Mohon tunggu...
Ratika Auderi
Ratika Auderi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan FEB Universitas Negeri Semarang

Hobi saya adalah memasak,saya senang menganalisis dan membaca jurnal

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Program Makan Siang Gratis: Solusi Cerdas atau Beban Berat?

25 Maret 2024   11:41 Diperbarui: 25 Maret 2024   11:41 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Program makan siang gratis menjadi salah satu program unggulan pasangan Prabowo-Gibran dalam Pilpres 2024.Program yang dilontarkan pada debat Pilpres 2024 ini langsung menyita perhatian publik. Program ini menjanjikan penyediaan makan siang gratis bagi seluruh siswa SD dan SMP di Indonesia. Program makan siang gratis ini diusung dengan tujuan untuk meningkatkan gizi anak Indonesia, meringankan beban ekonomi keluarga, membantu perekonomian rakyat, dan pada akhirnya mewujudkan generasi Indonesia yang cerdas dan berprestasi.

Program makan siang gratis ini memang menjanjikan solusi untuk meningkatkan gizi anak dan membantu perekonomian rakyat. Namun, dibalik potensinya, terdapat dilema besar yang tak boleh diabaikan yaitu ketergantungan Indonesia pada impor sektor bahan pangan. Faktanya, Indonesia masih mengimpor banyak bahan pangan pokok,seperti beras, gandum, daging sapi, dan kedelai. Pada tahun 2022, nilai impor bahan pangan Indonesia mencapai Rp62,8 triliun. Impor ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi lokal. Jika program makan siang gratis ini tetap berjalan, dikhawatirkan akan semakin meningkatkan ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan dan akhirnya akan membawa dampak negatif pada APBN negara. Biaya program makan siang gratis yang diprediksikan mencapai Rp460 triliun pertahun ini digunakan untuk menyediakan makan siang bagi sekitar 82,9 juta siswa SD dan SMP. Jumlah ini merupakan angka yang sangat besar dan akan menjadi beban APBN yang signifikan.Sumber pendanaan yang berkelanjutan sangat diperlukan agar program ini tidak membebani APBN dan memastikan agar program ini berjalan lancar dan tidak berhenti ditengah jalan.

Sistem distribusi menjadi salah satu kunci keberhasilan program makan siang gratis ini. Agar memastikan bahwa makan siang yang akan diterima oleh siswa tepat waktu dan dengan kualitas yang baik, maka sistem distribusi harusnya dijalankan dengan efektif dan efisien. Sistem distribusi ini dapat dilakukan dengan skema katering, skema dapur sekolah, ataupun skema kombinasi dari keduanya. Namun sebaik-baiknya sistem distribusi yang sudah direncanakan, masih terdapat beberapa kendala yang harus dihadapi dilapangan, seperti tidak tersedianya infrastruktur yang mendukung berjalannya program ini, tetap terjaganya kualitas makanan hingga sampai kepada siswa, kemungkinan terjadinya pemborosan anggaran, serta diperlukannya pengawasan yang ketat untuk mencegah terjadinya korupsi dan penyalahgunaan dana.

Program makan siang gratis ini dilaksanakan adalah untuk meningkatkan gizi anak Indonesia, maka dana yang telah digelontorkan oleh pemerintah haruslah digunakan secara bijak untuk kelayakan makanan yang akan diterima oleh siswa. Makanan program makan siang ini haruslah memenuhi beberapa kriteria, diantaranya adalah mengandung gizi seimbang yang terdiri atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral, haruslah disesuaikan dengan kebutuhan dan preferensi lokal, dan terjaminnya keamanan pangan. Selain itu, seharusnya juga memperhatikan diversifikasi makanan berdasarkan usia anak,kondisi geografis, dan ketersediaan bahan baku.

Terlepas dari berbagai tantangan yang akan dihadapi,program makan siang gratis ini memiliki potensi dan manfaat yang sangat banyak bagi anak-anak dan rakyat Indonesia. Pemerintah perlu melakukan kajian yang mendalam dan mempersiapkan kebijakan yang tepat agar program ini dapat berjalan efektif dan efisien tanpa membahayakan perekonomian Indonesia, terutama berkaitan ketergantungan impor bahan pangan yang menjadi masalah krusial sebelum program ini diimplementasikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun