Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cerdik Siasati Gempa Yuk

4 September 2014   15:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:38 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="" align="alignnone" width="600" caption="Sumber Ilustrasi. TAIWAN, Kompas.com"][/caption]

Sejak menetap di Kota Yogya tahun 2012 silam, ada sekitar kira-kira sepuluh kali saya merasakan gempa dengan kekuatan gempa yang beragam. Periode terjadinya pun berbeda-beda. Namun yang kejadian yang cukup membuat saya mulai merasa cemas ketika terjadi gempa pada malam hari.

Malam hari ketika saya sudah tertidur pulas, kira-kira pukul 00.00 WIB tiba-tiba saja saya merasa tempat tidur saya bergerak ke arah yang saling berlawanan. Karena belum sadar betul saya melihat keadaan sekeliling terlebih dahulu,  dan kembali melanjutkan tidur.

Saya masih mengira kalau gerakan yang saya rasakan hanya halusinasi saja.  Namun ketika gerakannya semakin kuat saya akhirnya terbangun, dan melihat dinding kamar ikut bergerak. Teriakan penghuni asrama mulai terdengar, menyuruh kami segera keluar dari kamar masing-masing.

Kejadian malam itu membuat saya tidak bisa tidur lagi, saya selalu merasa khawatir jika gempa susulan kembali terjadi sementara saya sudah tertidur pulas. Beberapa bulan kemudian, saya merasa sudah jarang terjadi gempa seperti yang saya rasakan sebelumnya.

Rabu 3 September 2014 menjelang subuh, kira-kira pukul 03.40 alarm saya berbunyi, niatnya ingin bangun untuk makan sahur. Saat hendak beranjak dari tempat tidur, tiba-tiba saya mendengar suara gemuruh.

Kebetulan saya hanya menggunakan kasur lantai saja, sehingga gemuruh yang sepertinya berasal dari bawah tanah begitu jelas terdengar di telinga saya. Tidak lama berselang, saya mulai merasakan kembali gempa namun dengan rentang waktu 3 detik.

Hal pertama yang saya bayangkan saat itu adalah melawan kepanikan dan menerima fakta bahwa yang saya rasakan adalah gempa. Menerima fakta dalam arti bahwa, saya harus berani menyelamatkan diri dan melawan kepanikan yang berlebihan.

Saya mulai menghitung sambil mengingat-ingat apa-apa yang akan saya lakukan di menit-menit selanjutnya.  Saya bersyukur karena gempa Rabu subuh hari kemarin, tidak berlangsung lama dan tidak perlu saya memicu kehebohan sendiri di subuh hari itu.

Intensitas gempa yang mulai sering saya rasakan di Yogya selama ini membuat saya harus semakin menyadari hal-hal penting, terutama keselamatan. Membayangkan kejadian gempa yang pernah terjadi di Yogya pada tahun 2006 cukup menjadi pelajaran penting agar ketika bencana serupa terjadi, kita sudah dibekali kemampuan menyelamatkan diri.

Manajemen bencana yang sudah dijalankan oleh pemerintah dan masyarakat melalui pembangunan sarana fisik berupa, titik kumpul, jalur evakuasi dan bangunan/hunian tahan gempa sudah menunjukkan hasil yang maksimal. Warga sudah mengetahui akan menuju kemana dan dimana mereka menyelamatkan diri saat terjadi gempa.

Akan tetapi, perlu juga setiap individu dibekali sikap antisipasi dan cerdik menghadapi bencana saat warga masih berada di dalam rumah dan waktu terjadi gempa misalnya di malam hari.

Mengamankan Elektronik

Ketika gempa sering terjadi di malam hari, hal pertama yang sering saya ingat adalah laptop. Alasannya bukan karena materi atau harga laptop itu sendiri, namun saat ini karena kepentingan penelitian, saya menganggap laptop adalah barang utama yang perlu diamankan saat terjadi gempa.

Jika sedang mengerjakan tugas hingga larut malam, jika masih sempat saya memasukkan laptop di dalam tas ransel. Biasanya laptop hanya dibuka begitu saja, karena faktor malas saja, malas menutup tab atau halaman yang sudah dibuka sebelumnya, biasanya repot harus buka folder penyimpanan satu per satu.

Elektronik lainnya seperti kamera dan handphone, lebih baik ditempatkan dalam satu wadah semisal tas ransel tersebut. sehingga saat terjadi gempa, kita hanya menggendong ransel yang sudah berisi kamera, laptop, dan handphone. Ketiga barang tersebut sangat berharga dari segi fungsi.

Ponsel bisa kita gunakan untuk tetap menjaga komunikasi dengan sanak keluarga, laptop untuk mengamankan data yang sangat berharga dan kamera bisa digunakan sebagai bahan dokumentasi kejadian.

Jangan lupa juga, satukan barang elektronik dengan dompet. Dompet juga selain berisi uang, juga berisi berbagai macam kartu penting, kita bakal repot luar biasa jika kartu penting ini harus kita registrasi ulang.

Menata Isi Kamar

Di mana menempatkan rak buku?

Saya menganggap barang berharga saya selain elektronik tadi, barang penting lainnya yang perlu diselamatkan adalah buku-buku. Bagi mahasiswa yang juga sedang penelitian, tentu sangat membutuhkan beberapa referensi yang bersumber dari buku. Tentu kita tidak ingin penelitian kita terhambat gara-gara buku-buku yang sudah dikumpulkan harus rusak atau tidak bisa lagi digunakan.

Namun, bukan berarti buku harus kita bopong juga saat terjadi gempa. Cukup dengan mengamankan buku di dalam kamar saja sudah cukup. Caranya? Kalau pengalaman saya sementara ini, saya mengelompokkan beberapa rak khusus buku di jajaran yang sama, tidak terpisah-pisah.

Tujuaannya agar, ketika membereskan kamar semisal sudah terjadi gempa, kita dengan mudah menemukan buku-buku yang kita perlukan dan taruh rak buku di tempat yang paling mudah dijangkau, jangan menggantung rak buku, karena justru menambah kerusakan lebih parah.

Jangan menggantung benda

Maksudnya adalah kebiasaan menggantung bingkai kaca,gitar tepat di dinding tepat di atas kepala. Saat terjadi gempa, barang-barang ini bergerak dan mengenai kepala, lukanya bisa saja cukup serius jika mengenai bagian sensitiv seperti mata.

Menyediakan alat penerang

Alat penerang seperti senter juga penting disiapkan, misalnya bagi orang yang suka memadamkan lampu saat tidur, bisa segera menggunakan senter sebelum menyalakan lampu. Taruh senter di dekat bantal, agar mudah ditemukan saat terjadi bahaya di malam hari.

Berpakaian lengkap

Kalau urusan pakaian, masing-masing orang punya aturan dan kebiasaan sendiri-sendiri apalagi kalau sudah di dalam kamar pribadi. Saya pernah punya pengalaman buruk, saat gempa terjadi saya berada di dalam kamar dan hanya menggunakan hot pants.

Ketika gempa terjadi saya merasa badan saya malah kaku, saya bingung, ingin keluar kamar, sekaligus bingung mencari sarung pantai. Sejak saat itu saya usahakan menggunakan celana panjang setiap tidur, untuk menjaga-jaga kemungkinan yang terjadi. Tidak lucu jika sudah berkumpul di tengah kerumunan warga, kita malah semakin menambah kehebohan gegara pakaian.

:)

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun