Mohon tunggu...
RASYUHDI
RASYUHDI Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Santri asal Situbondo yang melanjutkan studinya di nanjing universty china

trevelling/touring/membaca

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pergerakan Intelektual Muda di luar Negeri terhadap RUU di Indonesia

30 September 2019   02:08 Diperbarui: 30 September 2019   02:50 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Rasyuhdi(#kitabergerak)

Reformasi di kebiri mungkin kata itu yang pantas saat ini di katakan, berlinang air mata di atas restorasi  kegelisahan anak bangsa yang juga menginginkan ke adilan karena merasa bangsa ini sudah lama merdeka tapi hukum tetap saja tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Mahasiswa mulai turun kejalan menuntut pembatalan terhadap pasal-pasal kontroversial dalam RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Ketenagakerjaan, hingga UU KPK hasil revisi dan ada juga kalangan mahasiswa yang menuntut mundur pimpinan KPK yang lama.

Terlepas dari tuntuan mahasiswa di Indonesia demostrasi yang cukup mencengangkan setelah aksi tahun 1998, mungkin para angota perlemen sudah tidur sehingga lupa akan suara kaum intelektual dan ternyata masih tetap bersemangat dan membara, bahkan  berani menyuarakan dengan nyawa sebagai taruhan. Tidak hanya dari mahasiswa di Indonesia, suara-suara tuntutan juga keluar dari kalangan aktivis yang sedang menempuh pendidikan di luar negeri, demi sebuah kontribusi kepada ibu pertiwi. Tak tahu sejauh apa mereka belajar tetapi kegelisahan kepada polemik di negeri pasti akan tetap menghantui.

Jika aksi mahasiswa di Indonesia banyak media yang memberitakan beda lagi dengan intelektual muda yang di luar negeri, entah karena suara kita sudah tidak di perhitungkan kembali, atau memang mereka tidak pernah mendengar kabar. Bahkan PPI Dunia sekalipun sempat melayangkan surat pernyataan sikap nomor : 02/KSK/PPI-DUNIA/IX/2019 tekait revisi undang KPK, meski di sana tidak ada tuntutan RUU KUHP dan yang lain, setidaknya itu bisa  juga di jadikan sorotan media, karena sejarah juga menunjukkan bahwa dinamika pergerakan mahasiswa yang berada di Indonesia tidak bisa lepas dengan pergerakan yang berada di luar negeri,terlepas dari idealisme dan semangat teman-teman mahasiswa  seperti perjalanan bung hatta yang berhasil mengumpulkan kaum intelektual muda di belanda sehingga menjadi organisasi pergerakan kemerdekaan saat tiga tokoh Indische Partij (Suwardi Suryaningrat, Douwes Dekker, dan Tjipto Mangunkusumu) bergabung dengan Indische Vereeniging yang kemudian berubah nama menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Jika aksi yang di soroti oleh banyak media Indonesia, lantas apa mereka tidak melihat aksi dan suara teman-teman PPI lainnya sama halnya dengan PPI Belanda, yang juga membentangkan lembaran kertas karton dan berisikan tuntan di pinggir jalan, bahkan orasipun di lontarkan oleh yunda yang entah itu siapa namanya, ini merupakan bukti nyata kekhawatiran mahasiswa yang menempuh pendidikan di luar ibu pertiwi. Beda sikap lagi dengan PPI Tiongkok yang tidak melayangkan surat pernyataan sikap terhadap permasalahan di Indonesia akan tetapi hal itu sudah bisa di katakan menjadi satu dengan pernyataan sikap PPI Dunia  . Ada hal unik di negeri itu meskipun sedang menyambut hari kemerdekaanya, mengenai sikap beberapa aktivis mahasiswa Indonesia  yang berada di kota Nanjing tersebut.

#kitabergerak tagar itu muncul seketika karena kegelisahan kepada Indonesia, terasa berat bagi mahasiswa di Indonesia yang di luar negeri, khususnya di kota Nanjing  tingkok ketika melihat teman-teman di Indonesia turun ke jalan. Tagar tersebut bisa mengumpulkan gairah teman-teman untuk saling bertukar pikiran tentang apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia, mulai dari acara diskusi terbuka sampai dokumentasi vidio seruan terhadap masalahyang terjadi di indonesia. Meski bisa di katakan kegiatan itu murni tanpa mobilisasi dari organisasi manapun apalagi di kaitkan dengan tungang menunggang sama halnya di indonesia, karena kegiatan ini murni dari  teman-teman yang haus akan pergerakan dan pendalaman kajian atas isu-isu faktual yang terjadi. Apalagi sebagai mahasiswa kita di haruskan  peka, kritis, dan tanggap terhadap apa yang Indonesia sedang alami.

Tidak hanya berdiskusi #kitabergerak itu juga melayangkan vidio yang berisikan : tetap kuat indonesiaku, tetap kuat pemberatasan korupsi, tingkatkan indenpendensi lembaga Negara, kawan kalian tidak sendiri. Dari vidio tersebut kita bisa menyimpulkan gerakan mahasiswa Indonesia yang berada di negeri tirai bambu itu, juga tidak lepas dari mahasiswa Indonesia lainnya yang juga menyuarakan hal tersebut , bahkan dukungan kepada teman-teman mahasiswa Indonesia juga turut tersebarkan sebagaimana vidio yang sudah beredar. Jika  zaman bung hatta menjadi mahasiswa di luar negeri   musuh bersamanya memang imperialisme. Nah saat ini, musuh bersama yang harus dilawan pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri adalah korupsi dan ketimpangan sosial yang masih tetap merajalela.

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun