga dengan spontan saling memeluk. 

Rasanya tidak percaya kami berkumpul di kota Bandung. Kami berbincang-bincang cukup lama. Kami memutuskan untuk beristirahat dahulu sepanjang malam hari ini, karena kami merasa masi cukup lelah dan pegal selama perjalanan. Esok hari, kami akan mulai berkunjung ke tempat-tempat wisata yang menurut kami menarik dan wajib untuk dikunjungi.

Farmhouse Lembang

Kami melangkahkan kaki menuju Lembang untuk hari pertama di kota Bandung. Wisatawan yang datang ke Bandung wajib berwisata ke Lembang, kurang ufdol rasanya kalau tidak mengunjungi lokasi ini. Perjalanan dari Bandung kota ke daerah Lembang kurang lebih ditempuh selama 1-2 jam. Kami memakan waktu sekitar dua jam jam lebih, dikarenakan kami menggunakan transportasi grabcar. 

Namun, ditengah perjalanan sekitar daerah Universitas Pendidikan Indonesia, kami beralih menggunakan grab bike, kebetulan juga pada hari itu sudah memasuki akhir tahun, jadi banyak sekali wisatawan yang ingin berkunjung ke Lembang. Jika berencana mengunjungi daerah wisata Lembang, direkomendasikan untuk dikunjungi di hari biasa, bukan weekend atau liburan akhir tahun agar tidak terkena kemacetan yang merayap.  

Salah satu objek wisata yang berada di Lembang adalah farmhouse lembang. Farmhouse lembang mengusung nuansa Eropa serta menghadirkan berbagai spot foto yang unik dan instagramable, yang menjadikan tempat ini sebagai wisata favorite di Bandung. Harga tiket masuk farmhose lembang terbilang masih sangat terjangkau, kami dikenakan biaya sebesar 25.000/orang. Harga tiket masuk ini sudah termasuk welcome drink berupa susu murni dengan tiga pilihan rasa yaitu cokelat, strawberry, dan original. 

Setelah menukarkan tiket dengan susu, kami berkeliling. Dari tempat penukaran susu, kita langsung ke bagian rumah-rumah Eropa. Disitu, kamu bisa mencoba kostum-kostum khas Belanda, namun berbayar. Di sampingnya, terdapat souvenir yang menawarkan pernak-pernik gaya Eropa. Masih di sekitar area yang sama, kami menemukan beberapa rumah Hobbit. Disini pengunjung dapat berpose dan mengambil gambar. Rumah hobbit ini lah yang menjadi sasaran utama di Farmhouse, banyak sekali pengunjung yang berswafoto. 

Setelah mengambil beberapa gambar, kami naik di bagian ujung. Kami menemukan dan melihat-lihat pemandangan hijau, bukit, dan udara yang masih sangat segar, walaupun kami berada disana sekitar siang hari. Disini, kami mengambil beberapa foto dengan pemandangan yang masih sangat asri. Kami beralih menuju tempat duduk yang disediakan, ternyata ada banyak sekali toko makanan, kue, dan minuman. Kami tidak membelinya, hanya duduk saja, menghilangkan sejenak kaki yang sedikit terasa pegal. 

Selanjutnya, kami mengelilingi rumah-rumah bernuansa Eropa, mengambil beberapa foto di depan rumah-rumah bernuansa Eropa ini untuk dijadikan foto kenangan. Kami merasa lapar, kami memilih mecoba kuliner makanan di salah satu tempat yang berada di dalam rumah bernuansa Eropa ini, terletak di lantai dua. Harga makanannya cukup lumayan, dan rasanya terbilang enak. 

Dari lantai dua ini, kami dapat menikmati pemandangan farmhouse lembang, pemandangan yang sangat indah. Setelah perut terisi, kami kembali turun ke lantai bawah. 

Kami berkeliling menuju spot gembok cinta, disini kami melihat ada banyak sekali orang yang memasang gembok kunci, kami juga tidak mau ketinggalan kami memasang gembok kunci juga. Kami juga membeli beberapa makanan, souvenir yang menurut kami unik. Setelah selesai kami memutuskan untuk pulang, karena sudah pukul lebih dari  lima sore.

Love Unicorn Caf

Pada hari kedua, kami memilih mengunjungi salah satu tempat yang menyajikan spot foto yang unik dan makanan yang menarik, Love Unicorn Caf. Tempat ini berlokasi di Jl. Bengawan no.33, Cihapit, Kota Bandung. Kami berangkat dari hotel pukul 13.00, menggunakan grabcar, perjalanan ditempuh kurang lebih 15-20 menit. 

Setelah kami tiba, kami perlu menunggu sekitar 10 menit untuk dapat masuk ke dalam. Setelah masuk, mata kami dimanjakan dengan konsep caf ini, sangat unik dan instagramable. Kami memilih beberapa menu makanan. Sambil menunggu makanan datang, kami mengambil beberapa foto. Cukup banyak pengunjung yang datang, salah satu pengunjung pada caf ini merupakan artis Indonesia, Aldi Taher. 

Setelah makanan datang, kami lagi lagi melihat makanan yang sangat cantik, rasanya sayang untuk dimakan. Tempat dan makanan sesuai nama caf ini konsep makanan dan tempat ini adalah unicorn dan dominan warna merah muda. Harga makanan di caf ini mulai dari 15.000an - sekisar 50.000. Setelah kami menghabiskan makanan, kami menyewa kostum unicorn. Harga sewa kostum ini 25.000/orang untuk 2jam. Kami mengambil beberapa foto menggunakan kostum unicorn.

dokpri
dokpri
One Eighty Coffee and Music

Makan enak sambil main air ditemani live music dapat dinikmati di salah satu tempat bernama One Eighty Coffee and Music. Caf ini berlokasi di pusat kota Bandung, tepatnya di Jl. Ganesa No.3, Lb. Siliwangi, Kota Bandung. Dari luar caf ini terlihat sangat sedrhana, seperti rumah biasa.  Memasuki caf ini pengunjung di sambut ramah oleh para waiters. Caf ini terdiri dari dua lantai, lantai atas untuk smoking room dan rooftop live music. 

Pada lantai satu,  di sisi kanan, caf terdapat beberapa meja dan kursi yang dihiasi rak berisi buku, tempat penyimpanan kpo dan makanan, dan beberapa pot bunga. Selanjutnya, area kolam renang, area kolam dan area dalam caf ini dipisahkan oleh dinding kaca, sehingga tamu yang tidak ingin basah tetap aman. Kami memilih area kolam. 

Air kolamnya bening dan bersih, pemandagannya juga terlihat asri dan sejuk. Sebelum masuk ke kolam, kami melepas alas kaki terlebih dahulu. Menu caf ini menyediakan beragam makanan western dan Asia. Ada menu brunch dengan harga sekitar 35.000-60.000, aneka pizza dengan kisaran harga 50.000-90.000, aneka pasta dengan rentang harga 40.000-55.000, menu berbahan utama daging dibandrol dengan harga 50.000-125.000, untuk makanan ringan sekitar harga 25.000-70.000, tak kalah ketinggalan caf ini menyediakan menu asia yang dibandrol dengan harga 50.000-105.000. kami memilih untuk makan pasta. 

Untuk minuman kami memilih minuman cokelat dan tea yang dibandrol dengan harga kurang lebih 20.000- 30.000. harga yang ditawarkan memang terbilang cukup mahal. Kami menikmati makanan yang sudah dihidangkan sambil menggerakkan kaki dikolam, sambil mendengarkan live music, dan berbincang-bincang. Setelah selesai menikmati makanan dan hendak pulang, pelayan caf ini akan memberikan handuk untuk mengeringkan kaki.

dokpri
dokpri
Sudirman Street Day and Night Market 

Salah satu kuliner makanan yang wajib dikunjungi jika berada di Bandung adalah Sudirman Street Day and Night Market. Sesuai dengan namanya, lokasi kuliner ini berada di Jl. Sudirman No.7, Bandung, tepat berada di pinggir jalan. Kami mengunjungi kuliner ini pada malam hari, sekitar pukul 19.00 malam. 

Pantas saja tempat kuliner ini ramai pengunjung, dikarenakan makanan yang dijual sangat banyak dan beraneka ragam. Area makanan sangat luas di Sudirman Street. Menu yang ditawarkan ada yang halal dan non-halal. Sebaiknya jangan ragu untuk bertanya kepada penjual apakah makanan yang dijual halal atau non-halal. Makanan yang dijual sangat bervariasi seperti martabak, nasi campur komplit, snack, seafood, nasi goreng, bakso, roti bakar, batagor, sate, chinese food, dan masih banyak lagi. 

Harga yang ditawarkan beraneka ragam ada yang murah dan ada yang mahal. Kami memilih menu makanan seafood kiloan di salah satu penjual. Menu seafood kiloan ini berisi kepiting, udang, kerang hijau, cumi-cumi, jagung, dan nasi  yang dibalur dengan saus padang. Makanan ini dibandrol dengan harga 250.000. Porsinya cukup banyak, muat untuk 3-5 orang dan rasa saus padangnya jangan diragukan lagi. 

Selain itu, kami mencicipi roti bakar dengan varian rasa komplit yang dibandrol dengan harga 30.000. perut kami sangat kenyang menikmati kuliner disini. Streetfood sudirman ini sangat cocok menjadi tujuan teratas kuliner bagi pengunjung yang akan berlibur ke Bandung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun