Barangkali judul diatas agak lucu, namun barangkali ide gila dan sedikit nyeleneh tidak terlalu salah untuk di perbincangkan. kemacetan bukan lagi sebuah masalah terhambatnya perjalanan di jalan raya, tapi begitu kompleks akibat yang di munculkan dalam masalah kemacetan ini. Tadi pagi sebagai seorang pegawai negeri sipil dan habis melaksanaknan kewajiban saya dinas malam pada sebuah rumasakit regional di Makassar, Jalan yang aku tempuh pada dini hari sebelumnya aku tempuh hanya dengan 15 menit setelah pulang pada pagi harinya dengan melalui jalur yang sama dengan jarak yang sama pula waktu 1,5 jam ternyata belum cukup mengantarku untuk sampai kerumah. Bukan hanya karena lamanya dalam perjalanan, tapi rasa dongkol menghadapi rutinitas yang tidak mengenakkan ini nyaris kita rasakan setiap harinya, lalu bagaimana dengan anak sekolah yang harus segera tiba disekolah, pegawai negeri yang harus mengikuti upacara, anggota TNI/POLRI harus segera Apel pagi, perawat dan dokter dengan pasien yang gawat menunggu di kamar operasi, karyawan yang meski segera tiba untuk menghindari surat peringatan dari pimpinan dan pedagang yang harus segera memburu waktu demi menggelar jualannya, itulah sebagian kecil kelompok pengguna jalan yang merasakan kemacetan. dan barangkali andapun merasakan hal itu seperti yang sering aku rasakan.
bila menghadapi masalah ini perlu ada solusi, cukupkah pelebaran jalan itu sebagai solusi, sepertinya tidak, pelebar jalan hanya bisa dilakukan untuk beberapa kali dan setelah itu. laju pertambahan jumlah kendaraan bermotor tidak seimbang dengan luas lebar jalanan setiap tahunnya atau bahkan setiap harinya.
Petugas kepolisian sebagai pengatur kelancaran lalu lintas hanya bisa mengatur agar masyarakaat bisa tertib dalam berkendara di jalan raya tanpa dapat mencegah terjadinya kemacetan.
penggunaan moda transportasi massal pun telah dicoba namun efektifitasnyapun masih belum maksimal, hal ini diakibatkan rendahnya akses masyarakat dalam memanfaatkan jenis transportasi ini, serta lebih memilih menggunakan sarana kendaraan pribadi karena merasa lebih nyaman dan bebas serta lebih murah.
Jalan raya tidak mungkin tiap tahun dipelebar selain lahan yang terbatas, anggaran belum tentu cukup untuk melaksanakan pelebaran jalan dan pembebasan lahan untuk jalan raya, sarana transportasi massal yang ada kadang harus mengalami kerugian akibat ketidak tercapainya target pengguna jasa. lalu solusi apa yang harus dilakukan, itulah pertanyaannya.
untuk menjawab persoalan itu sebagai orang yang awam dan tidak terlalu ahli dalam masalah teransportasi saya mencoba melemparkan sebuah ide atau tawaran ide yang barangkali tidak terlalu elegan tapi tetap saya sampaikan sebagai masukan bagi mereka yang Ahli untuk dipertimbangkan. Seperti mengobati penyakit maka yang perlu diketahui adalah sumber dan penyebab penyakit, setelah itu hilangkan penyebabnya itu dari tubuh penderita lalu berikan perawatan. begitu juga yang harus difikirkan dalam mengatasi kemacetan ini. sumber penyakit kemacetan adalah jumlah kendaraan yang " MELEDAK" lalu kenapa bisa terjadi penambahan jumlah kendaraan bermotor ini nah inilah sebenarnya biang kerok masalah transportasi di kota-kota besar di Negeri kita ini.
Mengatasi macet dengan memacetkan kredit itulah solusinya, coba fikirkan betapa gampangnya seseorang memiliki kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Cobalah kita kembali ke era 1980an dimana kendaraan bermotor masih sangat kurang kemacetan sangat langkah dikota besar sekalipun.  tapi coba bandingkan sekarang hampir semua rumah memiliki kendaraan bermotor, bahkan mereka yang termasuk dalam kategori keluarga prasejahtera telah memiliki kendaraan bermotor. hal ini tidak lain karena mudahnya kita mendapatkannya. bayangkan bila untuk mendapat kendaraan bermotor kita hanya harus memiliki uang Rp.300.000,- dengan foto kopi KTP dan kartu keluarga serta slip gaji yang tidak mesti ada. maka motor baru sudah dapat kita miliki dalam waktu 1,5 jam atau paling lama 1 hari. hal ini karena menjamurnya lembaga pembiayaan yang hampir ada disetiap kota di pelosak negeri kita.  bisa dibayangkan kemudahan mendapatkan kendaraan bermotor itu akan membuat jumlah perambahan kendaraan bermotor yang tidak terkendali, sehingga dalam sebuah rumah hampir semua anggota keluarga memiliki motor, apakah ini tidak cukup membuat jalanan penuh oleh kendaraan bermotor. bayangkan untuk kota makassar saja dalam sehari ada 200 buah motor yang terjual. bayangkan bila 200 motor itu di jejer dalam sebuah jalan raya barangakali akan memenuhi badan jalan sejauh 10-20 meter. jadi bisa dikatakan setiap hari terjadi penumpukan kendaraan setiap harinya sejauh 10-20 m, nah , apakah jalan raya mengalami pertambahan luas setiap harinya. Jawabannya TIDAK.
Oleh karena itu barangkali pemerintah perlu mengambil tindakan dan langkah nyata untuk mengatasi masalah kemacetan ini dengan menghentikan laju pertumbuhan kendaraan bermotor dengan cara MEMBATASI USAHA PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR.  bila kendaraan bermotor tersebut baik roda dua atau empat tidak dapat lagi di beli dengan cara menyicil bisa dipastikan pertambahan jumlah motor/mobil akan terkendali. sebab untuk mendapatkan kendaraan bermotor yang harganya Rp.14.000.000,- maka hanya mereka dengan uang banyak bisa mengeluarkan motor baru, dan bagi mereka yang ekonomi menengah kebawah setidaknya di butuhkan waktu kurang lebih 1-3 tahun untuk menabung guna mendapatkan kendaraan bermotor baru. Lalu bagaimana nasib karyawan lembaga pembiayaan yang jumlahnya ribuan, nah tetap dapat bekerja namun pembiayaan ini hanya boleh menanggung pembiayaan pada kendaraan bermotor yang termasuk kategori bekas/ second, jadi bila siklus kendaraan hanya pada motor bekas berarti tidak terjadi penambahan jumlah hanya pergeseran pemilikan. dan motor baru/ mobil harus di beli dengan harga Chas atau tunai.
inilah yang barangkali saya istilahkan memacetkan kredit, yaitu membatasi penjualan kendaraan bermotor baru secara kredit, dengan membatasi operasional perusaan pembiayaan, dengan tidak mematikan sebagai pertimbangan bahwa masih banyak yang bergantung pada perusahaan ini sebagai lapangan kerja. bila jumlah kendaraan bermotor dapat ditekan maka yakin kemacetan akan diminimalkan, kepada pihak yang berkompeten barangkali perlu memikirkan solusi yang saya tawarkan ini, bila dianggap memungkinkan segera dilaksanakan agar jumlah kendaraan bermotor dapat segera dikurangi. jangan tunggu sampai jalan raya tidak dapat menampung kendaraan lagi, selain itu pengunaan BBM bersubsidi dapat ditekan dan dikurangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H