Mohon tunggu...
RM. Rasyid Febriansya
RM. Rasyid Febriansya Mohon Tunggu... -

Graduated Bachelor of International Affairs with Honours from Universiti Utara Malaysia, passionate with Politics, International Relations and Diplomacy.

Selanjutnya

Tutup

Politik

2018, Tahun "Pemanasan"

6 Januari 2018   22:32 Diperbarui: 7 Januari 2018   04:06 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selamat datang 2018!  Melewati berbagai liku di tahun 2017, marilah kita  meninggalkan kerumitan kancah politik yang terjadi di 2017. Apakah dampak dari problema politik di 2017 akan berdampak di tahun yang baru ini? Saya rasa sulit rasanya untuk kita benar-benar move on dari sekelumit kisah politik dan intrik adu kekuasaan yang terjadi di 2017 kemarin.Tapi bagaimanapun, hari baru harus disongsong dengan kebahagian dan optimisme kebersamaan.

Memandang tahun 2018 merupakan tahun 'pemanasan' bagi kancah politik di Indonesia. Dikatakan sebagai pemanasan, karena tahun 2018 akan menjadi pembuka bagi terselenggaranya Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Umum di tahun 2019 yang mana masyarakat akan memilih dan menentukan para Wakil Rakyat dan juga memilih pemimpin tertinggi di Republik Indonesia yaitu Presiden dan Wakil Presiden. Untuk politik antar Provinsi, tahun 2018 juga dirasa akan menjadi tahun yang penuh persaingan karena beberapa Kabupaten, Kota dan Provinsi akan merasakan suhu panas serta intrik persaingan politik di daerahnya masing-masing dengan diselenggarakannya Pemilihan Kepada Daerah serentak setingkat Bupati, Walikota, dan Gubernur pada Juni 2018.

Politik Indonesia akhir-akhir ini dapat dilihat begitu rumit dan nampaknya terpecah menjadi dua kubu. Dilihat dari kecondongan masyarakat Indonesia yang memberikan pilihan terhadap dua partai yang sudah bersaing dari Pemilihan Umum 2014 lalu. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP dengan koalisinya sebagai pemegang kekuasaan saat ini menjadi rival bagi Partai Gerakan Indonesia Raya beserta koalisinya karena kedua partai ini menjadi barometer masyarakat Indonesia untuk menentukan sikap politiknya, apakah mendukung jalannya Pemerintah yang dinahkodai Presiden Joko Widodo yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, atau menjadi oposisi seperti yang dilakukan oleh Partai Gerakan Indonesia Raya. Dengan panasnya situasi di pusat, dampak serta implikasi dari tidak stabilnya situasi politik nasional akan turut serta memengaruhi keruhnya politik di daerah menjelang Pemilihan Kepala Daerah serentak di pertengahan tahun 2018 ini. 

Apabila dilihat dari intensitas problema politik yang terjadi di tahun sebelumnya atau bahkan di awal tahun ini, nampaknya isu SARA, hoax dan berbagai macam cara yang tidak bersih untuk mendapatkan kekuasaan akan lebih sering digunakan dan akan berdampak lebih buruk di tahun ini. Efek dari Pilkada Jakarta 2017 juga akan turut mewarnai pergolakan Politik Indonesia di 2018. Masyarakat Indonesia akan dihadapi dengan penggiringan opini yang berdampak dengan perpecahan karena biasanya perbedaan politik akan sukar untuk ditoleransi. Saat ini, partai politik dengan gencarnya sedang menyusun strategi untuk mendapatkan kekuasaan di berbagai daerah dengan akan diselenggarakannya Pilkada Serentak di tahun 2018 ini.

Pastinya kita berharap, politik Indonesia di tahun ini akan lebih dewasa, baik skala nasional maupun daerah. Partai politik sebagai media untuk masyarakat menemui calon pemimpinnya merupakan tonggak terpenting untuk dapat menyatukan elemen masyarakat dengan tujuan yang sama yaitu pembangunan untuk bangsa ini. Para calon pemimpin dan partai politik diharapkan untuk bermain sehat dan berpikir terbuka agar dapat meraih kekuasaan dengan menjaga rivalitas tanpa menyinggung dan menggiring opini masyarakat ke stigma yang negatif. Masyarakat juga diharap untuk lebih kritis dan dapat berpikir dengan terbuka agar pemimpin dan aliran partai yang didukungnya dapat memberikan manfaat untuk umum bukan untuk kepentingan pribadi.

Tahun 2018 akan menjadi tahun barometer dan pemanasan sebelum pesta demokrasi terbesar yaitu Pemilihan Umum diadakan di tahun 2019. Pada akhirnya, masyarakat-lah yang memegang kendali, bagaimana cerdas dan kritisnya masyarakat untuk memilih pemimpin di negeri ini akan menjadi penentu keberlangsungannya bangsa ini. Mari kita kawal jalannya demokrasi di negeri ini, Selamat Tahun Baru 2018!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun