Mohon tunggu...
Ratih Purnamasari
Ratih Purnamasari Mohon Tunggu... Konsultan - Tata Kota

Engineer | r.purnamasari16@gmail.com | Ratih antusias pada isu perkotaan, lingkungan, kebencanaan, smart city, blockchain dan big data. Sebagiaan ide dirangkum di mimpikota.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Seri India, Pembelajaran Hidup dari CEO Google Sundar Pichai

28 Februari 2019   00:56 Diperbarui: 28 Februari 2019   10:07 548
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photograph: Justin Sullivan/Getty Images

Saya pernah mengalami satu kejadian menggelikan ketika tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma. Seperti biasa malam itu saya menunggu di jalur antrean Grab, yang juga bersisian dengan antrean taksi berlogo biru. Di tengah-tengah menunggu antrean Grab tiba-tiba saja seorang lelaki bertubuh besar membanting pintu taksi dan marah-marah ke petugas taksi yang melayani antrean penumpang. 

Saya tidak tahu awalnya seperti apa tapi terdengar dari teriakan-teriakan dari lelaki itu kalau dia kesal antreannya diserobot oleh penumpang lain. Tidak mau kalah, si petugas taksi juga ikutan membela diri, bahwa nomor antrean si lelaki yang marah-marah itu belum gilirannya. 

Yang membuat saya agak risih ketika lelaki bertubuh besar itu menunjukkan arogansi berlebihan dengan menyebut-nyebut kolega dia yang berpangkat seorang jenderal, sembari memaksa wanita yang bersamanya untuk tetap masuk ke dalam taksi. Saya kasihan melihat anak kecil yang ada dalam gendongan wanita tersebut karena terus menerus menangis, entah karena kaget mendengar keributan atau sudah lelah dalam perjalanan.

Kejadian malam itu membuat saya berpikir-pikir soal mengapa seseorang begitu mudah emosi atau meluapkan kemarahan di tempat umum apalagi untuk penyebab-penyebab yang sepele. Mengapa bapak itu tidak mengkonfimasi baik-baik nomor antreannya ke petugas taksi atau menahan diri menunggu antrean berikutnya saja, mengapa harus marah-marah dan membawa-bawa nama kolega dia yang berpangkat. 

Sebenarnya saya sering menemukan "kebodohan-kebodohan" yang tidak perlu ketika berada di tempat umum, seperti ketika saya berada di Stasiun Senen. Tiba-tiba saja seorang supir taksi berteriak marah-marah ketika seorang penumpang tidak memilih taksi yang ditawarkan atau ketika saya menunggu di traffict light, hanya karena saya telat beberapa detik saja menjalankan mesin kendaraan maka orang-orang langsung memelototi dengan geram.

Bahkan pernah ada pengalaman ketika pengendara motor tepat di belakang saya yang sampai memukul jok mobil, padahal waktu itu saya hanya menunggu kendaraan di depan saya itu jalan lebih dulu.

Salah satu yang cukup menghebohkan lini massa beberapa waktu yang lalu ketika seorang penumpang pesawat marah-marah ke anak kecil karena sepatunya diinjak atau penumpang pesawat yang begitu emosional memukul pramugari dengan koran.

Lagi-lagi saya bertanya mengapa orang begitu mudahnya bereaksi terhadap sesuatu secara emosional dan berlebihan terutama ketika berada di tempat umum.

Sundar Pichai dan Teori Kecoanya
CEO Google ini membuat saya kagum ketika membaca tulisan di laman online media asing tentang teori kecoa atau yang lazim disebut Cookroach Theory. Teori ini bermula dari kejadian di sebuah restoran ketika seorang wanita begitu bereaksi berlebihan ketika mendapati kecoak di dekatnya. 

Inti kisah ini adalah karena kepanikan yang ditimbulkan wanita tersebut, maka semua orang ikut bereaksi yang sama dan malah menimbulkan kekacauan. 

Beruntung seorang pelayan datang dan dengan sikap tenang, perlahan-lahan mendekati kecoak itu, memegangnya kemudian membawa keluar dari ruangan tanpa menimbulkan kehebohan berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun