[caption id="attachment_299669" align="aligncenter" width="580" caption="Lokasi: Desa Ngentak, Pantai Baru,Pandansimo, Kab. Bantul"][/caption]
Ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia dan digunakan kembali untuk manusia dan mahluk hidup di muka bumi telah membuktikan lahirnya peradaban umat manusia hingga saat ini. Apalagi jika ilmu pengetahuan tersebut dikembangkan kembali dan diterapkan oleh masyarakat yang selama ini jauh dari hiruk pikuk penerapan teknologi. Masyarakat pesisir di desa Ngentak sudah membuktikannya, berkat kerjasama Menristek (Menteri Riset dan Teknologi) dan Lapan, Desa Ngentak akhirnya memiliki pembangkit listrik tenaga angin dan panel surya untuk menerangi desa mereka. Optimisme ini terlihat dari geliat perekonomian masyarakat di kawasan Pantai Baru.
Sekilas tak terlihat sesuatu yang begitu istimewa ketika memasuki desa ini, sepanjang jalan yang terlihat rerimbunan pepohonan. Tidak terlihat pemukiman penduduk yang padat. Ngentak sebuah desa yang terletak di pesisir pantai Pandansimo, Bantul. Setelah menempuh perjalanan hampir satu jam dari Yogyakarta, akhirnya saya sampai di Desa Ngentak. Dari kejauhan beberapa menara kincir angin terlihat berdidir kokoh. Saya semakin yakin, inilah desa yang ingin saya tuju, desa Ngentak. Desa Ngentak sejak tiga tahun terakhir telah mengembangkan energi hibrida dan panel surya.
Pemanfaatan tenaga angin untuk menggerakkan kincir angin, bertujuan untuk memberi layanan listrik bagi masyarakat Ngentak dan memajukan perekonomian masyarakat. Dari aspek fisik wilayah potensi kecepatan angin sebesar 2-5 m/det (siang hari) dan 8-5 m/det (sore-malam hari), dinilai mampu untuk menggerakkan kincir angin. Di pesisir pantai Baru (Pandansimo) terdapat 39 menara kincir angin. Pembangunan kincir ini dilaksanakan oleh Menristek (Menteri Riset dan Teknologi) dan Lapan.
Selain menggunakan pembangkit listrik tenaga angin, Menristek dan Lapan juga mengembangkan sumber energi dari panel surya. Beberapa panel surya terpasang pada bangunan kantor pengelola. Sebagian panel surya juga didirikan di atas kolam ikan, dengan menggunakan rangka besi. Rangka besi ini didirikan diatas pondasi kolam ikan dengan tinggi 120 cm ±. Di atas rangka kemudian dijajarkan sejumlah panel surya panel surya. Desain untuk pemasangan panel surya di atas pondasi kolam ikan sangat efisien, karena menghemat tempat/lahan.
[caption id="attachment_299662" align="aligncenter" width="580" caption="kincir angin akan bekerja secara maksimal dengan kecepatan angin yang memadai. lokasi : Pandansimo, Pantai Baru, Bantul (koleksi pribadi, 6 November 2013)"]
Panel surya ini menghasilkan energi listrik DC atau listrik searah. Tetapi pada kebanyakan alat-alat elektronik menggunakan listrik bolak balik (AC). Oleh karena itu untuk mengubah tegangan DC menjadi AC dibutuhkan inverter. Menurut penuturan Pak Ruswanto, salah satu kendala saat ini dalam pengembangan panel surya karena beberapa inverter rusak. Inverter yang ada selama ini adalah inverter skala besar dan rusak karena petir. Masalah ini kemudian disiasati dengan menggunakan inverter skala kecil.
Menurut teknisi sekaligus penjaga pos Riswanto, pengembangan energi dari panel dan tenaga angin memiliki banyak manfaat. Kedua sumber energi ini menghasilkan sumber energi maksimal berdasarkan iklim. Ketika memasuki musim hujan, kecepatan angin sangat tinggi. Artinya pembangkit listrik tenaga angin akan berfungsi maksimal. Begitupun ketika memasuki musim kering (panas), panel surya juga berfungsi maksimal menghasilkan sumber energi panas.
Keuntungannya adalah kedua sumber pembangkit listrik ini bisa memasok listrik dan memenuhi pasokan listrik untuk semua musim. Menurut Riswanto, ada risiko jika mengandalkan proses pembangkit listrik pada alam. Namun keterbatasan ini membuat kita semakin kreatif mengembangkan inovasi dalam mengembangkan dan memadukan sumber energi listrik lainnya, yaitu memadukan antara pembangkit listrik tenaga angin dan panel surya.
[caption id="attachment_299667" align="aligncenter" width="600" caption="Baterai penampung daya"]
Listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik tenaga angin di Desa Ngentak mampu memenuhi pasokan kebutuhan listrik untuk 100 warung yang berada di pantai Pandansimo. Setiap warung mendapatkan jatah 1 ampere/hari. sebenarnya jatah 1 ampere tersebut dinilai tidak cukup memenuhi pasokan listrik pedagang, apalagi yang menggunakan kulkas. Sehingga beberapa pedagang menambah pasokan listrik dari PLN. Namun hal itu tetap tidak mengurangi manfaat keberadaan kincir angin sebagai pembangkit listrik baru.
Berikut sebagian kutipan hasil wawancara saya dengan Pak Riswanto:
“Menurut Pak Riswanto, kira-kira faktor yang menjadi pertimbangan Menristek memilih pantai Baru (Pandansimo) sebagai lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga angin?”
Riswanto: “sepengetahuan saya dan yang saya ketahui dari pihak LAPAN, daerah ini memiliki kecepatan angin yang cukup untuk menggerakkan kincir angin”. Melalui alat Anemometer, alat yang digunanakan untuk menguku kecepatan angin, pantai Baru cocok mengembangkan listrik dari tenaga angin.
Dari segi perawatan alat, apakah peralatan yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga angin ini tahan lama?
Riswanto: “selama 3 tahun hampir sejak digunakan, saat ini tidak terlalu banyak kerusakan yang berarti. Kecuali inverter yang baru-baru saja rusak karena petir”.
Apakah pernah terjadi pencurian perangkat panel surya?
Riswanto: “kami warga desa Ngentak biasanya bergantian menjaga di dekat lokasi pengembangan panel surya. Di sana setiap malam ada warga yang bergantian menjaga. Lagipula tidak mudah mencuri perangkat panel surya yang sudah terpasang “.
Selain di Pandansimo, di daerah mana saja yang mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin?
Riswanto: “saat ini, di Lombok juga akan dikembangkan pembangkit listrik tenaga angin. Namun sampai saat ini, pengembangan pembangkit listrik tenaga angin terbesar di Indonesia ada di desa kami, Desa Ngentak”.
Untuk meningkatkan kemampuan teknisi, kegiatan apa saja yang dilakukan Pak Riswanto dan teknisi lainnya?
Riswanto: “Jumlah teknisi ada 12 person (orang). Kami memiliki tiga pelatih. Ada yang membidangi sistem kelistrikan, mesin dan operasional. Secara bergantian kami bertugas untuk menjaga peralatan dan mesin. Sebagian lainnya berada di bengkel. Untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan, kami teknisi akan dibawa serta untuk melakukan perbandingan (studi banding) di Jerman”.
Teknisi yang bekerja berasal dari mana saja?
Riswanto: “sebagian besar teknisi disini berasal dari desa Ngentak sendiri. sebelumnya kami tidak memiliki pekerjaan tetap. Namun berkat pengembangan pembangkit listrik di desa kami, beberapa masyarakat akhirnya dilibatkan dalam kegiatan ini”.
Penuturan salah seorang pedagang yang membuka warung makan di pantai Baru, Mbak Pur mengatakan masyarakat sangat terbantu dengan adanya listrik tenaga angin yang dikembangkan di desa mereka. Selama ini, sebelum ada pembangkit listrik tenaga angin, masyarakat Ngentak khususnya para pedagang di pantai Baru sangat kesulitan mendapatkan penerangan listrik di malam hari. Sebelum ada pembangkit listrik tenaga angin jangkauan listrik PLN saat itu belum masuk ke desa mereka. Kondisi ini menyebabkan usaha mereka tidak terlalu menguntungkan pada malam hari.
Namun setelah pembangkit listrik tenaga angin ini dikembangkan, secara perlahan masyarakat sudah merasakan dampak positifnya. Mbak Pur mengatakan omset penjualan meningkat sejak pembangkit listrik tenaga angin dikembangkan di desa Ngentak. Banyak pengunjung yang mendatangi desa Ngentak. Pengunjung tidak hanya datang untuk berwisata, mereka sebagian besar banyak dari kalangan mahasiswa dan peneliti yang ingin melakukan penelitian di desa Ngentak.
Karena sering dikunjungi mahasiswa, maka ketua paguyuban usaha dagang di kawasan pantai Baru berinisiatif bekerja sama dengan mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Mahasiswa Sanata Dharma memberikan pelatihan kepada ibu-ibu yang membuka usaha warung makan untuk memberi nilai tambah bagi jualan mereka. Dimulai dari resep-resep inovatif, kreasi penyajian hingga tahap pelayanan konsumen/pengunjung.
Hasilnya memang maksimal, setidaknya itu yang saya rasakan setelah selesai mengelilingi pantai Baru melihat menara kincir dan panel surya. Mbak Pur begitu ramah menyambut tamunya. Saya menyempatkan untuk mewawancarai Mbak Pur dan beliau dengan semangat menuturkan semuanya tanpa merasa terganggu dengan kehadiran saya. Sembari makan, Mbak Pur masih bercerita dengan saya, meceritakan desa Ngentak yang sangat jauh berbeda sebelumnya.
Di akhir perjalanan ini saya memetik banyak kisah menarik yang sangat bermanfaat. Ilmu pengetahuan telah mengubah kehidupan masyarakat menjadi lebih baik. Saya percaya, mereka masyarakat yang tekun dan pekerja keras dan mau belajar, bukan pemalas yang mengharap keajaiban dan kekayaan turun dalam sekejap. Jangan bermimpi kemajuan menghampiri kehidupan, jika manusia enggan menggerakan tangan untuk mulai menuliskan rencananya. Apresiasi juga saya persembahkan kepada Kementerian Riset dan Teknologi dan LAPAN. Komitmen pengembangan ilmu pengetahuan dan program pengembangan teknologi telah membantu masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Bantul, 5 November 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H