Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mimpi Buruk Perempuan dan Anak-anak di Negaraku

20 April 2014   08:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: static.guim.co.uk (the guardian)

[caption id="" align="aligncenter" width="500" caption="Sumber: static.guim.co.uk (the guardian)"][/caption]

Ketika saya terbangun dari tidur panjang di malam hari, dunia seperti terjungkir balik, setiap hari rentetan pemberitaan di layar kaca maupun surat kabar membuat saya terdiam dan sedih. Negaraku ini sakit parah, sebagian penduduknya juga sakit karena perbuatan keji orang-orang  yang merampas masa depan gemilang  perempuan dan anak kecil.

Tidak henti-hentinya negara ini dirundung duka, dunia pendidikan semakin suram, yang sekolah hanya orang-orang berduit. Adapun kejahatan seksual ibarat berita duka dan terus menerus meneror anak kecil dan perempuan di negara ini. Sementara itu pemerintah sedang asyik-asyiknya berpesta demokrasi, menikmati setiap kunjungan politik yang mereka sebut koalisi.

Saya perempuan yang tinggal di kota yang dijuluki kota ternyaman di negeri ini. Tapi apakah saya dan perempuan lainnya sudah merasa nyaman dan aman tinggal di kota ini? atau apakah perempuan lain yang berada di kota lain sudah merasa aman dan nyaman di kota mereka sendiri?.

Perilaku keji pelaku kejahatan seks yang diberitakan berbagai media perlahan membuat saya tidak lagi merasa nyaman menggunakan fasilitas publik seperti transportasi umum, atau sekadar menjawab pertanyaan seseorang yang tidak dikenal di tempat umum. Saya selalu merasa khawatir ketika berada di tempat publik, atau ketika bepergian sendiri.

Anak-anak pun tidak luput dari bahaya kejahatan seksual, bahkan di tempat yang seharusnya mereka bisa membangun masa depan justru menjadi tempat paling menyeramkan sepanjang hidupnya. Salahkah jika dalam kondisi seperti ini saya takut suatu saat memiliki seorang buah hati? Setiap hari diri ini diselimuti kekhawatiran yang membunuhnya secara perlahan.

Cerita memilukan lainnya yang semakin merendahkan mental remaja, adalah ketika berita tentang pembunuhan seorang gadis oleh mantan pacarnya. Motif remeh temeh ternyata menjadi alasan untuk menghilangkan nyawa seseorang.  Saya pun ingat saat menonton FTV, seorang pemuda ingin bertemu dengan kekasihnya dan orangtuanya langsung menyuruh pemuda itu masuk ke kamar anak gadisnya.

Atau ketika pihak kepolisian menanyakan lebih lanjut soal hubungan anak gadisnya dengan seorang anak selebriti yang telah menyebabkan terjadinya kecelakaan maut dan Bapak si gadis pun hanya menjawab “Itu urusan pribadi anak saya, sangat privasi, saya tidak ingin mencampurinya”.

Saya tidak bisa menyembunyikan kekecewaan saya pada semua orang yang seharusnya turut bertanggung jawab membuat perempuan dan anak kecil merasa aman di manapun mereka berada. Juga kekecewaan saya kepada orangtua yang salah kaprah soal privasi anak gadis mereka. Jika di dalam rumah saja mereka tidak dilindungi bagaimana gadis ini bisa menjaga diri mereka di luar rumah.

Saya hanya ingin menyampaikan rasa prihatin terhadap kehidupan perempuan dan anak-anak di negara ini. Perempuan dan anak-anak telah menjadi komoditi kejahatan seksual di negara yang katanya menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan. Di negaraku perempuan tidak mendapat perlindungan hukum maksimal saat mengalami kejahatan seks.

Saya menitikkan air mata membayangkan bagaimana menderitanya perempuan dan anak-anak ini, ketika kejahatan tersebut berlangsung tidak ada yang mampu menolong mereka. Atau kita memang tidak pernah memikirkannya, bahkan dengan santainya seorang pejabat negara justru melimpahkan kesalahan itu kepada perempuan.

Ada apa dengan perilaku sosial masyarakat di sekitar kita? sesakit inikah psikis dan mental generasi abad modern? Kemajuankah atau kebobobrokan luar biasa yang tengah terjadi dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di negara ini? Inilah berita duka perempuan dan anak-anak di negaraku, perlahan mulai tak dihargai dan kejahatan setiap saat kini mengintai mereka, di manapun berada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun