Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perbedaan adalah Penguat Bangsa Melawan Radikalisme

13 Maret 2018   20:17 Diperbarui: 13 Maret 2018   20:24 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta akhirnya secara resmi mencabut ketentuan soal pendataan mahasiswa yang memakai cadar per 10 Maret 2018. Kebijakan ini memang sempat menuai berbagai kontroversi.

Keputusan ini memang dilematis, mengingat banyak sekali sekolah, universitas dan perguruan tinggi yang terindikasi radikalisme. Umumnya mereka berkembang di kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler. Kegiatan ekskul itulah yang memberi warna faham radikalisme pada anak-anak sekolah dan mahasiswa. Beberapa penelitian menunjukkan itu.

Selain itu juga makin sering ditemui para mahasiswa itu ikut dalam ormas Hisbut Tahrir Indonesia (HTI) yang jelas menentang Pancasila. Organisasi kemasyarakatan itu sudah resmi dilarang oleh Pemerintah Indoensia. Bendera HTI pernah berseliweran di kampus UNI Sunan Kalijaga , dilakukan oleh orang yang tak bertanggungjawab ketika kontroversi cadar itu berlangsung.

Menurut Komisioner Komnas Perempuan Masruchah, aturan soal larangan cadar dan pemberantasan radikalisme atau fundamentalisme di kampus adalah dua hal yang terpisah.

"Memang dengan fenomena radikalisme dan ekstremisme yang luar biasa, kekhawatiran pasti terjadi di berbagai perguruan tinggi, (ketika ada) orang-orang yang menggunakan cadar, masuk ke situ, dianggaplah mereka komunitas yang fundamentalis, padahal saya kira teman-teman yang pluralis, yang memilih untuk menutup bajunya dengan cadar juga banyak. Coba saja kita lihat teman-teman komunitas Bahai dan lainnya kan memilih menggunakan cadar, itu pilihan-pilihan," kata Masruchah.

Tapi setiap orang atau pihak di Indonesia yang sadar atas bahaya radikalisme di Indoensia memang tetap harus waspada atas kemungkinan-kemungkinan faham radikal yang mungkin masuk ke Indonesia. Cara UIN mungkin dikeluarkan di situasi yang kurang tepat. Tapi hal yang harus kita perhatikan dalam konsteks persoalan ini adalah bagaimana satu universitas aware terhadap bahaya radikalisme.

Masing-masing orang atau pihak mungkin punya  cara berbeda soal aware soal radikalisme ini. Terpenting bagi kita adalah sebenarnya kita harus selalu ingat bahwa perbedaan adalah penguat dan dasar bangsa kita. Dasar negara kita bukan satu agama tetapi Pancasila yang mengandung keberagaman.

Karena bangsa ini dibangun karena perbedaan suku agama ras dan lain sebagainya. Cadar mungkin hal berbeda dengan kita selama ini, namun jangan sampai pemakai cadar tidak menghargai juga perbedaan bangsa kita dan Pancasila yang terbukti merupakan penguat bangsa kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun