Sekali lagi, dunia pendidikan mendapatkan tamparan keras dari anak ajarnya.
Saat para siswa di wilayah tertinggal tengah semangat berjuang mendapatkan pendidikan agar mampu mengubah sikap dan perilakunya, para siswa di kota maju justu memberikan pukulan keras terhadap mereka yang kurang beruntung dan masih berada di daerah tertinggal.
Kasus pelaksanaan pesta bikini berjudul “Splash After Class” yang dilaksanakan di Jakarta mendapat kecaman dari berbagai pihak, meskipun kini acara tersebut dibatalkan. Banyak pihak yang merasa dirugikan, termasuk pihak sekolah yang namanya tertulis dalam daftar undangan yang disebar melalui media sosial. Pesta bikini ini ditujukan untuk para siswa kelas XII yang telah usai menempuh ujian nasional sebagai ajang untuk me-refreshkan diri. Harga tiketnya pun relatif mahal, mulai dari seratus lima puluh ribuan hingga dua ratusan bahan ada yang sampai lima juta rupiah yang dilengkapi dengan satu ruangan dan minuman anggur. Acara tersebut akan digelar di kolam renang hotel tempat diselenggarakannya pesta tersebut dengan dresscode bikini. Belakangan diketahui, bahwa tidak hanya sekali ini pesta semacam itu dilaksanakan. Tahun lalu, acara tersebut sukses dilaksanakan pada 18 April lalu, bertema “black the rules”.
Berbagai kecaman terus menyerbu pihak penyelenggara acara tersebut. Bahkan Gubernuh DKI Jakarta Basuki Tjahja Purnama pun menolak dengan keras acara tersebut
“"Oh nggak bisa dong kalau pesta bikini mah. Itu mah nggak bener kalo pesta bikini. Ditangkep. Itu ada KUHAP asusilanya kok," jelasnya saat ditanyai mengenai acara remaja tersebut.
Meskipun pihak penyelenggara telah meminta maaf, namun banyak pihak sekolah yang dicantumkan namanya di undangan akan melaporkan kasus ini sebagai pencemaran nama baik, dan pihak penyelenggara bisa mendapat ancaman hukuman 2,5 tahun penjara.
Sebenarnya sah-sah saja jika ingin merayakan kebebasan setelah menempuh sebuah ujian. Namun, semua itu ada batasnya. Lha wong pengumuman lulus tidaknya ujian saja belum beredar, ini kok malah mau seneng-seneng pakai bikini lagi. Apa itu etis?
Hal ini menegaskan bahwa pengaruh globalisasi dan westerenisasi sudah akut. Pergeseran nilai-nilai moral telah terjadi, bahkan di dunia pendidikan. Budaya pesta bikini adalah pengaruh dari budaya barat yang tidak sesuai dengan kultur negara kita. Tidak semua budaya asing dapat kita terima begitu saja, harus disesuaikan dengan latar belakang bangsa kita. Sebagaiman diketahui, kultur budaya kita adalah budaya ketimuran, pengaruh budaya asing yang kini menjamur dikalangan remaja terkadang memang memberikan efek yang kurang positif.
Acara pesta bikini sepeti itu tidak ada manfaatnya, selain menghambur-hamburkan uang, acara tersebut juga merusak moral generasi muda sekaligus dapat meningkatkan angka seks bebas dikalangan remaja dan juga pelecehan terhadap dunia pendidikan.
Kalau memang mau melakukan pesta atau merefresh kan diri ya yang wajar-wajar saja, masak pakaian renang dipakai untuk acara umum? Maunya jadi anak gaul, tapi kalau merusak gunanya sekolah selama itu buat apa? Apa memang sudah tidak punya malu?
Kini yang jadi pertanyaan, pihak penyelenggara itu manusia yang berpendidikan atau tidak? Atau hanya memikirkan keuntungan ekonomi yang diperoleh dengan diselenggarakan acara tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H