Mohon tunggu...
Ratih Tresnasih
Ratih Tresnasih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pasca Sarjana UPI Linguistik

Beroptimis! selalu ada cara untuk mewujudkan setiap harapan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Virus Radikalisme Pemecah Keutuhan NKRI

19 Mei 2022   20:48 Diperbarui: 19 Mei 2022   21:10 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Budaya saling menyalahkan, sekarang ini semakin meluas dan menjadi virus yang sangat berbahaya bagi setiap bangsa. Perasaan bangga dengan golongan dan kelompok masing-masing. Bahkan sudah banyak kelompok-kelompok yang secara terbuka beradu argumentasi di dunia maya. Di YouTube bisa kita temukan banyak sekali rekaman video yang berisi hujatan, pelemahan, perendahan, penyalahan bahkan penistaan antara satu dengan yang lain baik dari kalangan agamawan, kelompok ormas, penceramah, aktivis politik, dan masih banyak oknum kelompok lainnya. 

Ini merupakan ancaman serius bagi keutuhan NKRI. Perseteruan ini berakibat fatal pada kerukunan yang ingin sama-sama kita wujudkan. Mereka saling membanggakan apa yang menjadi keyakinannya, yang memiliki pengikut merasa bangga akan kekuasaan dan kepemimpinannya, yang menjadi pengikutnya pun begitu mengagung-agungkan pemimpinnya atau yang mereka anggap paling benar dengan rela berbuat anarkis dan menjatuhkan pihak-pihak yang berseberangan dengan mereka. Akibatnya, perselisihan dan perpecahan tak terkendalikan.

Menyatukan Perbedaan

Lalu, apakah untuk menyatukan kita harus melepaskan perbedaan? Bagaimana dengan perbedaan agama yang selalu menjadi suatu polemik yang tidak ada habisnya, Apakah untuk bisa bersatu dalam kebangsaan, kita anggap semua agama sama dan itu baik? Padahal seperti kita tahu bahwa perbedaan adalah fitrah dari kehidupan, dan kesatuan itu lahir dari perbedaan. Kita tidak bisa menyamakan segala sesuatunya. Sebagaimana dalam ayat Al-Qur'an dalam Q.S. Ar-rum (22)

"Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, perbedaan bahasamu dan warna kulitmu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui."

Ayat tersebut ditafsirkan bahwa di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah penciptaan langit tanpa penyangga dan bumi yang terhampar, demikian pula perbedaan bahasamu yang diucapkan dengan mulut yang terdiri atas unsur yang sama: bibir, gigi, dan lidah; dan perbedaan warna kulitmu meski kamu berasal dari sumber yang satu. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda eksistensi dan keesaan-Nya bagi orang-orang yang mengetahui atau berilmu.

Dalam satu konsep bahwa kita tidak bisa menyeragamkan perbedaan. Tentang konsepsi bahwa semua agama sama dan manusia menuju Tuhan yang sama sehingga tercipta isu toleransi. Cara berpikir seperti itu sesungguhnya menjadi suatu paham yang baru dengan berdalih toleransi untuk menyamakan semua agama atau semua keyakinan. 

Sebagaimana dikutip dari konversasi antara Ustadz Adi Hidayat dengan Klik Andi dalam salah satu program Adi Hidayat di Youtube bahwa cara berpikir yang seperti itu merupakan penyimpangan, dalam Al-QUr'an terdapat ayat yakni untukmu agamamu dan untukku agamaku. Idealnya, ketika muslim meyakini bahwa Islam adalah agama yang benar, maka yakini sepenuhnya apa yang dianut, beribadah sesuai tata aturan Islam, bersikap dan bertutur sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Islam. Demikian juga untuk penganut agama lain. Tidak usah memaksa orang lain untuk mengikuti keyakinan tertentu.

Tafsir/Takwil yang Sesat dan Menyesatkan

Namun kenyataannya yang terjadi bangsa ini terus dipropaganda oleh paham radikalisme yang semakin meruak. Yang dimaksud dengan radikalisme adalah gerakan yang berpandangan kolot dan sering menggunakan kekerasan dalam mengajarkan keyakinan mereka. Mereka suka melakukan tindakan-tindakan teror, yang berarti menakut-nakuti atau menyebabkan ketakutan (Juergensmeyer, 2000). Karakter Dasar (fitrah) gerakan radikal berusaha melakukan propaganda melalui isu-isu keagamaan dengan tidak segan-segan merekayasa ajaran Islam untuk menyukseskan target yang diinginkan (Muchith, 2022). 

Kebiasaan untuk mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat dan tak sepaham dengan pemikiran serta tindakkannya. Ini dikembangkan antar kelompok agama. Secara teologis mereka memiliki keyakinan bahwa setiap muslim harus mengikuti cara dan gaya hidup mereka. Ini hanyalah perulangan sejarah sebagaimana pernah terjadi pada tahun 1864 dimana seorang pope atau kiyai dalam Islam, mengeluarkan pernyataan supaya mengutuk setiap orang yang mengharuskan penafsiran pada kitab suci yang berlainan dengan penafsiran gereja tertentu. Mereka mengutuk orang-orang yang ingin secara bebas menafsirkan isi kitab sucinya. Mereka cenderung tekstualis dan anti interpretasi, kecuali kalau interpretasi itu sesuai dengan pemahamanya (Shalaby, 1992).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun