Kurampungkan Do’a malam ini
berharap mimipi tak segera usai
Ku takut esok hari kembali
Arus-arus sungai menghempas rumah ini
Peluh di udara membangunkanku
Getar dinding ini menggetarkan badanku
Jariku menari, menggapai dinding pintu
Jauh, terasa jauh kugapai pintu itu
Sayup-sayup kudengar suara anakku
Bicalaralah nak, ayah tidak mendengar suaramu
Jangan ragu anakku, kencangkan suaramu
Wakil kita di “Subroto” butuh tangisanmu
Ayah, ayah, air,air,air itu membawaku..
Anakku..oh Tolong jangan bawa anakku
Ternyata aku tidak bermimpi, Ciliwung marah padaku
Stop! hentikan ini Tuhan, selamatkan anakku
Aku mengacau dalam mimpi
Ciliwung menyiksa kami
Tak bosankah Engkau Tuhan?
Selalu menguji hidupku yang hina ini
Dendam membara semakin memenuhi dadaku
Dimana Tuhanku, anakku ditimang air Ciliwung
Tak ada yang menolongku malam ini
Aku sedih, Aku miskin, Aku kecewa
Ciliwung merobohkan surga kami
Bertahanlah anakku, segera kita berjumpa di hilir
Esok tinggal menagih janji wakil dari “Subroto”
Sebelum ditendang ke langit Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H