Mohon tunggu...
Ratih Noko
Ratih Noko Mohon Tunggu... Administrasi - Less is More

Pecinta buku dan travel

Selanjutnya

Tutup

Diary

My Long Holiday

18 Februari 2022   00:52 Diperbarui: 18 Februari 2022   00:54 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hola, rasanya ini tulisan gw yang paling random di kompasiana, selain di blog pribadi yang sudah hilang ntah kemana. Setelah sekian tahun, ini cerita long holiday versi gw karena selama 7 tahun gw kerja di kantor yang sekarang, ini cuti terlama gw yaitu 10 hari.

Sepanjang cuti gw berhasil meng-off kan whatsapp, yang katanya platform tersibuk di zaman now. Gimana rasanya? Menyenangkan. Asli. Hidup terasa berjalan lebih lambat dari biasanya. Gw menikmati setiap menit dan jam setiap harinya. 

Btw, gw cuti kantor karena lagi isoman di rumah, kedua kalinya gw kena covid. Heran, bisa persis banget setahun jarak kenanya, kayak ulang tahun. Apa yang gw lakukan selama isoman? Seperti manusia pada umumnya, yaitu makan, minum, tidur, nonton, baca, nyuci, ngepel, ngelamun. Dan terasa menyenangkan karena sambil mencari dan menemukan kembali diri gw.

Waktu pas hasil PCR keluar, gw langsung whatsapp ke big boss infokan kalau gw positif dengan beberapa gejala dan kalau diperbolehkan minta ijin cuti selama pemulihan. Pararel, gw juga whatsapp asisten bos yang intinya menginfokan gw sudah minta ijin cuti ke bos besar dan gw minta approval untuk proses administrasi. Ternyata jawaban big boss gw adalah katanya gw gak perlu cuti, tapi cukup isoman sampai pemulihan. Eh jujur gw gak paham maksutnya gimana. 

Apakah gw tidak diperbolehkan cuti karena selama isoman gw akan dikasih kerjaan atau maksutnya bos gw secara baik hati khawatir jatah cuti gw berkurang? Disaat gw bingung mau balas apa, ternyata surat cuti gw sudah diproses asisten bos. Well, cuti adalah hak segala bangsa ye kan

Gw ambil cuti agar lebih jelas bahwa kalau gw gak kerja karena cuti sakit. Bukan statusnya kerja, tapi gak kerja karena sakit. Itu mirip tapi beda. Gw juga nulis status di whatsapp bahwa gw "sedang cuti". Soalnya jujur gw kadang sebel kalau ada orang yang lagi cuti tapi gak ngasih info bahwa dia cuti dan whatsappnya masih aktif. 

Trus ketika ada yang whatsapp soal kerjaan, balasannya lama banget, dan bilang ternyata lagi cuti. Kenapa gak info dari awal maemunah. Makanya gw memutuskan mending wa gw di off-kan, supaya kalau ada rekan kerja yang wa gw gak ngarep dibalas karena contreng satu. Eh contreng atau coblos. Pemilu dong.

Tapi selama cuti ada aja teman gw yang iseng telepon atau email meski bukan soal kerjaan. Waktu itu ada yang telepon yang gw kira nomor kurir tokped karena gak muncul namanya di hape. Ternyata temen kantor gw yang tiba-tiba curhat karena proses mutasinya gak dijinkan. Kocak juga. Tapi asli soal ini gw bingung kenapa masih ada bos yang ngelarang resign atau mutasi pegawainya. Artinya proses pembinaan dan delegasi ke manusia lainnya gak jalan, ya kan? 

Menurut gw, perusahaan itu gak boleh bergantung kerjaan ke satu orang. Sama seperti halnya pegawai gak boleh bergantung ke perusahaan. Karena kedepannya gak ada yang tahu nasib dari keduanya gimana. Kata guru gw, makanya bergantungnya cukup ke yang kasih makan aja. Bukan ibu-ibu kantin. Pasti ngerti maksut gw.

Cuti ini gw anggap detox buat diri gw yang beberapa tahun belakangan ini selalu over thinking. Ada banyak  informasi yang berseliweran di segala macam platform, plus manusia-manusia online yang 24 jam bisa dihubungi kapan saja. Teknologi yang makin progresif, memaksa kita untuk menerima semua informasi dan kejadian di dunia fana ini gak sih? Kenapa harga cabe naik? ada apa dibalik perang antara Ukraina-Rusia? siapa artis yang digrebek karena narkoba? kenapa terjadi mati listrik di Wamena? kok bisa beruang kabur di kebun binatang Amerika? gimana kabar pangeran Harry? Kadang-kadang gw mikir, gw perlu tau gak sih? Saking banyaknya informasi, banyak target hidup yang ingin gw capai, tapi seringnya cuma berkutat di pikiran. Terlalu banyak keinginan pada akhirnya gak bisa fokus dengan beberapa hal yang paling penting, karena banyaknya distraksi informasi.

Kadang kangen dengan kondisi jaman dulu dengan segala keterbatasan teknologi gak sih. Kalau kangen teman bisa kirim sms, gak khawatir harus segera balas karena gak ada status online atau centang biru. Atau dirasa penting bisa langsung telepon atau datengin langsung ke rumahnya. Cari informasi berdasarkan apa yang gw butuhkan, bukan terpaksa menerima. Informasi secukupnya. Komunikasi seperlunya. Tapi berkualitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun