Awal tahun 2011 di Mesir , masyarakat Mesir yang pro perubahan berhadapan dengan demonstran pro penguasa  saat itu ; Hosni Mubarak.  Pemerintah Mubarak tidak terlalu cakap dalam mengelola negara sehingga keadaan sosial ekonomi masyarakatnya tidak stabil.Â
Tingkat pengangguran juga tinggi. Selain itu  Mubarak juga dikenal sebagai penguasa otoriter dan korup sehingga sebagian bear masyarakat mengingini perubahan kekuasaan
Masyarakat yang menentang Mubarak mengakumulasikan kekuatannya melalui media sosial seperti Facebook dan Twitter. Aksi itu bisa mengumpulkan jutaan massa yang menginginkan pergantian kekuasaan.Â
Akhirnya aksi itu bisa mengganti rezim otoriter dan ternyata juga terjadi di beberapa negara di kawasan Timur tengah seperti Tunisia, Libya dan sebagainya. Peristiwa itu dicatat dalam sejarah dunia , disebut dengan Revolusi Arab Spring.
Media sosial yang awalnya hanya dimanfaatkan sebagai sarana untuk mnyebarkan informas kini pengertian dan pemanfaatannya memang sangat luas. Arab Spring adalah  contoh nyara dimana sebuah revolusi (perubahan cepat) yang bermuara pada ketidakpuasan masyarakat pada pemerintah diendorse dengan baik oleh media sosial sehingga dapat menggerakkan banyak orang untuk tergerak mendesak negaranya untuk mengganti pemimpinnya.
Fenomena Revolusi Arab Spring adalah contoh nyata dimana media sosial bisa mengubah ide menjadi tataran nyata yang punya kekuatan besar. Hal itu juga menjadi contoh nyata di mana media sosial dapat berperan untuk  hal baik atau tujuan baik yaitu mencari penguasa yang lebih arif bijaksana.  Perjuangan masyarakat Mesir layak diacungi jempol.
Untuk konteks Indonesia , media sosial sebenarnya juga bisa digunakan /dimanfaatkan untuk hal baik dan bukan hanya untuk caci maki yang selama ini sering terjadi sejak 2014 karena terpancing oleh situasi politik.Â
Diperparah dengan Pilkada Jakarta tahun 2016 dn 2017 yang menjadikan agama sebagai salah satu peluru untuk menjatuhkan lawan, baik melalui kampanye langsung maupun melalui media sosial.
Sampai sekarang polarisasi itu masih saja berlangsung, bahkan tidak saja melanda Jakarta saja tetapi juga beberapa wilayah di Indonesia. Bahkan polarisasi melalui media sosial akhirnya menyangkut Pilpres yang masih dua tahun lagi. Hal itu tentu saja memprihatinkan bagi bangsa kita, karena sebenarnya  polarisasi itu tak seharusnya terjadi.
Kita tahu bersama bahwa hubungan baik kita dengan sesama sangat penting, karena pada hakekatnya hubungan dengan sesama adalah sama mulianya dengan hubungan kita dengan Allah. Â Karena itu hubungan baik dengan sesama ini tidak hanya penting dijaga dalam lingkungan sosial sehari-hari, tetapi juga harus dilakukan di ruang maya yang tidak terbatas.
Momentum puasa juga seharusnya bisa jadi pemicu untuk membuat semua hubungan itu lebih baik. Puasa punya dua sisi yaitu sisi transcendental (hablum min allah) dan sisi sosial (hablum min al-nas). Terinspirasi Revolusi Arab Spring, masyarakat kita  harus ingat bahwa cita-cita, solidaritas dan niat baik harus diwujudkan di tataran nyata dan di dunia maya.Â