Pagi beku yang ambigu
Aku mencarimu, di antara debu-debu waktu
Aku mencarimu, dari wajah-wajah yang menyerupaimu
Aku terus mencarimu, mencari-cari asal bau tubuhmu yang tersapu angin lalu.
Pagi mulai memanjat pohon trembesi
Aku mencarimu, diantara langit imajinasi
Merayap diantara kelabu dan jingga
Aku tak tahu harus sedih atau tertawa.
Langit Rabu jingga yang bercermin
Pada hujan musim kawin
Meniup senja yang tak mau kehilangan
waktu menggapai angan-angan.
Hujan telah bermalam
Di tempat para jiwa bersemayam
Melihatmu, dengan tatap yang tak terduga tepinya
Memelukmu, dengan dekap yang tak akan lenyap hangatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H