Mohon tunggu...
Ratih Poetry
Ratih Poetry Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mompreneur

“A poet is, before anything else, a person who is passionately in love with language.” – W. H. Auden.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Insan Sendiri

5 September 2024   08:54 Diperbarui: 5 September 2024   09:06 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi sejuk mengelus  sukma
Deretan pinus menyapa lembut
Hangat cahayanya mentari
Melangutkan kenangan manis
Tiada sadar berakhir semu

Catatan rasa dimakan usia
Menyergap rindu kasih tak sampai
Saat aksara terpaku menggurat makna
Tersungkur mengeja kata - kata terakhir

Aku menggigil beku di rumah merah
Tungku perapian tak hangat lagi
Hingga salju berjatuhan dalam kamar
tempat buku dan pena saling memagut

Cinta itu tidak nyata kawan
Kebersamaan hanya menipu nalar kita
Insan dasarnya sendiri jalani takdir
Tak perlu percaya apalagi yakin
Kodrat melukai terus menukik hampa
Tiada peduli kamu hidup atau mati

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun