Menurut WH, melayani untuk membantu masyarakat bisa dilihat dari dua perspektif: birokrasi dan ketuhanan. Dari perspektif birokrasi, kita adalah abdi. Birokrat adalah pelayan masyarakat. Melayani bukan minta dilayani. Atas dasar perspektif inilah para abdi negara dilengkapi kewenangan dan sumber daya yang dimiliki negara untuk membantu masyarakat.
Sedangkan dari perspektif ketuhanan, kita adalah hamba Allah. Tugas utama kita sebagai seorang hamba adalah melayani Tuhan atau beribadah kepada Allah Swt. Segala sesuatu yang diniatkan meraih ridha Allah adalah ibadah. Karena itu penghambaan kepada Allah bisa dilakukan secara vertikal dengan melayani Allah dan secara horizontal dengan melayani sesama.
Jika kedua perspektif diatas menjadi mindset setiap birokrat maka mereka tidak lagi merasa sebagai pejabat yang berkuasa dan minta dilayani oleh masyarakat dengan meminta imbalan atau pungutan liar atas pelayanan yang mereka berikan. Jika kedua perspektif itu menjadi mindset para birokrat maka akan muncul perilaku melayani dari hati yang profesional dan berkualitas. Apalagi  birokrat sebagai pelayan publik  digaji dan dikasih honor untuk melayani.
Mindset akan esensi melayani inilah yang menjadi faktor pembeda diantara pemimpin. Karena ini terkait dengan kemampuan pemimpin membaca suasana kebatinan masyarakatnya. Memahami kebutuhan, kepentingan dan aspirasi masyarakat.
Seorang pemimpin akan turun ke bawah untuk melihat, mendengar dan merasakan secara langsung apa yang dibutuhkan masyarakat dan menjadikan semua itu sebagai input untuk dijadikan formulasi kebijakan. Formulasi kebijakan itu kemudian diolah, dikelola, diproses menjadi output yang pada akhirnya dipastikan dampak, manfaat dan efektivitasnya bagi masyarakat,
Jarak ke sekolah jauh adalah sebuah input. Lalu dibuat formulasi kebijakan dan diproses menjadi sekolah. Beban ekonomi masyarakat berat juga input yang dijadikan formulasi kebijakan dan diproses menjadi kebijakan sekolah gratis. Untuk meningkatkan akses dan pemerataan pelayanan kesehatan berkualitas maka dibangunlah rumah sakit tanpa kelas 8 lantai.
Pemimpin yang belum matang dan berselera rendah dalam arti hanya berorientasi harta dan kekuasaan tidak akan mampu menyelami pikiran dan perasaan masyarakat untuk mengetahui kebutuhan dan aspirasi karena dalam pikiran pemimpin semacam itu ada vested interest. Program mereka lebih kepada seremonial yang penuh hiruk pikuk, bagus buat konten media sosial tapi jauh dari substansial yang dibutuhkan oleh masyarakat.
"Pemimpin yang berTuhan pasti memiliki adab dan berorientasi melayani. Mereka memandang jabatan adalah alat berkhidmat kepada Allah dan sesama."
WH
"Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebaikan (kepada sesama manusia) agar kamu beruntung."
QS. AL-Hajj: 77