Telah berpuluh waktu berlalu
Tak ada bianglala yang tiba disini
Tanah ini seperti mati
Bagai altar kenangan yang bisu
Juga riak laut kota yang lesu...
Menapaki kemarau
Memandang harapan yang meranggas satu - satu
Aku tak hendak mengutuk
Tapi resahku pada tanah yang tertikam luka
Tinggal bekas memar
Begitu ngilu di ulu hati...
Ini tanah leluhurku
Kupagar dengan darah
Tapi kenapa tinggal sejarah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!