Mohon tunggu...
Ratih Fambayunasti Aulia
Ratih Fambayunasti Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan mahasiswa semester satu program studi Manajemen yang menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Permintaan Beras Meningkat, Apakah Impor Beras Solusi yang Tepat?

6 Januari 2024   11:59 Diperbarui: 6 Januari 2024   12:23 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Bahan pangan merupakan bahan pokok yang sangat dibutuhkan oleh manusia sebagai penunjang aktivitasnya sehari-hari. Di Indonesia, beras adalah salah satu makanan pokok yang diminati masyarakat walaupun keberadaannya dapat diganti dengan bahan pokok lainnya seperti ubi, jagung, dan karbohidrat. Meskipun peran beras sebagai bahan pangan utama dapat digantikan, tetapi hal itu tidak membuat permintaan masyarakat terhadap beras terus menurun. Sebaliknya, permintaan beras akan terus meningkat karena di Indonesia telah terjadi peningkatan penduduk serta masyarakat sudah bergantung pada beras dan menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan konsumsi beras terbanyak di dunia.

Namun, gagal panen dalam suatu pertanian bisa terjadi kapan saja tanpa mengenal kondisi cuaca. Gagal panen juga menjadi salah satu faktor meningkatnya permintaan beras di pasar. Selanjutnya bagaimana konsumsi masyarakat terhadap beras kedepannya ?

Petani selaku produsen utama dalam pengelolaan beras, mereka akan bekerja dengan maksimal memikirkan solusi terbaik kedepannya, akan tetapi perubahan iklim tidak bisa dihindari. Menurut Dr. Rini Astuti dari Australian National University, cuaca ekstrem diperkirakan bakal menurunkan hasil produksi pertanian Indonesia. "Saya kira dampak terbesar dari perubahan iklim adalah meningkatnya ketidakteraturan dan intensitas curah hujan, karena produksi pertanian sangat bergantung pada curah hujan," ujar peneliti bidang mitigasi perubahan iklim di Asia Tenggara.

Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa "Ketidakteraturan curah hujan kemudian memengaruhi kemampuan petani dalam merencanakan usaha agrikultur, sehingga akan berdampak pada produksi pangan di Indonesia. Dan efeknya bukan hanya dirasakan oleh petani tetapi juga perekonomian negara secara keseluruhan," ujarnya.

 Mengingat sektor pertanian sangat rentan terhadap perubahan iklim yang berujung pada permasalahan gagal panen, maka para petani perlu menyiapkan antisipasi dan solusi penanganan kedepannya. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah menganalisis terlebih dahulu faktor penyebab gagal panen. Gagal panen terjadi karena perubahan iklim secara ekstrem, kekeringan, bencana alam, serangan hama, atau bisa saja karena kurangnya perawatan.

Beberapa faktor penyebab gagal panen dapat diantisipasi dengan memanfaatkan sumber air ketika terjadi kekeringan, melakukan pengendalian hama secara berkelanjutan, meningkatkan infrastruktur pertanian seperti pelayanan pengangkutan untuk memudahkan distribusi beras, dan melakukan koordinasi dengan pihak lain dengan tujuan mengurangi risiko gagal panen dan menjaga produksi beras secara stabil.

Dengan adanya kondisi ini, masyarakat juga harus bersiap untuk beradaptasi terhadap perubahan yang akan terjadi, seperti melonjaknya harga beras di pasar, dengan kemungkinan masyarakat akan mengurangi konsumsi beras dan beralih ke bahan pangan lain yang harganya lebih terjangkau. Alternatif lain yang bisa dilakukan ketika terjadi peningkatan permintaan beras di pasar adalah melakukan impor beras meskipun nantinya dapat mempengaruhi neraca perdagangan negara. Ketika impor beras telah dilakukan, perlu adanya koordinasi tim terkait yaitu petani, pemerintah, dan masyarakat untuk menjaga kestabilan harga beras serta memastikan ketersediaan beras tetap tercukupi. Selain itu, impor beras perlu mendapat perhatian agar permintaan beras lokal tidak menurun, dan petani di Indonesia tetap dapat bersaing dengan petani dari negara lain.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun