Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Menepis Keraguan Dibalik Taubat yang Dilakukan oleh Umar Patek

24 Mei 2015   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:39 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya, dan mungkin juga Anda, bertanya di dalam hati tentang bagaimana bisa Umar Patek, yang merupakan terpidana terorisme kelas kakap, mampu dibuat taubat oleh pemerintah. Bukankah kita selama ini mengetahui bahwa terorisme bersifat laten, sehingga sulit dilepaskan pengaruhnya dari para pelaku terkait. Apa kabar Abu Ba'asyir yang kelua masuk penjara karena dianggap konsisten menjadi penyambung suara-suara radikal yang merongrong stabilitas Indonesia? Bukankah hingga kini ia mssih vokal mendukung aksi rsdikalisme di tanah air? Lalu mengapa mendadak Umar Patek bersedia taubat? Apa karena ia memiliki taktik lain untuk tetap melanggengkan ideologi radikalnya? Janganlah kita naif melihat taubatnya Umar Patek, karena hal tersebut terjadi bukan tanpa alasan. Umar Patek yang dijebloskan ke penjara pasca ditangkap oleh pasukan sekutu di Pakistan telah mendapatkan pembinaan yang intensif oleh pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Pembinaan yang ditujukan ke Patek merupakan pembinaan yang bersifat moderat, dimana mengupayakan pengakuan eksistensinya sebagai manusia pada umumnya. Tidak ada perlakuan khusus bagi Patek selama mendekam di Lapas Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Patek diberikan beragam pelatihan keterampilan yang kelak berguna bagi kehidupannya (jika) keluar dari penjara. Selain itu, Patek juga dibina mengenai konsep cinta tanah air yang berdasar pada ideologi Pancasila dan aturan UUD 1945. Hal ini dimaksudkan agar Patek dan para terpidana lainnya, khususnya terpidana terorisme, memahami bahwa Indonesia berdiri di atas keberagaman, sehingga sangat penting untuk menerapkan hidup yang saling bertenggang rasa, saling menghormati, rukun, dan menjauhi benci serta permusuhan. Lebih dari itu, konsep cinta tanah air dijadikan bahan pembinaan agar para terpidana terorisme sadar bahwa Indonesia bukanlah negara agama melainkan negara demokrasi berbentuk republik, sehingga keberagaman adalah nilai kekhasan kita. Terkait hal terakhir yang disebut, yakni mengenai isu negara agama, umumnya pelaku terorisme melakukan aksinya didasarkan pada tujuan penegakkan konsep negara berdasarkan agama tertentu. Tentu ini adalah pemahaman yang salah jika diterapkan di Indonesia yang jelas-jelas meupakan negara multikultur, sehingga pemaksaan terhadap superiotas suatu golongan adalah hal yang menyalahi aturan. Apalagi jika hal tersebut disampaikan dengan kekerasan, maka sudah dapat dipastikan bahwa ada kesalah pahaman dalam memaknai esensi agama yang diyakininya. Untuk itulah BNPT dan pihak-pihak terkait menggandeng serta ulama untuk memberikan manfaat penyadaran mengenai konsep pemaknaan agama yang benar. Hal ini tidak lain dan tidak bukan agar selaras dengan pembinaan mengenai konsep cinta tanah air. Bahwa peranan ulama dibutuhkan untuk membantu menyelaraskan tujuan rohani dengan kondisi Indonesia yang multikultur. Jadi bukan berarti taubat yang ditunjukkan oleh Umar Patek adalah sesuatu yang aneh dan mencurigakan, namun merupakan hasil dari pembunaan serius yangh dilakukan oleh pemerintah melalui BNPT dalam upaya penanggkangan terorisme kepada para terpidana terkait.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun