Pukul 04.17 pagi Niu terbangun, tepat adzan subuh berkumandang. Niu tak pernah membiasakan untuk memasang alarm, sekalipun bulan puasa untuk membangunkan sahur. Ia percaya, akan bangun tepat waktu setiap harinya.Â
Dengan pelan kemudian ia menuju kamar mandi, mensucikan diri untuk wudhu dan sholat subuh. Seusai sholat, berdo'a dan membaca surat Yasin. Lima do'a yang selalu ia panjatkan, dua do'a untuk dirinya, dan tiga do'a untuk orang tuanya.
Sambil membereskan kamarnya, ia menelpon orang tuanya. Assalamu'alaikum, Buk. Wa'alaikumsalam, jawab ibunya. Â Sehat, Buk? Alhamdulillah sehat, jawab ibunya. Lalu, ia menyampaikan, bahwa ia baru saja transfer uang, tapi tidak banyak, ya, Buk. Ibunya pun menyahut, "maturnuwun", Niu. Gusti Allah sing mbales, mugo-mugo rezekimu akeh. Aamiin, jawab Niu.Â
Pembicaraanpun berlanjut, masak apa, kegiatannya apa hari ini, dan telp diakhiri dengan saling mendo'akan antara ibu dan anak.Â
Sudah lima tahun Niu merantau, ia memiliki cita-cita menjadi dokter spesialis rehab medik. Ia ingin membangun banyak ruang fisioterapi yang modern, sehingga banyak pasien stroke di daerah bisa mendapatkan layanan fisioterapi yang bagus. Dan setelah menamatkan spesialisnya, ia ingin pulang kampung, sehingga dapat mendampingi kedua orang tuanya.Â
Namun, asa tak seindah nyata. Pimpinan daerah dan pimpinan RS di daerah ia tinggal tidak mendukung untuk dibangunnya tempat fisioterapi. Menurut para pemimpin tersebut, masih banyak fokus pembangunan layanan kesehatan lainnya. Hingga, setelah lulus spesialis Niu mendapatkan tawaran menjadi dokter spesialis di rumah sakit terkemuka di Singapore. Ia bimbang, karena ketika di Singapore hanya dapat pulang setahun sekali, sehingga ia tidak dapat sering pulang untuk menengok orang tuanya di kampung.Â
Sejak kuliah, ibunya selalu menyampaikan, nanti ibuk ikut kamu, ya. Pesan itu selalu tertancap. Hingga akhirnya ia putuskan untuk menolak tawaran bekerja di RS Singapore. Kemudian, ia memutuskan untuk praktek di RS tempat ia magang, dan mempersiapkan tempat tinggal terbaik untuk ibunya.Â
Baginya, rezeki akan selalu ada, jika kita tulus dan jujur, mungkin tidak banyak, namun, Insha Allah selalu cukup. Ia pun yakin, pemimpin daerahnya kelak akan memiliki perhatian pada pasien stroke yang menjadi salah satu merupakan penyakit mematikan, dan menyadari fisioterapi sangat penting untuk penyembuhan. Biarkan hidup seperti aliran air, begitu prinsip Niu.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H