Berabad lalu, para pedagang dari mancanegara datang ke Indonesia dengan berbagai jenis kapal. Mereka berasal dari berbagai negara; Arab, India , China dll. Mereka berdagang beberapa jenis barang dengan masyarakat Nusantara.
Karena begitu baiknya hubungan dagang itu dan kemudian menjadi hubungan persahabatan, masyarakat Nusantara tertarik dengan budaya dan kepercayaan yang mereka anut. Agama Islam, misalnya. Agama ini dibawa oleh para pedagang Gujarat dari India pada abad 11. Agama ini diterima dengan damai dan berbaur dengan budaya Nusantara (Indonesia)
Sebelumnya pengaruh hindu, kristen dan budha di nusantara , kurang lebih sama berasimilasi dengan budaya setempat. Sehingga tidak membuat jarak antara budaya dan kepercayaan yang berbeda, dan bisa diterima dengan baik.
Kondisi itu menyebabkan masyarakat Indonesia terbiasa dengan perbedaan dan menerima dengan baik berbagai keragaman. Memahami bahwa banyak bagian dari negara ini yang berbeda. Itu yang menyebabkan jiwa toleransi itu mengedepan di masyarakat Indonesia. Mayoritas menghargargai minoritas dan Minoritas juga menghargai mayoritas.
Keyakinan (baca : agama) yang tumbuh bersama dengan budaya itu bisa kita temukan di banyak wilayah Indonesia. Walisongo, misalnya. Mereka adalah penyebar agama Islan di Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan-Tuban di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat. Pengaruh mereka terasa dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocoktanam, perdagangan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan sampai pemerintahan.
Dalam memberikan pengaruhnya itu, mereka selalu melibatkan (baca : tidak meninggalkan budaya dan tipikal setempat) sehingga pengaruh mereka bisa diterima. Â Selama berabad-abad hal itu terjadi di Indonesia.
Beberapa tahun terakhir ini ada ideologi transnasional yang hakekatnya sama dengan ideologi yang sudah ada di Indonesia, tetapi kali ini mereka membawa paham-paham radikal yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan budaya Indonesia.
Ragam ideologi ini sering terlihat dipaksakan oleh beberapa golongan untuk dapat diterima oleh masyarakat Indonesia. Banyak yang menolak karena kurang sesuai tipikal masyarakat kita karena ajaran itu mengandng budaya-busaya asing yang menafikan semangat toleransi kita.
Karena itu, mungkin kita harus waspada terhadap pengaruh ideoplogi transnasional itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H