Mohon tunggu...
Ratih Mahadaya
Ratih Mahadaya Mohon Tunggu... -

Perempuan Pekerja, Gemar Membaca, Tinggal di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Gelar "Daeng Gassing" Untuk Fauzi Bowo

7 September 2012   03:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49 800
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_197645" align="aligncenter" width="600" caption="Anugerah "][/caption] Ada hal menarik dari penganugerahan gelar "Daeng Gassing" kepada Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo oleh Kerukunan Warga Sulawesi Selatan (KKS) di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Tanjung Priok akhir pekan silam. Menarik karena ini sebuah gelar yang unik dan bentuk penghargaan atau apresiasi lintas etnis atas apa yang dilakukan kandidat Gubernur DKI Jakarta yang akan berlaga di putaran kedua dan asli Betawi ini, selama menjabat sebagai pemimpin tertinggi di ibukota. Seperti diberikan di link ini : Fauzi diberikan gelar kehormatan dan diberi nama Daeng Gassing yang berarti Yang Kuat dan Yang Menang. Penandaan gelar kehormatan itu saat Calon Gubernur DKI Jakarta tersebut diberikan Sokko Guru (peci khusus gelar kehormatan) dan sarung Sabbe yang dikenakan oleh dua orang Tokoh Masyarakat Sulsel.

Ketua BPW KKSS Jakarta Utara, Ahmad Tahir Ratu mengaku lega karena kesediaan Fauzi Bowo untuk bersedia menerima gelar kehormatan tersebut. Dengan begitu, warga kehormatan KKSS Jakarta Utara menjadi tiga orang yaitu Kabareskrim Sutarman, dan Kabarhankam. Fauzi sendiri menyambut positif pemberian gelar kehormatan ini. Dia berjanji akan terus menjaga amanah warga kehormatan tersebut. Pemberian gelar itu sejalan dengan nama dirinya yaitu yang menang dan yang kuat. "Semoga dengan gelar ini, bersama warga Sulsel bisa membawa Jakarta lebih baik dan lebih maju serta sejahtera," tandas Fauzi

Penganugerahan gelar kepada sosok berprestasi ini bukanlah tanpa alasan.  Sosok beliau yang inspiratif dan sejalan dengan gelar tersebut tentunya menjadi dasar atas keputusan penganugerahannya. Mari kita tinjau dulu makna kata "Daeng" seperti yang dijelaskan di tautan ini:

Sebenarnya ada dua arti kata “daeng”, yaitu pertama sebagai sebutan kepada orang yang lebih tua atau yang dituakan. Sifatnya sama dengan kata “mas” bagi orang Jawa atau ”akang” bagi orang Sunda. Panggilan ini awalnya hanya milik suku Makassar saja, karena “daeng” memang sebenarnya adalah bagian dari budaya suku Makassar. Daeng sebagai panggilan kepada orang yang lebih tua, dipergunakan merata kepada pria ataupun wanita. Kata “daeng” yang kedua atau lebih spesifik adalah bagian dari paddaengang. Dalam tradisi suku Makassar, paddaengang merupakan bagian penting. Istilah lainnya adalah areng alusu’ atau nama halus. Seseorang yang bersuku Makassar, biasanya akan menerima penyematan nama halus atau paddaengang di belakang nama aslinya. Contohnya seperti nama asli Muhammad Irwan, tapi kemudian ditambahkan dengan paddaengang, yaitu Daeng Rewa. Jadilah nama lengkapnya Muhammad Irwan Daeng Rewa. Paddaengang biasanya diambil dari nama para leluhur atau tetua dalam garis keluarga suku Makassar. Biasanya berupa doa atau harapan, namun ada juga yang berupa ciri fisik atau kelakuan. Penyematan paddaengang di belakang nama seseorang dulu dilakukan dengan upacara khusus. Namun belakangan seiring perjalanan zaman, paddaengang itu disematkan begitu saja tanpa ada upacara khusus. Bagi orang Makassar, setelah resmi menyandang nama paddaengang, maka yang bersangkutan sudah masuk masa akhil baliq, maka wajib hukumnya bagi orang-orang di sekitarnya apalagi yang lebih muda dari yang bersangkutan untuk memanggil dengan nama paddaengang-nya. Memanggil orang tersebut bukan dengan paddaengang-nya akan dianggap tidak sopan, karena paddaengang adalah nama halus dari yang bersangkutan. Strata Sosial Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 strata sosial yaitu: 1. Karaeng: Raja atau Bangsawan 2. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar 3. Ata : Budak Dalam tradisi asli suku Makassar sebenarnya juga dikenal yang namanya kasta. Kasta tertinggi adalah Karaeng atau raja dan kasta paling bawah adalah Ata atau budak. Mereka yang berkasta Karaeng berhak mendapat paddaengang, sementara pada Ata tidak. Sultan Hasanuddin sendiri punya nama paddaengang, yaitu Daeng Mattawang plus gelar kebangsawanan, sehingga nama aslinya menjadi I Mallombassi Daeng Mattawang Sultan Hasanuddin Karaeng Bontomangape Tu Menanga Ri Balla Pangkana. I Mallombassi adalah nama kecil, daeng Mattawang adalah nama paddaengang, Sultan Hasanuddin adalah nama Islamnya, Karaeng Bontomangape adalah gelar kebangsawanan dan Tu Menanga Ri Balla Pangkana adalah gelar anumerta yang berarti orang yang meninggal di rumah.

Penjelasan diatas memberikan pengertian luhur bahwa gelar 'Daeng Gassing" kepada Pak Fauzi Bowo merupakan bagian dari penyematan atas perilaku selaras dari beliau yang memang memiliki gaya kepemimpinan yang tegas dan lugas. Tentu saja pertimbangan matang diberikan untuk menganugerahkan gelar kehormatan kepada Finalis Gubernur Terbaik Dunia 2008 ini. Sebab anugerah "Daeng" seperti diutarakan dalam penjelasan diatas mesti melalui tahapan seleksi yang ketat dengan mempertimbangkan beragam faktor. "Kami beri apresiasi kepada beliau," kata Ketua Badan Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan Jakarta Utara, Achmad Tahir Ratu, di acara halalbihalal masyarakat Sulawesi Selatan di Gelanggang Remaja Tanjung Priok, Jakarta Utara, Ahad, 2 September 2012 seperti dikutip dari Tempo. Menurut Achmad, Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan di Jakarta Utara menganggap Fauzi Bowo sebagai warga kehormatan karena sang calon gubernur incumbent itu cukup banyak berbuat untuk Republik Indonesia, khususnya Jakarta. Dalam keterangan di tautan itu pula disebutkan: Daeng Gassing bermakna kuat. Achmad menganggap Fauzi Bowo sebagai orang kuat yang memiliki keteguhan dan keimanan. Fauzi Bowo juga dinilai memiliki karisma dan tanggung jawab sehingga pantas mendapat gelar itu. "Sebagai gubernur, beliau itu punya keteguhan dan keimanan yang kuat," katanya. Saya meyakini bahwa sosok seperti Pak Fauzi Bowo adalah figur yang pantas untuk memimpin Jakarta. Bukan seorang pesolek media dan lebih mengedepankan citra, namun bekerja keras mempersembahkan kinerja unggul membawa  ibukota lebih baik sesuai kompetensi handal yang dimilikinya. Ketegasan dan keteguhan jiwanya menjadi point penting mengelola problematika Jakarta yang majemuk ini. Maju terus Pak Fauzi Bowo Daeng Gassing !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun