Mohon tunggu...
Ratih Poetry
Ratih Poetry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur

“A poet is, before anything else, a person who is passionately in love with language.” – W. H. Auden.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ini Tanah Leluhurku

5 November 2024   10:10 Diperbarui: 5 November 2024   10:15 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Telah berpuluh waktu berlalu
Tak ada bianglala yang tiba disini
Tanah ini seperti mati
Bagai altar kenangan yang bisu
Juga riak laut kota yang lesu...

Menapaki kemarau
Memandang harapan yang meranggas satu - satu
Aku tak hendak mengutuk
Tapi resahku pada tanah yang tertikam luka
Tinggal bekas memar
Begitu ngilu di ulu hati...

Ini tanah leluhurku
Kupagar dengan darah
Tapi kenapa tinggal sejarah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun