Jika diamati secara mendalam, fenomena alam dan sosial memberikan pembelajaran tentang nilai-nilai kehidupan yang bila diimplementasikan akan menjadikan hidup lebih bermakna. Dari sungai, gunung dan pepohonan misalnya, banyak terkandung pembelajaran dan falsafah hidup. Demikian juga dengan perilaku kolektif masyarakat. Bisa menjadi pembelajaran berharga jika kita mau merenunginya.
Salah satu perilaku masyarakat yang diamati oleh H. Wahidin Halim adalah kebiasaan makan kacang. "Kalau orang sudah makan kacang akan lupa kiri kanan. Makan kacang lebih egois dibanding ngopi. Kalau ngopi masih ada yang menawarkan orang lain. Kalau makan kacang, tidak ada yang mau mengupaskan kacang untuk orang lain." ujar WH.
Jujur, pernahkah anda mengupaskan kacang untuk dimakan oleh pasangan? Keluarga atau teman? Rasanya hanya orang tua yang mau mengupaskan kacang untuk diberikan kepada anak-anaknya. Yang biasa terjadi adalah mengupas sendiri lalu memakannya.
Ketika mengupaskan kacang untuk pasangan misalnya, bukan hanya terlihat romantis tapi ada nilai-nilai berbagi dan peduli  yang mengejawantah menjadi perilaku baik. Demikian juga jika dilakukan kepada orang lain. Ketika kita menahan diri untuk tidak egois dan mampu mengamalkan nilai berbagi maka akan tumbuh kebersamaan.
"Berbagi itu egaliter." ungkap WH. "Siapapun bisa melakukannya. Tidak melihat struktur hierarki bawahan-atasan, tua-muda, guru-murid atau kyai-santri. Semua bisa berbagi. Karena tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah. Tidak mentang-mentang atasan yang maunya dibagi oleh bawahan. Seorang atasan juga bisa berbagi kepada bawahannya. Atau yang tua maunya  menerima pemberian dari yang muda. Yang tua pun bisa berbagi kepada yang muda."
Fenomena sosial yang terjadi adalah meminta-minta yang menjadi budaya. Mindset dan perilaku meminta-minta dalam bentuk materi atau perhatian orang lain tidak akan membuat orang merasa cukup dan puas. Yang ada adalah kurang dan kurang. Budaya ini semakin parah ketika di media sosial ada fitur like. Tidak merasa dihargai kalau postingannya belum di-like orang lain.
Salah satu inspirasi kepemimpinan WH adalah dalam hal berbagi. Ia sudah mendirikan Lembaga Kemanusiaan Nurani Kami pada tahun 1977. Yayasan ini sampai sekarang memberikan  beasiswa mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. WH juga membangun Pondok Pesantren Tahfidzul Quran pada 10 Januari 2020. semua santri yang berjumlah 40 anak tidak dipungut biaya alias gratis.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Q.S. Ali-Imran : 134
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H