[caption id="attachment_384897" align="aligncenter" width="480" caption="Kampung Code, kampung-kota yang semakin terhimpit bangunan beton di sekitarnya (dok.Ratih)"][/caption] Comenius 400 tahun yang lalu telah meramalkan saat dimana warga kota tersesat dalam ruang-ruang labirin, dinding labirin beton yang ada dalam kota mereka. Pernahkah kita tersesat di jalan yang sering kita lalui karena jalan-jalan itu terlihat serupa dengan jalan yang lain? Saya pernah mengalami kejadian seperti ini, tersesat menuju kampus dan rumah kos teman. Padahal jalan-jalan menuju kampus selalu saya yakini telah saya kuasai, begitu pun dengan jalan menuju rumah kos teman saya. Biasanya jalan yang saya lalui menuju kampus mengambil rute umum, seperti jalur 3A Trans Jogja (Condong Catur-Manggung-Jakal-Biologi UGM-RS.Sardjito). Namun, hari itu saya mencoba rute lain, jalur 2B (Gejayan-Panti Rapih) karena ingin mencoba jalur yang lebih dekat menuju perpustaakaan pusat UGM. Selama perjalanan saya sudah merencanakan akan turun di shelter yang saya anggap shelter terdekat menuju pintu utama UGM. Ternyata saya keliru, bangunan yang menjadi penanda dalam ingatan saya, ternyata masih berada jauh dari shelter yang saya turuni saat itu. Saya turun di shelter yang masih sangat jauh dari pintu utama UGM, saya malah nyasar di depan UNY (Universitas Negeri Yogyakarta). Saya mencoba mencari penyebab kejadian ini, karena justru saya sering survei lapangan saya merasa heran kenapa bisa mengalami kejadian seperti tersesat di jalan yang justru saya yakini sangat familiar. Saya tidak ingin terburu-buru menganggap kejadian ini sebagai disorientasi spasial. Kecenderungan ini memang sering terjadi pada saya saat berada dalam kota yang bloknya cukup padat dan banyak jalan kecil (gang). Dari sebuah buku yang sangat menarik (Psikologi Perkotaan)* Saya mencari tahu tentang pengalaman saya dan hubungannya dengan ruang di dalam kota. Lalu saya menemukan bahwa, warga kota seperti kita ibaratnya pengembara, dari satu labirin ke labirin yang lain. Contohnya saat keluar dari rumah, lalu berangkat kerja, kemudian terjebak di dalam kemacetan, ruang yang tumpang tindih, mencari rute lain kemudian terjebak lagi dalam blok-blok ruang. [caption id="attachment_384898" align="alignnone" width="600" caption="Ilustrasi labirin kota melalui jaringan jalan yang saling terhubung satu sama lain (Wikimapia.org)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H