“pulang ke kotamu ada setangkup haru
dalam rindu Masih seperti dulu Tiap sudut menyapaku
bersahabat penuh selaksa makna
terhanyut aku akan nostalgi saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama suasana Jogja”
Pada peringatan hari tata ruang yang berlangsung di Jakarta pada tanggal 10 November, Yogyakarta ditetapkan sebagai kota ternyaman 2013. Faktor penataan kawasan kumuh di Yogyakarta menjadi indikator utama dalam penetapan status kota ternyaman di Indonesia oleh Ikatan Ahli Perencana. Saya juga merasakan kenyamanan tersebut, walaupun kemacetan mulai menggerogoti jalan utama di Yogyakarta, namun saya masih bisa merasakn keramahan kota ini, melalui ruang publiknya. Ruang publik Yogyakarta, semua setara, ini yang terlihat dengan aktifnya komunitas diffable menyelenggarakan acara/pertunjukan di kawasan nol kilometer. selain itu bila melihat penataan kawasan kumuh di Yogyakarta, hampir tidak terlihat kawasan kumuh yang tidak tertata.
Masalah utama kota besar salah satunya adalah penataan kawasan kumuh. Seperti di Jakarta, kampung kumuh yang berada di berderet di pinggir sungai Ciliwung kondisi begitu jauh berbeda dengan kampung kali code di Yogyakarta. Rumah yang terletak di bibir sungai kali Code menghadap ke sungai, tidak membelakangi sungai. Dari segi lingkungan, pencemaran lingkungan di sungai dapat dikurangi. Berbeda jika bangunan rumah diletakkan membelakangi sungai, masyarakat akan memandang sungai tempat pembuangan sampah.
[caption id="attachment_301452" align="aligncenter" width="580" caption="Kawasan sungai kali Code"][/caption]
Tahun lalu sewaktu mengadakan survey lapangan di kawasan pinggiran sungai Code saya menyaksikan secara langsung penataan kawasan kali Code. Bangunan di pinggir kali Code menghadap ke sungai. Di kawasan ini juga dibuat sistem pengelolaan air bersih mandiri kerjasama Universitas Gadjah Mada. Selain pengelolaan air bersih mandiri, UGM juga melakukan program peremajaan kota pengelolaan sampah rumah tangga di kawasan Code Utara.
Dari pengalaman tugas lapangan saya tersebut saya melihat penataan dan peremajaan perkotaan di Yogyakarta selalu melibatkan pihak universitas. Program peremajaan kota tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, melainkan melibatkan para akademisi dan mahasiswa. Dalam survey lapangan tersebut saya mendengar penjelasan dari dosen bersangkutan mengenai Participatory Rural Appraisal. Pengkajian pedesaan secara partisipatif ini menekankan teknik pemberdayaan masyarakat dalam menganalisa, mengembangkan, dan berbagi kehidupan setempat keadaan dan sumber dayanya untuk berencana dan bertindak lebih baik.
Satu hal penting yang paling menonjol dalam penataan kota di Yogyakarta selain pemberdayaan masyarakat, yakni pemberdayaan komunitas. Diyakini dengan melibatkan komunitas maka program perbaikan, peremajaan kampung dan ruang publik akan memberi hasil maksimal dalam proses pelaksanaannya. Beberapa program peremajaan kota di Yogyakarta yakni:
1.Accessibility for all: perjuangan untuk mewujudkan kota yang aksesibel untuk semua (implementasi di Malioboro).
2.Yogyakarta Heritage Society : Perjuangan menyelamatkan warisan budaya (edukasi, public awareness, konservasi taman sari)
3.Apotik komik : perwujudan untuk mewujudkan kota yang lebih humanis (Mural project, apresiasi public art, community project art).
4.Kerupuk: perjuangan untuk menjaga dan mengembangkan ruang publik kota (taman Suroto, DADM project).
[caption id="attachment_301453" align="aligncenter" width="580" caption="Mural Project sebagai Apotik Komik"]
Menyadari tingkat urbanisasi yang cukup tinggi di Yogyakarta, maka pemerintah, masyarakat dan akademisi berupaya menjaga agar kota Yogykarta tetap menjadi kota hunian yang nyaman dan ramah bagi seluruh warga kota. mengelola kota dengan melibatkan masyarakat bertujuan agar pengalokasian dan pemanfaatan sumbr daya kota dapat memecahkan persoalan kota saat ini dan membawa kota pada kondisi lingkungan yang lebih baik di masa depan.
[caption id="attachment_301454" align="aligncenter" width="580" caption="Yogya kota nyaman untuk semua warganya. masyarakat diffable juga bisa enjoy di ruang publik,menikmati keramahan kota."]
Empat program peremajaan kota Yogyakarta telah menciptakan ruang kota yang nyaman bagi warganya. Karena program peremajaan kota yang dilaksanakan sangat dekat dengan kebutuhan masyarakat akan ruang publik. Masyarakat Yogyakarta masih meyakini bahwa keramahan dan kenyamanan kota dapat dinikmati melalui ruang publik. Hal inilah yang mulai menghilang di kota-kota besar di Indonesia, miskin ruang publik. Maka wajar jika Yogyakarta masih menjadi kota yang nyaman baik bagi penduduk asli maupun warga pendatang.
sumber gambar : materi kuliah pemberdayaan masyarakat (Bekti Setiawan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H