Mohon tunggu...
Ratih Elysa
Ratih Elysa Mohon Tunggu... Lainnya - Government Studies

Learner.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Media Pembelajaran Penunjang Kuliah Online

25 Desember 2020   17:11 Diperbarui: 12 Maret 2023   01:45 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis:

Anan

Addinal Hafiddu

Nabillah Putri Ardiyanti

Ratih Elysa

Kondisi pandemi COVID-19 menjadikan berbagai kampus melakukan himbauan mengenai perkuliahan online melalui surat edaran. Salah satunya ialah kampus elite di Malang, Universitas Brawijaya. Tentunya pihak kampus terus melakukan adaptasi terhadap setiap pembaharuan. Perubahan dalam mekanisme pengajaran luring menjadi daring berdampak besar terhadap kompetensi dan aktualisasi setiap mahasiswa, tidak terkecuali mahasiswa baru. Lantas, banyak sekali hal-hal yang menjadi keresahan mahasiswa selama perkuliahan daring ini.
Penulis mencoba bertanya kepada beberapa mahasiswa baru Ilmu Pemerintahan di Universitas Brawijaya. "Perkuliahan daring cenderung kurang efektif, dikarenakan terbatasnya ruang gerak bagi mahasiswa." terang salah satu mahasiswa. Berkenaan dengan itu penulis juga mencoba menyoroti penerimaan materi perkuliahan terhadap mahasiswa, "Nggak lebih dari 70 persen, karena metode yang digunakan cenderung monoton, banget! Belum lagi kalau ada kendala jaringan, itu menghambat saya buat aktif dalam diskusi. Secara, perkuliahan daring cuma ditunjang aplikasi e-conference seperti Zoom, Google Meet, dan Google Classroom."  
Fakta lain pun terungkap setelah seorang mahasiswa menyatakan "Overall good, sih. Saya nggak bermasalah dengan perkuliahan online, lumayan ikut menghemat biaya. Selain itu, ikut mendukung pemerintah menghambat persebaran virus COVID-19." Di tengah hecticnya perkuliahan daring ini, masih ada mahasiswa yang mampu beradaptasi secara penuh dengan situasi terkini. Namun keluhan dan keresahan ini tidak boleh diabaikan begitu saja, mahasiswa butuh solusi dan peran aktif agar mampu mengoptimalkan perkuliahan daring ini. Pihak BEM FISIP Universitas Brawijaya juga telah menyelenggarakan sebuah forum diskusi online bersama dengan Wakil Dekan I FISIP Universitas Brawijaya yang mengulik mengenai evaluasi pembelajarn daring beserta dengan kesiapan pihak FISIP Universitas Brawijaya menghadapi kuliah luring. Berdasarkan pemaparan dari Wakil Dekan I, civitas akademik FISIP Universitas Brawijaya masih terus beradaptasi terkait penyelenggaran kuliah daring. Namun, sangat disayangkan disemester depan kuliah luring belum bisa dilaksanakan melihat angka kasus COVID-19 masih terus meningkat. Disamping itu, hasil diskusi tersebut juga memaparkan pendapat mahasiswa kepada pihak akademik FISIP Universitas Brawijaya untuk segera memeratakan penyebaran kuota pemerintah, dan mengurangi beban tugas. Alasan terkuat mengenai argumen tersebut adalah kendala mahasiswa dalam menangkap materi serta tenaga pengajar yang dirasa membebani karena pemberian tugas dengan deadline yang cukup singkat.
Dalam menunjang kegiatan pembelajaran secara daring, ada beberapa aplikasi belajar yang dapat digunakan selain Zoom, Google Meet, dan Google Classrom, yaitu, Wakelet, Milanote, dan Paddlet. Aplikasi yang pertama ada Wakelet, merupakan platform kurasi konten di mana pendidik dan mahasiswa dapat menyimpan tautan penting (dari blog atau situs web), posting media sosial (Facebook, Twitter, Instagram), video YouTube, dan gambar sebagai item yang nantinya akan diorganisir menjadi koleksi pribadi atau publik. Kelebihan Wakelet dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa dengan menghadirkan sumber belajar digital yang dipilih sendiri oleh pendidik. Segala kegiatan seperti menyimpan, mengorganisir dan membagikan konten melalui berbagai sumber dapat dilakukan dalam satu tempat saja. Wakelet juga dapat dimanfaatkan sebagai portofolio mahasiswa yang multikonten dalam rangka meningkatkan pemahaman digital citizenship dan kemampuan kerja. Wakelet juga dapat dimanfaatkan untuk flipped classroom atau pembelajaran asinkron. Mahasiswa dapat menyimpan tautan penting ke konten dan merekam diri mereka sendiri, mendiskusikan informasi dan bagaimana informasi itu berkaitan dengan topik mereka. Disisi lain, wakelet juga memiliki kekurangan, pada layout aplikasinya terdapat tata letak linier yang kurang menarik serta dipastikan pengguna anak-anak dapat menemukan konten yang tidak pantas dalam koleksi publik.
Selanjutnya ada Milanote yang merupakan aplikasi pengambilan nota berasaskan awan baru yang direka untuk orang yang mempunyai minda visual. Dalam banyak cara, ia meniru aplikasi mengambil nota yang khusus kepada iPad, seperti Penultimate, mengamalkan model kanvas yang tidak, tetapi Milanote tidak tersedia pada iPad. Milanote menyokong lukisan, lakaran, atau tulisan tangan. Kelebihan dari aplikasi ini yaitu tampilannya yang terlihat seperti board kosong membuat pengguna dapat dengan bebas mengisinya dengan tag, gambar, notes, dan masih banyak lagi. Dengan sistem artboard ini, pengguna dapat membagikan artboard  dengan tim lainnya maupun sebaliknya. Kekurangan dari aplikasi ini yaitu merupakan salah satu aplikasi berbayar. Sedangkan, pada versi grastisnya memiliki kelemahan utama yaitu kekurangan ciri sehingga banyak kehilangan fitur-fitur utama yang dibutuhkan para pengguna.
Yang terakhir ada Paddlet, mirip dengan Google Docs/Drive. Hanya saja Paddlet menghubungkan beberapa orang sekaligus dari berbabagi latar belakang, entah itu pengguna Google, Yahoo, Apple, atau Microsoft. Paddlet sangat cocok untuk sharing file/project. Pengguna bisa mengupload file dan mengijinkan orang lain untuk mengakses, mengedit atau bahkan menghapusnya. Cocok sekali untuk mereka yang menganut sistem working from home. Kelebihannya adalah tampilan halaman yang menarik dapat menggunakan berbagai gambar bahkan animasi dalam satu halaman, setting layout yang disediakan bisa menstimulasi kreatifitas pembuatnya, tampilannya bisa disetting seperti majalah, penggunaannya tidak ribet, dapat digunakan untuk presentasi, dan terakhir dapat membuat obrolan bersama siswa terhadap sajian materi jika diperlukan. Sayangnya, paddlet juga merupakan aplikasi berbayar, sehingga tidak semua orang dapat mengaksesnya. Walaupun memiliki free version, tetapi kita hanya dapat membuat file "paddlet" atau papan tulis dengan jumlah yang terbatas.
Layanan aplikasi online dan free version terbukti mempermudah segala aktivitas perkuliahan, mulai dari artboard  hingga laman unggahan file. Nah, tentunya dari berbagai variasi dan inovasi aplikasi penunjang perkuliahan daring ini, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam beradaptasi. Sehingga tujuan dan proses pengajaran juga dapat tercapai dengan maksimal di tengah kondisi pandemi COVID-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun