Semesta melerai langit kelam
Kuyup tubuhnya menghempas
Kala bibir biru menggigil beku
Tak peduli hujan deras memecah sunyi
Hingga jadi gerimis merapuh retas
Aku mengukir hampa
Pada kerat kayu pintu rumah tua
Bagai epitaf menjelang ujung hari
Saat perapian menyala jingga
Menyiratkan cahaya ke entah
Hendak ke mana masa melangkah
Kian tersesat menuai luka batin
Melesap tajam dalam rintih pekat
Limbung jiwa menggores kenangan kita
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!