Minggu ini anak-anak sekolah sedang liburan. Saya, guru mereka, juga ikut-ikutan berlibur. Berdua dengan suami, kami memutuskan untuk berlibur ke Bandung, kota yang terkenal dengan julukan Parisj van Java itu.
Pastinya banyak pula orang, pasangan, atau keluarga yang berpikiran sama dengan kami. Terbukti, berangkat di hari Jumat, 20 Desember 2019, kami mendapatkan tiket kereta dengan keberangkatan pukul 21.55 WIB. Malam sekali, bukan? Dan itu tidak terjadi karena kami sengaja ingin naik kereta malam, tetapi karena kereta yang berangkat lebih awal sudah full booked semua. Padahal kami sudah sengaja pesan tiket jauh-jauh hari.Â
Singkat cerita, kami baru tiba di Stasiun Bandung kira-kira pukul 02.30 pagi. Langsung saja kami menuju ke salah satu hotel di dekat stasiun itu. Besoknya, kami berjalan kaki menuju Alun-alun Bandung, kemudian melanjutkan perjalanan menuju hotel berikutnya di Jalan Braga. Kami memang sengaja berjalan kaki karena ingin mengenang masa-masa kuliah dulu yang sering kami habiskan dengan berjalan kaki bersama. Bedanya, sekarang kami sering (dan halal) berjalan kaki sambil bergandengan tangan.Â
Hotel berikutnya tempat kami menginap sementara ialah Hotel Ibis Styles. Lokasinya cukup strategis, kita bisa dengan mudahnya menemukan aneka kuliner di sekitar hotel.Â
Bagi penggemar kopi, Starbuck saja membuka dua gerai, letak keduanya hanya selemparan batu saja. Yang jadi favorit kami ialah yang terletak di perempatan jalan di depan Gedung Asia Afrika. Dari luar, bangunannya nampak klasik khas bangunan Belanda tempo dulu, namun begitu masuk ke dalam, akan terasa begitu cozy. Langit-langitnya memang tinggi sebagaimana bangunan zaman dulu, tetapi atmosfernya tetap modern dan kekinian.Â
Counternya didesain sedikit industrial, namun tempat duduk untuk pelanggan tetap dibuat serba nyaman. Untuk masalah rasa, sama sih dengan Starbuck lainnya. Cold brew dan lattenya enak sekali. Bagi yang tidak begitu tertarik untuk kongkow di Starbuck, di sepanjang Jalan Braga masih banyak pilihannya. Banyak kafe-kafe lain yang cozy dengan harga yang sedikit lebih miring. Jenis kopi yang ditawarkannya pun bermacam-macam.Â
Malamnya kami bingung mau makan di mana. Akhirnya kami berjalan kaki lagi sepanjang Jalan Braga Bandung. Yang pertama kali tentu untuk melihat-lihat apa saja pilihan yang tersedia. Lalu baru kemudian kami memutuskan mau makan malam di mana.Â
Tidak mudah menentukan pilihan tersebut, sebab banyak sekali restoran di jalan ini. Tinggal pilih mau apa. Masakan Indonesia, Eropa, atau Asia, semuanya ada, asalkan kita menyiapkan budget yang sesuai saja. Pilihan kami akhirnya jatuh kepada Braga Permai.
Restoran ini sudah berdiri sejak 1935. Dulu namanya belum Braga Permai (saya sempat membacanya pada banner di dekat counternya, tetapi lupa). Menunya mulai dari makanan Indonesia, Belanda, Prancis, juga ada berbagai jenis kue dan cokelat yang nikmat.Â
Malam itu kami memesan nasi goreng kampung dan iga bakar khas Braga Permai. Rasanya enak, hanya porsinya terlalu besar untuk kami yang terbiasa membatasi makan. Akhirnya sebagian kami take away dan baru dimakan keesokan harinya untuk sarapan. Adapun minuman yang kami pesan ialah teh hangat, air mineral, dan jus immunity yang spesial.Â
Teh hangat dan air mineral tidak perlu diceritakanlah ya. Tetapi jus immunity ini istimewa sekali rasanya. Merupakan campuran dari apel, nanas, jeruk nipis, jahe, dan madu, rasanya seperti memiliki tiga level.Â