[caption id="attachment_333082" align="aligncenter" width="600" caption="Gedung khusus parkir di kota Bangkok Thailand (dok.pri tahun 2011)"][/caption] Tahun 2011 saya berkesempatan mengunjungi salah satu negara paling eksotik di Asia Tenggara. Negara yang terkenal dengan brand gajah putih ini menyimpan pesona budaya yang sangat khas. Kondisi geografi dan alamnya membuat saya merasa seperti di negara sendiri. Jika kita merasa serumpun dengan Malaysia karena faktor bahasa, maka di Thailand saya melihat kesamaan itu lewat kehidupan sehari-hari yang nampak pada kondisi transportasi dan meriahnya pasar tradisional. Bangkok juga tidak lepas dari masalah kemacetan, seperti Jakarta masalah kemacetan di dua negara ini masih menjadi PR pemerintahan masing-masing. Hanya saja di Thailand saya sudah merasakan transportasi publik seperti MRT sedangkan di Jakarta masih dalam tahap pembangunan. Informasi dari travel guide menjelaskan sekitar tahun 80-awal tahun 2000 kondisi dan sarana transportasi umum di kota Bangkok sangat buruk. Akhirnya pada tahun 2004 jalur dan prasarana transportasi publik MRT mulai digunakan masyarakat Bangkok. Salah satu yang menarik perhatian saat itu adalah gedung parkir yang berada di dekat hotel tempat saya menginap. Saya awalnya agak kaget juga melihat gedung yang dijadikan tempat parkir. Jadi gedung ini berjumlah sekitar delapan lantai, dan semuanya digunakan untuk parkir kendaraan roda empat. Untuk Jakarta dan kota besar lain di Indonesia pemerintah menerapkan aturan yang mewajibkan kantor dan bangunan publik lainnya memiliki tempat parkir. Gedung parkir ini banyak kita temukan di Jakarta, gedung parkir bertingkat dianggap sebagai solusi untuk mengatasi keterbatasan lahan parkir di daerah yang padat lalu lintas. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="salah satu gedung parkir di Jakarta (foto.inilah.com)"]
Hunian karyawan
Belanda dan Australia memiliki bangunan multifungsi yang bisa menjadi hunian dan tempat kerja sekaligus, misalnya kantor di lantai empat, apartemen di lantai lima dan restoran di lantai bawah. Keadaan serba “terjepit” seperti ini sudah ada di kota besar seperti Jakarta tapi kurang mendapat respon agar dibangun hunian multifungsi tersebut. akibatnya yang menghuni pusat kota Jakarta didominasi karyawan menengah ke atas yang jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah karyawan menengah kebawah (sumber:disini). Bahkan meningkatnya jumlah peminat properti di pusat kota Jakarta menyebabkan nilai properti semakin bertambah mahal. Nilai per meter per segi mencapai puluhan juta rupiah. Hal ini semakin menyulitkan karyawan menengah ke bawah untuk mendapat hunian dekat dengan kantor/tempat kerja. Analis perencanaan Marko Kusumawijaya pernah menuliskan bahwa hanya sekitar 5-10% karyawan yang bekerja di sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman yang tinggal juga di dalam kawasan yang sama (baca disini). Apa yang bisa disimpulkan dari kasus ini adalah yang mampu membeli hunian di pusat kota dengan harga puluhan juta/meter adalah ekspatriat, sedangkan karyawan dengan penghasilan ekonomi menengah ke bawah tentu hanya bisa menempati tanah di daerah pinggiran ibukota. Orang-orang inilah yang akan menghabiskan waktu produktif mereka di atas mobil-mobil tipe city car atau angkutan umum. Pudong, salah satu provinsi di Tiongkok merupakan kawasan perdagangan dan industri yang dibentuk akibat embargo ekonomi oleh International Trade Organisation pada tahun 1950. Saat ini kawasan Pudong telah tumbuh menjadi industri yang sangat menjanjikan digadang-gadang akan menyandang status sebagai kota dunia. Lantas apa yang menarik dari kawasan industri Pudong? Pemerintah Pudong menjamin tempat tinggal bagi karyawan yang bekerja di industri Pudong. Sekitar dua puluh lima ribu rumah tangga dipindahkan ke hunian baru, semua langkah ini bertujuan untuk meningkatkan investasi dan minat investor di daerah Pudong. [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="kawasan Pudong yang dipisah sungai Huangpu (footage.shutterstock.com)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H