Mohon tunggu...
Ratika Jihan Khairunnisa
Ratika Jihan Khairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi statistika

Suka matematika, sains, sejarah, sastra, alam, memasak, dan berkebun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Putih Abu-Abu

2 Januari 2025   06:10 Diperbarui: 2 Januari 2025   02:07 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Putih abu-abu pernah menjadi warna kita bersama
Tiga tahun bukan waktu yang singkat, kawan
Dalamnya berlalu ribuan luka, canda, tawa
Dalamnya berlabuh beragam rasa yang menyatu dalam satu kata
Kita semua adalah teman, tetap teman, dan sampai kapanpun adalah teman
Yang karena takdir-Nya, kita menempuh masa ini bersama
Putih abu-abu yang indah
Cara-Nya indah ya?
Dulu tak pernah terbesit dalam hati akan saling mengenal dan satu ruang kelas
Belajar kimia, fisika, dan bertemu kata peminatan
Dan sejuta heran terpampang
Apa itu atom? Aku tidak bisa melihatnya, bagaimana aku bisa memahaminya?
Namun, pelajaran sesungguhnya lebih dari itu, kawan
Setelah bertahun-tahun kita jalani dan selami
Ada banyak pesan berharga yang akan kita dapati
Matematika kehidupan, kimia kehidupan, fisika kehidupan
Jauh lebih kompleks dan rumit dari yang kita santap setiap hari di kelas
Kadang kita bertanya
Apa manfaat limit dan integral dalam kehidupan?
Apa untungnya belajar trigonometri dan polinomial?
Apa hubungannya belajar asam-basa, titrasi, dan senyawa kimia dengan takdir kita di masa depan?
Apa hubungannya proton, elektron, neutron, gaya, dan tekanan dengan rezeki kita kelak?
Namun, sejatinya kita menyantap semua itu
Sebagai umpan kecil lagi mungil
Untuk bekal dan kebersiapan diri
Menanggung dan menghadapi beban maha dahsyat di masa depan
Yang solusinya tidak lagi sejelas rumus-rumus itu
Yang tinggal kita substitusi, eliminasi, faktorisasi
Asal kita rajin dan ulet pasti bisa
Sebenarnya hanya satu yang diharapakan, kawan
Kesabaran, keuletan, kegigihan, ketelatenan
Yang terbentuk dan mengkristal menjadi diri kita yang bermoral, berkualitas
Bapak ibu guru tentulah bangga bermurid kita yang pintar, pandai, cerdas, tangkas, dan jenius
Tapi beliau-beliau akan jauh lebih bangga
Bermurid kita yang baik, berbudi, dan berkarakter
Yang menghormati dan menjunjung tinggi derajat guru-gurunya
Yang mendoakan guru-gurunya dengan tulus
Yang menyayangi teman-temannya dengan penuh kasih sayang juga
Lalu menggapai cita dan cinta yang diaminkan selalu dalam doa-doa dan sujud kita
Kawan, bagaimanapun warna kita kelak
Ingatlah selalu bahwa dulu kita putih abu-abu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun